Font size:
Sekiranya selama satu bulan sejak awal November, Queens Park Rangers (QPR) terus terkatung-katung sejak pemecatan Chris Ramsey. Neil Warnock yang ditunjuk sebagai caretaker pun justru membuat QPR semakin terperosok ke peringkat ke-12 Divisi Championship 2015/2016. QPR pun terus melobi beberapa calon manajer kendati masih dipimpin Warnock. Target pertama dilancarkan kepada Paul Lambert, eks manajer Aston Villa. Tapi ia lebih memilih pekerjaan di Blackburn Rovers.
Kemudian incaran dialihkan kepada Chris Powell, eks Huddersfield Town, dan Jimmy Floyd Hasselbaink yang saat itu masih melatih Burton Albion. Tapi The Hoops, jululan QPR, tampak lebih serius menggoda Hasselbaink, mengingat prestasinya membawa Burton promosi dari League Two. Bahkan sejauh ini Hasselbaink berhasil membawa Burton memimpin klasemen sementara League One 2015/2016. QPR pun harus bersaing dengan Fulham untuk merayunya. "Dia seorang pemimpin berwibawa kuat yang memberikan rasa hormat dari semua orang-orang yang bekerja dengannya. Dia meninggalkan kebutuhan bisnisnya dan mempersiapkan timnya secara cermat. Dia adalah manajer muda yang memiliki pengetahuan yang besar dari permainannya. Kami semua menantikan bab baru yang menarik di Loftus Road," ujar Les Ferdinand, Direktur QPR, seperti dikutip dari BBC. Mantan pelatih Royal Antwerp ini pun semakin merapat kepada The Hoops. Tapi Burton memberikan syarat kepadanya, yaitu diperbolehkan pergi jika sudah membereskan partai menghadapi Millwall FC. Hasilnya, Hasselbaink tidak hanya menyelesaikan janjinya, ia juga berhasil mengalahkan Millwall dengan skor 2-1. Perpisahan cukup manis antara Hasseilbaink dengan Burton. Dirinya rela meninggalkan kesebelasan yang sedang di atas angin demi melatih QPR pada Divisi Championship. Rupanya Hasselbaink ingin tantangan baru. Dirinya harus bisa mengangkat The Hoops dari peringkat 12 sementara, menuju zona promosi Divisi Championship. Tapi perlu diingat bahwa berada di QPR bukanlah pekerjaan simpel. "Bukan keputusan yang mudah untuk meninggalkan Burton, tetapi ketika anda mendapatkan kesempatan untuk datang di suatu tempat seperti QPR, dengan klub dimana skuatnya saling memiliki, itu adalah sesuatu yang tidak bisa saya tolak," ujar Hasselbaink seperti dikutip dari Daily Mail. "Saya merasa bahwa mereka adalah klub papan atas. Ini yang membuat saya tertarik tentangnya. Dan saya ingin menjaga perasaan itu dan mengambil langkah yang lebih positif untuk kedepannya," sambungnya. [caption id="attachment_190464" align="aligncenter" width="634" class=" "]![2F0EB5EA00000578-3345885-image-a-90_1449234599026](http://panditfootball.com/wp-content/uploads/2015/12/2F0EB5EA00000578-3345885-image-a-90_1449234599026.jpg)
Baca juga : London dan Sejarah Sepakbola di DalamnyaPada malam natal tahun lalu, usai latihan ia harus pulang ke rumah. Ia rela melewati perjalanan yang jauh untuk merayakan Natal bersama keluarganya. Kemudian, dini hari keesokannya harus berangkat kembali mempersiapkan Burton jelang Boxing Day. Tapi sekarang Hasselbaink bisa mendapatkan lebih banyak waktu ekstra. Jarak dari rumahya ke Harlington, tempat latihan QPR, bisa ditempuh dalam waktu setengah jam. Hasselbaink telah memberikan kehangatan dan kepopuleran di klub sebelumnya. Mengingat ia merupakan mantan pemain Liga Primer Inggris Keputusannya pindah ke The Hoops memang agak prematur. Tapi rasa kehangatan keluarga yang lebih dekat dan waktu yang banyak, mungkin bisa membantu Hasselbaink mendapat kepahlawanan yang baru bersama QPR.