Michael Owen, Sang Legenda yang Menguap di Akhir Karier

Michael Owen, Sang Legenda yang Menguap di Akhir Karier
Font size:

Pertandingan Liga Primer Inggris antara Liverpool dan Wimbledon FC di Selhurst Park pada 6 Mei 1997 akan selalu dikenang Michael Owen sebagai hari paling bersejarah dalam kariernya sebagai pesepakbola. Dalam pertandingan tersebut, Liverpool menjadi pesakitan setelah dua gol Jason Uel dan Dean Holdsworth memperdaya penjaga gawang The Reds, David James.

Liverpool sempat memperkecil kedudukan pada menit ke-74. Gol tersebut diciptakan oleh Owen yang berhasil mengonversi umpan matang Stig Inge Bjoernebye. Gol yang diciptakan Owen memang gagal menyelamatkan Liverpool dari kekalahan, namun baginya itu tetaplah gol istimewa karena dicetak dalam laga debutnya bersama Liverpool.

Setelah membukukan satu gol yang gagal menyelamatkan Liverpool dari kekalahan saat jumpa Wimbledon, nama Owen mulai banyak dibicarakan. Publik sepakbola Inggris banyak yang terpikat dengan penampilannya. Begitu pula dengan Roy Evans, Pelatih Liverpool kala itu. Tak ayal, pada musim 1997/1998 Evans langsung memberikan tempat utama di lini depan Liverpool kepada Owen yang saat itu masih berusia 18 tahun.

Momentum langka bagi seorang pesepakbola muda yang baru naik kelas ke tim senior. Umumnya, mereka harus berjuang mati-matian dengan melewati beberapa musim lebih dulu sebagai pemain pelapis atau pemain pinjaman sebelum akhirnya mendapat kepercayaan di tim utama kesebelasan besar yang bermain di kompetisi elit.

Namun Owen berbeda, cukup satu pertandingan baginya untuk meyakinkan Evans agar memberikan satu tempat utama di lini depan Liverpool. Keberhasilannya menembus skuat utama Liverpool pada musim 1997/1998 juga dipengaruhi keputusan pensiun John Barnes.

Bermain di musim kompetitif pertamanya bersama Liverpool, Owen berharap bisa mengenakan nomor punggung 9 sebenarnya. Namun pemain yang genap berusia 38 tahun pada Desember 2017 ini tidak bisa menggeser Robbie Fowler yang kala itu menjadi pemilik setia nomor 9. Owen muda harus mengalah kepada kepada seniornya itu. Owen akhirnya mengenakan nomor punggung 10, yang merupakan peninggalan Barnes.  

Meski gagal mendapatkan nomor punggung idamannya, Owen tetap menunjukkan permainan gemilang. Pada pertandingan perdana Liverpool di musim 1997/1998, lagi-lagi melawan Wimbledon, Owen langsung dimainkan selama 90 menit penuh. Ia berduet bersama Karl-Heinz Riedle di sektor depan. Satu gol berhasil dibukukan, namun golnya gagal membawa Liverpool meraih kemenangan karena laga berakhir imbang 1-1.

Gagal membawa Liverpool meraih kemenangan di laga perdana bukan masalah bagi Owen, karena Evans tetap memberikan kepercayaan kepadanya untuk tampil menjadi sosok sentral di lini depan. Pada musim 1997/1998, di kompetisi domestik Owen hanya absen dalam dua pertandingan. Selain itu ia pun mampu mencetak 18 gol dan dua asis, dan tercatat sebagai pencetak gol terbanyak Liga Primer musim tersebut.

Catatan gemilang Owen bersama Liverpool pada musim 1997/1998 membuat Glenn Hoddle, pelatih timnas Inggris saat itu tak kuasa menahan hasrat untuk memanggil Owen bergabung bersama tim senior Inggris. Ia bahkan sukses menembus skuat utama Inggris di Piala Dunia 1998.

Pencapaian Inggris pada ajang tersebut mentok di babak 16 besar, mereka takluk dari Argentina melalui babak adu penalti. Meski gagal membawa Inggris menjadi juara, tapi penampilan Owen tetap menjadi pusat perhatian, karena mampu menorehkan dua gol dan satu asis dalam empat penampilannya di Piala Dunia Perancis. Torehan yang cukup mengagumkan untuk ukuran pemain yang belum genap berusia 20 tahun.

Kembali pada performanya bersama Liverpool, sejak memulai debut di musim kompetitifnya pada musim 1997/1998, posisi Owen di lini depan seakan tak tersentuh hingga tahun 2004, saat akhirnya ia memutuskan hengkang ke Real Madrid. Selama tujuh musim membela Liverpool, Owen mencatatkan 284 penampilan di semua ajang dan membukukan 150 gol dan delapan asis.

Selain itu, Owen mempersembahkan enam gelar juara: Piala UEFA (2000/2001), Piala Super Eropa (2001/2002), Piala FA (2001), Piala Liga Inggris (2001 dan 2003), serta Community Shield (2002). Pada 2001 Owen pun dianugerahi penghargaan pemain terbaik Eropa oleh UEFA. Gelar tersebut melengkapi dua gelar pencetak gol terbanyak Liga Primer Inggris yang diraih pada musim 1997/1998 dan 1998/1999.

Bersambung ke halaman dua.

Bukan Madrid yang Menghancurkan Karier Owen

Saat kontraknya bersama Liverpool masih tersisa satu tahun lagi, Owen memutuskan hengkang ke Real Madrid. Los Blancos sebenarnya sudah lama menginginkan Owen untuk melengkapi proyek Los Galacticos. Presiden Madrid, Florentino Perez, ingin sekali melihat duet Ronaldo da Lima dan Owen menjadi duet paling mematikan di Eropa. Tawaran pertama kepada Owen datang pada Maret 2002, namun pemain asal Chester itu enggan berpaling ke lain hati.

Baru pada musim 2004/2005 Owen akhirnya sepakat bergabung bersama Madrid. Namun keinginan Perez yang ingin melihat Owen dan Ronaldo berduet harus dikubur dalam-dalam. Bagi Owen untuk berpasangan dengan Ronaldo, dirinya harus terlebih dahulu menyingkirkan sosok Raul Gonzales. Misi yang sangat sulit, mengingat Raul adalah sosok yang sangat dicintai fans Madrid.

Akibatnya Owen kesulitan bersaing. Ia lebih banyak duduk di bangku cadangan. Hanya semusim ia bertahan di Santiago Bernabeu, dengan catatan 17 gol dari 45 penampilan di semua ajang. Pada akhir musim 2004/2005, Owen memilih kembali ke Inggris dan bergabung dengan Newcastle United. Berharap mampu mengembalikan permainan terbaiknya di The Magpies, Owen justru lebih banyak bergulat dengan cedera.

Serangkaian cedera Owen di mulai pada Desember 2005. Saat itu ia tampil di laga melawan Tottenham Hotspur, dan mengalami cedera metatarsal, sehingga hanya mampu bermain selama setengah pertandingan. Setelah itu, Owen absen selama lima bulan. Ketika pulih, Owen yang masih mendapat tempat di timnas Inggris, masuk dalam skuat The Three Lions untuk Piala Dunia 2006.

Owen tampil dalam tiga pertandingan di fase grup. Dua laga awal menghadapi Paraguay dan Trinidad & Tobago dilaluinya dengan mulus. Namun saat bentrok dengan Swedia, Owen yang tampil sejak awal tiba-tiba terkapar pada menit keempat. Padahal tidak ada kontak dengan pemain lawan. Ia ditarik keluar, dan setelah di observasi lebih lanjut ia divonis mengalami cedera ligamen.

Kehilangan Status Sebagai Legenda Liverpool

Permasalahan cedera yang dialami Owen membuat Newcastle United memutuskan tak memperpanjang kontrak Owen saat musim 2008/2009 berakhir. Saat dilepas Newcastle, Owen memiliki nasib yang terbilang baik karena Manchester United mau menampungnya. Saat itu Owen rela bergabung bersama Man United meski gajinya hanya dibayar per pertandingan.

Kepindahan Owen ke Man United menimbulkan polemik terutama di kalangan pendukung Liverpool. Mereka yang sebelumnya menganggap Owen sebagai sosok legenda lambat laun mulai membenci Owen karena dianggap berkhianat dengan bergabung bersama Man United. Steven Gerrard, dalam bukunya yang berjudul “My Stori” tak menyangkal hal tersebut.

“Saya harus jujur bahwa saya terkejut saat dia (Owen) memilih Manchester United. Michael menikmati status legendanya di Liverpool, tapi itu langsung menguap ketika ia memutuskan hijrah ke MU. Hanya Michael yang tahu bahwa ia mengambil keputusan yang tepat," tulis Gerrard.

Bersama Man United, Owen memang bertahan selama dua musim. Tapi dari dua musim kiprahnya bersama Setan Merah, kariernya lebih banyak dihabiskan di bangku cadangan dan ruang perawatan.Berbagai macam cedera dari hernia sampai cedera paha  yang dialaminya. Hal tersebut membuat karier Owen diprediksi habis.

Owen sebenarnya masih memiliki kemampuan untuk mencetak gol, namun kondisi fisik memaksanya untuk lebih berhati-dalam bermain, yang berakibat pada kesulitannya menampilkan semua kemampuan terbaiknya di lapangan. Man United mengakhiri kerjasama dengan Owen pada akhir musim 2011/2012. Owen kemudian hengkang ke Stoke City, dan mengakhiri kariernya di sana pada usia 34 tahun.

***

Sir Alex Ferguson pernah mengatakan bahwa permasalahan cedera Owen disebabkan karena Liverpool yang terlalu mengeksploitasi bakatnya sejak usia muda. Benar atau tidaknya perkataan Fergie, yang pasti akhir karier Owen kelam. Selain permasalahan cedera, banyak pendukung Liverpool yang pada akhirnya membenci dirinya karena keputusannya memilih hengkang ke Manchester United.

Bagi sebagian pendukung Liverpool, keputusan Owen memilih berkiprah di Man United membuatnya dianggapnya tak lebih dari seorang pengkhianat. Tapi kita juga tidak bisa menyepelekan hati sebagian pendukung Liverpool lainnya, yang mungkin saja masih menganggap Owen sebagai legenda di mata mereka.

Apapun, Owen tetaplah seorang pesepakbola hebat yang pernah dilahirkan oleh sepakbola Inggris. Kiprahnya selama aktif sebagai pesepakbola tetap patut diapresiasi.

Foto: Give Me Sport, Nothing But Newcastle, Manchester Evening News

Melawan Real Madrid Adalah Titik Sadar Impian Al-Jazira yang Menjadi Nyata
Artikel sebelumnya Melawan Real Madrid Adalah Titik Sadar Impian Al-Jazira yang Menjadi Nyata
Persoalan Ego Andre Silva dalam Kebutuhan Taktis dan Masa Depannya di AC Milan
Artikel selanjutnya Persoalan Ego Andre Silva dalam Kebutuhan Taktis dan Masa Depannya di AC Milan
Artikel Terkait