Indonesia mampu mengalahkan Kirgistan dengan skor 2-0 pada laga Grup F cabang sepakbola Asian Games 2022 (diselenggarakan 2023) di Stadion Zhejiang Normal University East, Cina, Selasa (19/9) . Gol-gol Indonesia dicetak oleh Ramai Rumakiek (‘58) dan Hugo Samir (‘92). Hasil ini membawa tim nasional (timnas) besutan Indra Sjafri ini menduduki puncak Grup F.
Sebelas Pertama Indonesia dan Kirgistan
Jika berkaca pada susunan pemain yang diturunkan Indra, ia ingin mengkombinasikan keseimbangan di lini tengah dan kecepatan di sisi sayap. Lini tengah Indonesia diisi Rachmat Irianto, Taufany Muslihuddin dan Syahrian Abimanyu. Irianto yang memiliki caps timnas terbanyak berperan sebagai gelandang bertahan. Taufany diinstruksikan untuk lebih sering bergerak dengan mobilitas tinggi.
Sementara Syahrian diandalkan untuk menyuplai umpan-umpan kunci ke area pertahanan lawan. Di sisi sayap, Egy Maulana Vikri dan Ramai Rumakiek yang unggul dalam kecepatan dan kuat dalam duel satu lawan satu diharapkan mampu membongkar pertahanan melalui akselerasi di area sayap atau (flank).
Sementara sang lawan, memilih untuk bermain lebih aman. Lisitsyn Maksim menurunkan formasi dasar 3-5-2. Dengan formasi tersebut secara natural mereka akan unggul di sisi sayap karena akan ada minimal tiga pemain yang beroperasi di area tersebut. Meski demikian, Kirgistan tetap menurunkan tiga gelandang agar keseimbangan terjaga terutama ketika melakukan wide overload.
Koordinasi Transisi Negatif
Secara umum, Rizky Ridho dan Andy Setyo sebagai dua bek tengah bermain cukup solid dan terkoordinasi. Di sisi lain, Indonesia memang lebih banyak menguasai bola sehingga Kirgistan kesulitan untuk menciptakan banyak peluang. Meski demikian, terdapat kelemahan yang terlihat jelas dari pertahanan Indonesia, terutama pada situasi transisi negatif (dari menyerang ke bertahan).
Ilustrasi Transisi Negatif Timnas Indonesia U-24
(sumber : Kanal Youtube RCTI Entertainment)
Ketika menyerang, Indra mengerahkan sekitar enam sampai delapan pemain untuk membongkar pertahanan lawan kecuali bek tengah. Dengan demikian, hanya ada Andy dan Rizky yang bertugas mengawasi serangan balik lawan, ditambah Irianto dan Taufany yang berdiri sedikit lebih depan. Penempatan posisi empat pemain tersebut membentuk struktur rest defense 2-2.
Kirgistan beberapa kali mendapat peluang dari serangan balik, meskipun hanya melibatkan dua atau tiga pemain saja (jumlahnya lebih sedikit dari jumlah pemain rest defense Indonesia). Peluang tersebut bahkan berakhir dengan tembakan meskipun tidak banyak yang akurat. Hal ini disebabkan karena koordinasi antar pemain yang belum harmonis. Keputusan setiap pemain untuk menentukan arah lari ketika transisi sangat krusial, karena pada situasi tersebut ruang yang terbuka relatif lebih banyak.
Kognisi spasial dan pergerakan yang efisiensi sangat penting untuk mengantisipasi serangan balik. Bagi tim yang gaya permainannya lebih dominan dalam penguasaan bola dan lebih sering aktif menyerang, situasi transisi memang sering menjadi titik lemah. Kirgistan yang bermain tidak cukup klinis menjadi keuntungan bagi Indonesia. Sebab akan sangat berbahaya jika Indonesia bertemu dengan timnas yang jauh lebih efektif dalam mengkonversi peluang menjadi gol.
High Pressing yang Terstruktur dan Efektif
Terlepas dari dua gol yang berhasil dicetak, salah satu yang patut diapresiasi dari Rizky dkk adalah keberanian dalam menekan lawan. Pada situasi tanpa bola, Indonesia menerapkan high press dengan tiga sampai lima pemain. Cara ini sangat menyulitkan lawan untuk membangun serangan melalui umpan-umpan pendek. Bahkan pada area yang seharusnya Kirgistan unggul (area sayap) mereka tetap kesulitan untuk masuk ke area pertahanan Indonesia.
Ilustrasi Struktur High Pressing Timnas Indonesia U-24
(sumber : Kanal Youtube RCTI Entertainment)
Tujuan dari high press Timnas Indonesia adalah mengarahkan Kirgistan untuk menguasai bola di sisi sayap, setelah itu semua jalur umpan dikunci, baik ke arah tengah maupun ke arah gelandang. Cara ini cukup efektif karena dijalankan dengan struktur dan koordinasi yang efektif. Jika dilihat dari ilustrasi di atas, ada lima pemain yang terlibat untuk menekan lawan di area sayap.
Baktysekov yang berposisi sebagai bek sayap tidak menemukan jalur umpan untuk bisa lepas dari tekanan Garuda Muda. Dua gelandang yang mendekat dijaga oleh Abimanyu dan Titan Agung sehingga risiko bola terebut semakin besar. Pada situasi ini, Kirgistan lebih sering mencari alternatif dengan mengirim umpan panjang ke arah depan. Pilihan tersebut tidak efektif karena mereka tidak memiliki pemain yang unggul dalam duel udara.
Komentar