Font size:
Akhir pekan lalu, kita, bangsa Indonesia, harus kecewa -yang sebetulnya sudah terjadi berulang- karena tim nasional dihajar Thailand dengan skor 5-0 di babak semifinal sepakbola Sea Games 2015. Namun, kali ini, tidak akan berbicara tentang kedigdayaan Thailand di Sea Games atau Piala AFF, yang akar tunjangnya sudah terbangun belasan atau bahkan puluhan tahun lalu. Kali ini mari berbicara tentang lompatan tinggi tim nasional sepakbola perempuan Thailand.
21 Mei 2014 lalu akan dikenang sebagai hari bersejarah bagi bangsa dan sepakbola Thailand. Sepasang gol dari Kanjana Sung Ngoen ke gawang Vietnam memastikan satu tiket terakhir menuju ajang terebesar sepakbola perempuan di dunia, yaitu Piala Dunia Perempuan 2015 yang digelar di Kanada. Memang, yang lolos hanyalah sebatas sepakbola perempuan yang gaungnya kurang terdengar. Toh, tak mengapa, bagi Thailand ini adalah tinta emas mereka karena menjadi negara pertama Asia Tenggara yang mengecap Piala Dunia Perempuan sepanjang sejarah penyelenggaraannya. Lagi pula, Piala Dunia tetap saja Piala Dunia. Tetap saja itu puncak perayaan sepakbola. Dalam hal sepakbola perempuan, puncaknya ya sama seperti laki-laki: Piala Dunia. Jalan mereka terhitung tak mudah dan sekaligus tidak terduga. Menerobos masuk Piala Dunia Perempuan 2015 melalui fase play off dalam status sebagai peringkat tiga grup di AFC Women Asian Cup 2014 lalu, Thailand yang menjadi peringkat tiga di grup B harus berhadapan dengan tuan rumah AFC Women Asian Cup 2014 yaitu Vietnam yang juga peringkat tiga di grup A. Tentu, dengan segala keuntungan yang didapatkan tuan rumah saat itu, Vietnam wajar jika lebih merasa percaya diri untuk meraih jatah terakhir menuju Kanada. Tapi Thailand tak gentar. Di hadapan belasan ribu supporter Vietnam yang memadati stadion, Thailand bermain melawan kemustahilan. Rekor pertemuan keduanya yang selalu berpihak kepada Vietnam, dijadikan motivasi tambahan untuk menyingkirkan tuan rumah dari persaingan menuju Kanada. Usaha mereka nyata, Nuengrutai Srathongvian, yang juga menjadi pelatih perempuan pertama Thailand sepanjang sejarah, berhasil meracik strategi anak asuhnya dengan bermain cepat mengandalkan umpan-umpan pendek untuk merusak pertahanan Vietnam. Ia sukses, skor tipis 1-2 cukup untuk menjadikan Thailand sebagai bagian dari sejarah sepakbola perempuan. Norwegia, Pantai Gading dan Jerman menjadi rival satu grup di penyisihan grup bersama Thailand di Piala Dunia perempuan kali ini. Di atas kertas, Norwegia dan Jerman paling berpeluang untuk lolos dan berpeluang, juga bukan mustahil keduanya bisa menjadikan Thailand sebagai lumbung gol mereka. Tanpa mengurangi rasa hormat, mungkin hanya Pantai Gading yang bisa diangap setara, setidaknya bisa mengamankan satu poin saat melawan tim Afrika tsb. Perjalanan pun dimulai. Norwegia yang juga salah satu raksasa sepakbola perempuan dan juara dunia satu kali ini menunjukkan tajinya di hadapan anak asuh Nuengrutai Srathongvia. Empat gol mereka sarangkan ke gawang Thailand tanpa balasan sebiji gol pun. Sebagai debutan, pelatih Thailand memang akhirnya harus memaklumi hasil tersebut. Ia menuturkan bahwa mereka masih belajar bagaimana sepakbola perempuan dimainkan di level internasional. Mereka juga mengakui bahwa timnya mesti banyak dikembangkan lagi nantinya, sahut Nuengrutai Srathongvian sebagaimana dikutip dari laman Daily Mail. [caption id="attachment_179694" align="alignnone" width="700"]
Tulisan diolah dari berbagai sumber Sumber gambar: http://www.theguardian.com/football/2015/jun/12/thailand-win-first-world-cup-game#img-1