Turki meraih kemenangan gemilang atas Belanda di kualifikasi Piala Dunia 2022, Kamis (25/3/2021) lalu. Caglar Soyuncu dan kawan-kawan berhasil menahan permainan dominan De Oranje dan tampil efektif di depan gawang. Setelahnya, Turki juga membabat Norwegia 0-3, Minggu (28/3). Sepasang hasil positif membawa mereka ke posisi puncak Grup G kualifikasi Piala Dunia zona Eropa.
Kemenangan lawan Belanda dan Norwegia, yang notabene lawan terkuat di grup, memberi dorongan kuat bagi asa Turki lolos ke Qatar 2022. Setelah 19 tahun absen, tim berjuluk Ay-Yildizlilar (Bulan-Bintang) ini hendak mencapai kompetisi sepakbola terakbar, Piala Dunia.
Turki terakhir berlaga di Piala Dunia pada 2002 silam. Waktu itu, mereka membuat sejarah dengan meraih tempat ketiga. Striker kebanggaan timnas, Hakan Sukur bahkan mencetak rekor sebagai pencetak gol tercepat di ajang Piala Dunia.
Kiprah gemilang di Korea-Jepang 2002 seakan menandai babak baru persepakbolaan Turki. Di ajang sepakbola, mereka bukan — dan belum pernah — menjadi negara besar. Sebelum Korea-Jepang, Bulan-Bintang hanya pernah sekali mencicipi turnamen final Piala Dunia, yakni di Swiss 1954.
Namun, momentum 2002 tak berakhir jadi landasan pacu Turki untuk menjadi partisipan rutin Piala Dunia. Pelatih legendaris negara itu, Fatih Terim serta generasi pemain sekaliber Hamit Altintop, Arda Turan, dan Nuri Sahin gagal memenuhi ekspektasi publik Bulan-Bintang.
Mereka memang sempat menuai kiprah manis di Piala Eropa, mencapai semifinal pada 2008. Tetapi untuk Piala Dunia, Turki selalu gagal di fase kualifikasi.
Pahlawan Turki di Piala Dunia 2002, Senol Gunes kali ini turun tangan untuk meloloskan timnas. Di Turki, Gunes adalah sosok dengan kharisma yang dapat diperbandingkan dengan Fatih Terim. Selain capaian pada 2002, pelatih berusia 68 tahun ini juga sukses di level klub.
Ia membawa Trabzonspor memenangi Piala Turki dan lolos ke Liga Champions. Di Besiktas, Gunes membimbing klub yang selalu dibayangi duopoli Fenebahce-Galatasaray itu menjuarai Liga Turki pada 2015/16 dan 2016/17.
Sejak menjabat pada Februari 2019, Gunes pun mereformasi skuad tinggalan Mircea Lucescu. Penekanannya adalah memadukan para pemain muda dengan sosok senior macam Hakan Calhanoglu dan Burak Yilmaz. Gunes memberi debut kepada sejumlah nama baru seperti Ozan Kabak, Ugurcan Cakir, serta Orkun Kokcu.
Hasilnya cukup memuaskan sejauh ini. Pada masa bakti keduanya, Gunes telah memainkan 22 pertandingan dengan persentase kemenangan 54,55%. Mereka memang gagal total di UEFA Nations League, dengan terdegradasi ke Liga C, tetapi, Gunes menunjukkan progres yang jauh lebih baik dibanding era Lucescu.
Di kualifikasi Piala Eropa 2020, Turki berhasil menjadi runner-up Grup H, mengungguli Islandia. Zeki Celik dan kolega hanya terpaut dua poin dari Perancis di peringkat pertama. Mereka hanya menelan satu kekalahan (lawan Islandia, tandang) serta berhasil mengalahkan Les Bleus di Stadion Konya Buyuksehir.
Saat membina klub, Gunes terkenal dengan pendekatan positif dan sepakbola menyerang. Gagasan ini pun coba diterapkannya di timnas. Ia kerap menurunkan pakem 4-3-3 atau 4-2-3-1 dengan sistem permainan yang cair. Namun, ketika menghadapi tim dengan materi pemain lebih baik, anak asuh Gunes mampu menyesuaikan diri dan tampil reaktif.
Hal ini terlihat dari pertandingan lawan Belanda, Kamis (25/3) kemarin. Setelah unggul cepat, Ay-Yildizlilar berhasil menahan permainan ofensif Belanda. Anak asuh Frank De Boer unggul penguasaan bola hingga 66%, membuat 20 tembakan (sembilan tepat sasaran), tetapi hanya mencetak dua gol. Turki akhirnya menang 4-2.
Penggawa Turki tampil disiplin dalam laga tersebut. Ozan Kabak dan kawan-kawan rutin menutup celah umpan Belanda, total mencatatkan 15 intersep dalam laga ini. Lini belakang Turki juga memblok tembakan lawan hingga lima kali. Selain itu, kiper Ugurcan Cakir juga mampu menghalau tujuh tembakan tepat sasaran.
Sementara ketika menghadapi tim yang lebih “lemah” atau setingkat, Turki berani tampil positif. Di UEFA Nations League, meski menuai hasil buruk, mereka hampir selalu unggul penguasaan bola dan membuat lebih banyak peluang dibanding lawan.
Bagi Gunes, kuncinya adalah mencari keseimbangan antara struktur dan kebebasan kreatif individu, terutama para penyerang. Ia berupaya memaksimalkan potensi pemain kreatif seperti Hakan Calhanoglu, Yusuf Yazici, dan Ozan Tufan sambil memberi perlindungan solid kepada lini pertahanan.
Turki sendiri memiliki pemain bertahan yang cerdas membaca permainan. Di pos gelandang bertahan, mereka punya Okay Yokuslu. Sedangkan untuk bek tengah, Bulan-Bintang memeiliki bek muda tangguh, Ozan Kabak dan Merih Demiral yang sanggup menemani Caglar Soyuncu.
Dengan materi pemain yang cukup menjanjikan, Senol Gunes mengincar tiket ke Qatar 2022. Mereka pun wajib bersaing dengan favorit Grup G kualifikasi, Belanda serta Norwegia yang diperkuat pemain muda sekaliber Erling Haaland dan Martin Odegaard.
“Kami terakhir berpartisipasi di Piala Dunia pada 2002, yang menandai capaian besar tim nasional kami. Itu juga memajukan citra negara kami. Tetapi, 20 tahun telah berlalu sejak itu. Penting bagi tim nasional untuk lolos ke Piala Dunia [2022],” kata Gunes kepada stasiun TV Turki, TRT Spor.
Mengingat kiprah negatif mereka di UEFA Nations League, kualifikasi zona Eropa adalah satu-satunya kesempatan Turki untuk lolos. Jika berhasil, mereka adalah kuda hitam yang patut dinanti kiprahnya di Qatar 2022.
Komentar