Pemain Eropa yang berjaya di Asia tentu sangat lumrah. Tapi pemain Asia yang berjaya di Eropa? Tidak banyak. Pada dekade sebelumnya, ada nama Park Ji-sung dan Shinji Kagawa yang mampu bersinar di level tertinggi sepakbola Eropa. Selain itu, ada beberapa nama seperti Keisuke Honda, Yuto Nagatomo, hingga Son Heung-min yang mampu bersaing di liga-liga top Eropa. Sekarang, muncul satu nama di posisi yang jarang mendapat perhatian yaitu Kim Min-jae. Bek tengah asal Korea Selatan yang bermain untuk Napoli.
Nama Kim Min-jae mulai banyak diperbincangkan ketika Napoli musim ini bermain sangat dominan sejak awal musim. Puncaknya ketika Napoli berhasil mengukuhkan Scudetto ketiga mereka sekaligus mengakhiri penantian mereka selama 33 tahun. Tidak hanya itu, mereka mengunci gelar tersebut sejak pekan ke-33 Serie A yang menunjukkan dominasi Napoli terhadap tim lain. Tim besutan Luciano Spalletti telah mengumpulkan 80 poin yang tak mampu dikejar oleh pesaing-pesaingnya.
Gelar juara Serie A yang Napoli raih musim ini bisa dibilang sebuah kemenangan absolut dan sangat mendominasi. Napoli hingga pekan ke-33 berstatus sebagai tim dengan gol terbanyak (69 gol), rataan penguasaan bola tertinggi (62 persen), sentuhan di sepertiga akhir terbanyak (6349 sentuhan), dan sentuhan terbanyak di kotak penalti (934 sentuhan). Tidak hanya itu, Napoli juga tercatat sebagai tim paling jarang kebobolan. Mereka hanya menderita 23 gol hingga pekan ke-33.
Jika dibandingkan dengan musim lalu, mereka masih memiliki selisih delapan kebobolan. Padahal, dari perolehan gol musim ini masih lebih rendah dari total musim lalu. Artinya, aspek penting yang mampu membawa Napoli ke tahta juara Serie A adalah pertahanan. Maka wajar jika nama Kim Min-jae menjadi sorotan utama atas kontribusinya terhadap lini pertahanan Napoli.
Tidak heran jika sang pelatih, Luciano Spalletti menilai Kim sebagai bek terbaik di dunia.
“Kim melakukan setidaknya 20 hal luar biasa per pertandingan, bagi saya dia benar-benar bek tengah terbaik di dunia. Saat dia memulai lari dengan bola di kakinya, dia bisa memasukkannya ke area penalti lawan dalam waktu lima detik” ucap Spalletti setelah laga melawan Atalanta (12/3).
Baca Juga:Scudetto Napoli Atas Kecerdikan Transfer dan Evolusi Taktik
Pintar, Kuat, dan Agresif
Kriteria penting ketika menilai seorang bek (apalagi bek tengah) tentu atribut bertahan. Tugas utama bek tengah adalah mencegah lawan mendekat ke area berbahaya untuk membobol gawang. Oleh sebab itu, atribut bertahan seperti kemampuan berduel, blok, intersep, tackle, sapuan, dan beberapa atribut yang sifatnya lebih kognitif (penguasaan lapangan, kemampuan membaca arah serangan, dan sebagainya) menjadi kriteria utama.
Memang benar sepakbola masa kini menilai bek tidak hanya dari atribut bertahan, tapi juga dari kemampuan mereka dalam membantu serangan. Hal ini merupakan dampak dari pergeseran gaya sepakbola yang jauh lebih posisional. Hampir semua pemain terlibat dalam semua fase. Mulai dari fase menyerang, bertahan, hingga transisi. Seorang bek dipaksa bisa berkontribusi dalam serangan. Begitu juga dengan seorang penyerang harus bersedia terlibat dalam sistem bertahan. Bahkan untuk bek dengan peran tertentu justru mengutamakan atribut menyerang daripada atribut bertahan (misal: bek sayap).
Maka dari itu, di sepakbola yang saat ini berkembang, bek yang memiliki atribut lengkap (bertahan dan menyerang) tentu menjadi anugerah besar untuk tim yang dibelanya.
Kelengkapan tersebut terlihat jelas dalam diri Kim Min-jae. Ia mampu mengkombinasikan sumber kekuatan utama dalam sepakbola yaitu kekuatan fisik, teknik, dan intelejensi lalu diaplikasikan dalam fase menyerang, bertahan, dan transisi dengan porsi yang seimbang.
Ketika bertahan, Kim secara tidak langsung mengintimidasi lawan sebelum berhadapan dengannya. Dengan postur tubuh 190 cm membuatnya sangat kuat dalam berduel udara. Terbukti Kim menjadi pemain dengan kemenangan duel udara ketiga terbanyak di Serie A (hingga pekan ke-33) dengan catatan 87 duel dimenangkan. Kemampuan ini tentu tidak hanya berguna ketika bertahan, tapi juga ketika menyerang untuk mengancam lawan dari sundulan.
Secara intelejensi, Kim cukup mahir dalam membaca permainan (terutama pada momen transisi) yang dikombinasikan dengan pengambilan keputusan dan agresivitas. Atribut ini penting dimiliki oleh seorang bek tengah karena mereka memiliki penglihatan lebih luas dari pemain lain (tidak termasuk kiper). Atribut tersebut membuat Napoli cukup nyaman ketika menyerang karena Kim selalu memberi ketenangan.
Baca Juga:Keteguhan Hati Jadi Kunci Sukses De Zerbi
Solutif dan Sederhana
Selain atribut bertahan yang cukup lengkap, Kim memiliki atribut lain yang sangat berguna untuk tim yaitu kemampuan nya bermain sebagai ball playing defender. Ia tercatat sebagai pemain yang paling sering mengirim umpan ke sepertiga akhir (185 umpan) hingga pekan ke-33 Serie A. Padahal ia bermain sebagai bek tengah. Catatan tersebut mengalahkan pemain lain yang posisinya lebih di depan seperti Stanislav Lobotka, Andre-Frank Zambo Anguissa, bahkan Nicolo Barella.
Seorang ball playing defender hampir selalu menjadi syarat bagi bek tengah yang bermain di level tertinggi dan Kim mampu memerankannya dengan baik. Tidak hanya dengan umpan, Kim mampu berkontribusi dalam proses serangan Napoli dengan menggiring bola., Kim merupakan pemain dengan jarak giringan terjauh (4.658 meter) dari 32 pertandingan yang ia mainkan. Secara tidak langsung menunjukkan bahwa pola pikir Kim ketika membangun serangan sangat sederhana. Umpan ke teman ketika lawan mendekat, giring bola jika tidak ada lawan yang mendekat.
Jika lawan melancarkan high press, Kim selalu menemukan cara untuk meneruskan bola ke lini berikutnya dengan cara kombinasi umpan, umpan panjang, atau giringan bola. Kemampuan ini membuat Napoli sangat nyaman merancang serangan dari lini belakang.
Baca Juga:Capai Semifinal Tidak Spesial, Kecuali Bisa Akhiri Puasa Gelar
Komentar