Enam Momen El Clásico Terbaik Sepanjang Sejarah

Enam Momen El Clásico Terbaik Sepanjang Sejarah
Font size:

Laga akbar di pentas La Liga Spanyol akan segera digulirkan akhir pekan ini. Jutaan pasang mata akan bersiap fokus menuju layar kaca untuk menyaksikan pemain-pemain terbaik dari berbagai belahan dunia. Total sudah 262 pertandingan laga klasik ini baik pertandingan resmi maupun hanya sekadar persahabatan. Namun jika dipilah lagi, sebanyak 229 pertandingan kompetitif bertajuk El Clasico ini telah digulirkan.

Ratusan laga klasik terebut pastilah menyisakan momen-momen indah, memalukan bahkan menyajikan momen kontroversial yang akan dirawat oleh ingatan pemirsa sepakbola di seantero dunia. Sid Lowe dari ESPN menuliskan momen-momen penting laga El Clasico. Berikut kami nukilkan untuk Anda. Selamat menyimak! El Clasico 1916: Parade Gol yang Berujung Kontroversi Saat kedua tim bertemu dalam laga semi-final Copa Del Rey pada 1916 pertandingan berjalan sangat alot dan belum mengenal sistem agregat gol. Pada leg pertama Barcelona mampu unggul sengan skor 2-1 dan di leg kedua Madrid mampu menghempasakan Barca dengan skor 4-1. Karena dalam dua leg tersebut kedua tim saling mengalahkan, jadilah partai ulangan digulirkan pada 13 April 1916. Laga ulangan tersebut akhirnya berkesudahan 4-4 dan berlanjut di babak 2x15 menit. Sialnya, kedua tim main sama-sama ngotot ingin melaju ke final dan akhirnya berkahir dengan skor 6-6. Di kubu Madrid, salah satu pemainnya yang kini melegenda yaitu Santiago Bernabeu mencetak hattrick pada pertandingan tersebut dan Paulino Alcantara dari kubu Barca juga mencetak hattrick. Komite wasit saat itu memustuskan untuk meminkan pertandingan ulangan (lagi) dua hari kemudian. Uniknya, pertandingan ulangan kedua tersebut lagi-lagi berakhir imbang 2-2 di waktu normal. Namun akhirnya Madrid mampu memenangkan dengan skor 4-2 di perpanjangan waktu. Saat itu, kubu Barca memprotes keputusan wasit yang kontroversial. Konflik mulai memanas. “Aku menunda kepulanganku ke Filipina hanya untuk bermain di kejuaraan ini dan membawa Barclona menjuarainya. Namun, trik dari wasit Berraondo membuat kami kalah di laga ulangan,” kenang Paulino Alcantara yang ia tulis di buku memoirnya. “Kekalahan tersebut membuatku sangat sedih bahkan itu pertama kalinya aku kalah dan menangis tersedu-sedu seperti anak kecil,” sambung Alcantara. El Clasico 1953: Kisruh Transfer Alfredo Di Stefano [caption id="attachment_189243" align="alignright" width="312"]di stefano Alfredo di Stefano ketika berkostum Real dan Barca. (Sumber: rankings.com.mx)[/caption] Talenta asal Argentina, Alfredo Di Stefano yang bermain untuk Millionaros saat itu menjadi bahan pembicaraan banyak orang di Spanyol. Bagaimana tidak, Barca dan Real Madrid saling sikut untuk mendapatkan jasanya. Barcelona yang sudah merekrut Di Stefano bahkan sudah sempat berlatih dan bertanding dalam pertandingan persahabatan akhirnya harus rela ketika Real Madrid menikung perekrutan Di Stefano. Pemerintah Spanyol awalnya melarang perekrutan pemain asing sebelum akhirnya RFEF selaku badan tertinggi sepakbola di Spanyol menyarankan untuk Di Stefano bermain dua tahun untuk Madrid dan dua tahun untuk Barca. Namun, Barca menyerah dan sampai saat ini belum diketahui mengapa Barca melepaskan incarannya tersebut. Dua hari setelah Alfredo resmi membela Madrid, ia turut mencetak dua gol ke gawang Barca dalam laga klasik tersebut untuk membantu Madrid menang dengan skor 5-0. Setelah itu Alfredo Di Stefano melegenda di kubu Los Blancos karena mampu menghadirkan trofi Piala Champions lima kali berturut-turut bagi kubu ibukota tersebut. El Clasico 1974: Kedatangan Johan Cruyff yang Mengubah Nasib Barcelona Barcelona harus berpuasa 14 tahun untuk mencicipi gelar La Liga Spanyol. Dominasi duo Madrid (Atletico dan Real) membuat Barcelona memdatangkan super star dari Belanda yaitu Johan Cruyff dengan mahar enam juta guilder yang meruupakan transfer termahal saat itu. Kadatangan sang meneer dari Belanda membuat sejarah dengan menjadikan Barcelona juara La Liga dan pada saat laga EL Clasico, Johan Cruyff mencetak satu gol dan turut membantu memenangkan pertandingan dengan skor 5-0. “Malam itu, aku mencoba mengerti arti rivalitas sebenarnya,” ungkap Johan. Saat menjadi pemain, Johan juga mengusulkan pendirian akademi yang lebih terstruktur pembinaan pemain muda seperti apa yang dilakukan oleh mantan klubnya Ajax Amsterdam ketika membina pemain muda. Sumbangsih besarnya tersebut terealisasi dan ia sendiri mulai menuai apa yang ia impikan (dengan akademi tersebut) ketika ia melatih Barcelona pada kurun waktu 1988 sampai 1996. Trofi perdana Piala Champions Eropa pun singgah di lemari Barca ketika ia membesut Barcelona. Namanya akan terus abadi dan akan terus dikenang sebagai salah satu pengubah nasib Blaugrana. EL Clasico 1994, 1995: Michael Laudrup yang Menikmati dua kali La Manita La Manita, secara harfiah berarti tangan kecil. Namun dalam EL Clasico, La Manita adalah skor 5-0 dan merupakan ejekan kepada tim lawan sambil mengacungkan lima jari yang menandakan kemenagan dengan skor lima tersebut. Michael Laudrup merupakan salah satu pemain yang bisa dibilang paling beruntung di dunia. Terlepas dari kontroversinya atas kepindahan langsung dari Barcelona menuju Madrid, Laudrup pernah merasakan membantai Real Madrid dengan skor 5-0 dan setahun setlahnya ia membantai Barcelona dengan skor yang sama, 5-0. Seorang asisten pelatih di Real Madrid mengenang momen tersebut. ia saat itu bergegas menuju ruang ganti setelah kemenangan 5-0 tersebut dan melihat Laudrup sedang duduk sambil tersenyum. Laudrup berkata; “aku telah memenangkan pertandingan 10-0.” El Clasico 2002: Kepala Babi untuk Luis Figo [caption id="attachment_189244" align="alignright" width="470"]pig head Kepala babi dekat tiang corner (sumber: Getty Images)[/caption] Pada 23 November 2002 lalu, Luis Figo kembali ke Camp Nou untuk yang kedua kalinya. Setelah awalnya ia mendapatkan cemoohan dari seisi Camp Nou serta ditimpuki dengan berbagai benda seperti korek api, kaleng bir hingga botol minuman mineral, kini ia kembali ditimpuki dengan benda yang sangat fenomenal yaitu; kepala babi. Sebelum pertandingan, Figo memang sempat berujar bahwa ia sangat khawatir perihal orang-orang yang kelewat marah (para fans Barca) akan kehilangan akal dan kendalinya. Kekhawatirannya terjadi ketika ia memutuskan untuk mengambil tendangan penjuru saat pertandingan berlangsung. Wasit Luis Medina Cantalejo akhirnya menghentikan pertandingan selama hampir 20 menit. Gerard Pique yang saat itu berada di tribun mengenang kejadian tersebut dan menyebutkan bahwa “Seluruh penonton marah besar, emosi sangat sulit dikendalikan,” kenangnya seperti dikutip dari laman Goal. Akhirnya media massa Spanyol menamai “Derbi de la Verguenza” yang berarti “ Derby of Shame.” El Clasico 2011: Magis Messi Musim 2010/2011 menjadi penanda kedatangan Jose Mourinho pulang ke tanah Spanyol. Kini ia bukan pulang ke Barcelona yang pernah ia bela saat menjadi asisten Sir Bobby, melainkan menjadi pelatih kepala Real Madrid. Kedatangaan Jose Mourinho mampu membangkitkan rivalitas anatar Real Madrid Barcelona, Mou dan Pep, serta CR7 dan Leo Messi. Pada musim tersebut, tercatat lima kali pertemuan antar Barcelona dan Real Madrid dengan rincian dua kali di kancah La Liga, satu kali di final Copa del Rey dan dua kali di semifinal Liga Champions Eropa. Lebih mengejutkan lagi, dalam kurun waktu 18 hari sejak 16 April 2011 hingga 3 Mei 2011, Real Madrid dan Barcelona harus bentrok sebanyak empat kali. Kulminasi pertandingan klasik tersebut tersaji pada pertandingan 27 April 2011. Sepekan setelah CR7 memastikan trofi Copa singgah ke kota Madrid, kini giliran Messi menunjukkan magisnya dengan mencetak gol ajaib dari tengah lapangan. Menerima umpan pendek Sergi Busquets, Messi berlari melewati Lass Diarra, Xabi Alonso, Sergio Ramos, Raul Albiol dan Marcelo sebelum akhirnya menaklukkan Iker Casillas. Gol yang diciptakan di Santiago Bernabeu tersebut adalah modal gol tandang bagi Barca untuk melaju ke final Wembley menghadapi Manchester United. Akhirnya, Barcelona mampu merengkuh gelar liga Champions Eropa untuk keempat kalinya beserta gelar La Liga di akhir musim 2010/2011 tersebut.
Tulisan ini disadur dari ESPN FC dengan melakukan perubahan seperlunya.
Fungsi dan Cara Membuat Pola di Rumput Lapangan Sepakbola
Artikel sebelumnya Fungsi dan Cara Membuat Pola di Rumput Lapangan Sepakbola
Pratinjau El Clásico: Pertaruhan Rafael Benítez (?)
Artikel selanjutnya Pratinjau El Clásico: Pertaruhan Rafael Benítez (?)
Artikel Terkait