Kemenangan telak 0-4 atas Real Madrid mempertegas besarnya peran Xavi Hernandez sebagai pelatih kepala FC Barcelona. Mempermalukan El Real di hadapan publik Santiago Bernabeu terasa sebagai titik balik penampilan Barca setelah sebelumnya terbenam di papan tengah klasemen. Pemandangan itu jarang terjadi, karena Barca selalu menjadi “teman” El Real sebagai penghuni papan atas.
Di tangan Ronald Koeman, Barca berada di titik terendahnya karena belum menemukan permainan terbaiknya pasca ditinggal sang bintang, Lionel Messi, pada bursa transfer musim panas. Bahkan, Barca sempat menghuni posisi kesembilan selama tiga pekan.
Di saat itu pula, Xavi mengambil alih kendali Barca dari tangan Koeman. Xavi datang setelah sukses membawa Al Sadd mengemas prestasi yang gemilang, yakni Qatari League Cup (2), Qatari Cup (2), Qatari Super Cup (1), Qatari Champion (1), Qatari Stars Cup (1) sejak kedatangannya di tahun 2019.
Kedatangan Xavi di Barca menjadi harapan baru. Terdapat mimpi mengulang kesuksesan Barca di tangan Pep Guardiola. Laga perdana melawan Espanyol menjadi pembuktian Xavi untuk memperbaiki kondisi Barca yang tengah terpuruk. Debut kepelatihannya menuai hasil manis atas kemenangan tipis, 1-0 berkat gol penalti dari Memphis Depay. Dan, perjalanan dimulai.
Komposisi pemain baru milik Xavi
Xavi berusaha memaksimalkan pemain yang ada dan bertahan hingga bursa transfer dibuka. Barca secara perlahan mulai merangkak menuju papan atas klasemen di paruh musim. Di saat jendela transfer dibuka tanggal 3 Januari, Xavi langsung tancap gas dengan memilih pemain yang diinginkannya.
Sektor penyerangan menjadi fokus perbaikan komposisi pemain di tangan Xavi. Apalagi, dengan formasi 4-3-3 pastinya sangat membutuhkan tiga penyerang cepat nan agresif ketika berada di kotak penalti. Kehadiran Ousmane Dembele, Memphis Depay, Luuk De Jong, Ansu Fati, Martin Braithwaite masih belum bisa mendongkrak penampilan Barca.
Ferran Torres, Aubameyang, dan Adama Traore menjadi nama yang diboyong oleh Xavi dalam membentuk tim keinginannya. Kemudian, nama Dani Alves menjadi pemain yang dipanggil oleh Xavi untuk memberikan warna Barca di masa kejayaannya.
Debut pemain anyar seketika memberi efek yang cukup signifikan. Hal itu ditunjukkan ketika pertandingan melawan Atletico Madrid, di La Liga pekan ke 23. Dani Alves mencetak satu gol dan satu assist atas gol Jordi Alba, Ferran menyumbang satu assist atas gol Ronald Araujo, dan Adama menyumbang satu assist atas gol Gavi.
Skor akhir Barca unggul 4-2, kemenangan besar pertama pasca ditangani oleh Xavi dengan lawan sekuat Atletico yang mejeng di posisi empat, satu tabel di atas Barca. Apalagi, Barca menelan kekalahan 0-2 dari Atletico di putaran pertama.
Kemudian, di laga melawan Valencia pada pekan ke-25 La Liga, Aubameyang langsung menunjukkan tajinya dengan mencetak hat trick pertamanya untuk Barca. Skor 4-1 menjadi kemenangan besar selanjutnya bagi Barca.
Xavi ball
Rekrutan pemain keinginan Xavi terbukti manjur. Seketika permainan dalam tim menyatu padu dan mengantongi kemenangan demi kemenangan. Menempatkan Ferran sebagai penyerang kiri kerap melakukan cut inside ke kotak penalti lawan. Aubameyang sebagai penyerang tengah selalu rajin menjemput bola dan mencari ruang kosong, hingga kecepatan menggiring bola dan penyelesaian akhir membuat dirinya menjadi sosok yang menakutkan di kotak penalti lawan. Adama sebagai penyerang kiri selalu menyisir sayap dengan ketahanan yang kuat dan mengirimkan umpan silang langsung ke kotak penalti.
Peran ketiganya terbukti mendongkrak penampilan Barca, hingga pada akhirnya kembali menempati posisi tiga papan atas Liga.
Ketiganya memiliki catatan gemilang pasca kedatangannya. Ferran mengemas enam gol, enam assist dalam 14 pertandingan, Aubameyang mengemas 9 gol, satu assist dalam 11 pertandingan, dan Adama mengemas empat assist.
Peran lini tengah tidak luput sebagai kunci tren positif Barca. Memasang Sergio Busquets sebagai gelandang bertahan, Frankie de Jong sebagai gelandang, dan Pedri sebagai gelandang serang menjadi pola andalan terbentuknya permainan indah Barca.
Julukan Xavi ball terhadap permainan Barca saat ini begitu kental. Ini terlihat dari pola permainan simpel dan membuat sepakbola menjadi mudah, permainan kesukaan Xavi ketika masih aktif bermain, maupun jadi pelatih. Permainan mudah yang dimaksud adalah dengan melakukan operan pendek dari kaki ke kaki. Kemudian transisi bertahan ke menyerang, menyerang ke bertahan melalui operan-operan pendek.
Xavi dalam sebuah video yang diunggah oleh Channel Youtube The Coach Voice, Xavi memiliki sudut pandang tersendiri mengenai gaya bermain ball possession.
“Pada akhirnya, menguasai bola itu seperti kecanduan. Saya mengalaminya sendiri sebagai gelandang. Sekarang, saya mencoba untuk memberi kesan kepada para pemain saya bahwa hal yang paling penting, paling indah dan paling berharga dalam sepak bola adalah menguasai bola dan menyerang serta mendominasi permainan dengan bola. Model permainan kami bertumpu pada penguasaan bola, seputar penguasaan bola.” Menurut Xavi yang saat itu masih menangani Al-Sadd.
Ini cocok dengan pola bermain tiga gelandang milik Xavi. Busquets sebagai pemain lintas generasi Barca tidak diragukan lagi sebagai perantara antara lini bertahan dan menyerang. Teknik blok operan hingga shadowing ala gelandang bertahan model Busquets merupakan kunci permainan operan pendek khas Barca.
Jika generasi Pep gelandang tengah dihuni oleh Xavi, maka di era Xavi, gelandang tengah diisi oleh Frankie de Jong. Frankie merupakan gelandang kreatif dan memiliki visi yang hampir setara dengan Xavi atau Ivan Rakitic.
Satu lagi sosok gelandang pelengkap permainan dengan formasi 4-3-3. Pedri menjadi gelandang nomor 10 ideal bagi Barca saat ini. Setelah dulu perannya diisi oleh Iniesta, Pedri menjadi sosok yang paling cocok untuk mengisi posisi ideal Iniesta masa kini. Pedri bergerak dinamis di belakang penyerang dengan kemampuan operan dan dribbling yang kuat.
Dengan gaya bermain possession, yang kemudian memiliki stok melimpah di lini depan menjadi andalan Xavi saat menahkodai Barca saat ini. Perlahan Barca sudah lepas dari nama Messi sebagai titik tumpu permainan, seperti di musim sebelumnya. Di awal musim tanpa Messi, Barca seperti kesulitan menemukan permainan terbaiknya. Ketika Xavi masuk, Barca seolah mendapat obat penawar atas ketergantungan sosok Messi.
Komentar