Font size:
Ketika melihat daftar penyerang AC Milan musim ini, mungkin nama Carlos Bacca dan Luiz Adriano berada di daftar terdepan untuk menjadi sumber gol bagi Milan. Namun pada kenyataannya, Niang mulai reguler bermain sejak menit pertama pada beberapa pekan terakhir.
Niang mulai reguler dimainkan oleh Sinisa Mihajlovic setelah Luiz Adriano dan Mario Balotelli tak mampu memenuhi ekspektasi. Luiz Adriano hanya mencetak tiga gol dan dua assist dari 18 penampilan di Serie A sejauh ini, sementara Mario Balotelli masih harus berkutat dengan cedera. Niang sebenarnya berstatus pemain cadangan pada musim ini. Namun sejak akhir November, Mihajlovic mulai memberikannya kesempatan bermain sejak menit pertama. Kemampuan Niang yang bisa bermain sebagai penyerang tengah maupun penyerang sayap sendiri membuat Mihajlovic bisa mencoba berbagai variasi serangan. Mihajlovic kemudian mencoba formasi 4-3-3 (sebelumnya 4-3-1-2) dengan Niang sebagai penyerang sayap bersama Giacomo Bonaventura. Perubahan strategi tersebut cukup berhasil, namun Mihajlovic tampak masih kurang puas. Formasi 4-4-2 pun kemudian coba ia praktikkan. Pada formasi 4-4-2 ini, Niang ditandemkan dengan Bacca di lini depan. Bonaventura dan Keisuke Honda dipasang sebagai pemain sayap. Pada laga melawan Inter di derby della Madonnina kedua musim ini pun pola ini kembali dimainkan di mana kemudian Milan menang dengan skor 3-0. Niang pun turut mencetak satu gol pada laga yang berlangsung di Stadion San Siro tersebut. Ia juga berkontribusi atas gol yang dicetak Bacca dengan assist-nya. Bahkan atas aksi-aksinya melawan Inter tersebut, penyerang asal Prancis ini cukup layak dinobatkan sebagai man of the match laga tersebut. Kemenangan atas Inter juga memiliki arti bahwa semenjak Niang mulai reguler bermain sejak menit pertama, AC Milan lebih banyak mendapatkan hasil positif. Tercatat Milan menjalani 16 pertandingan setelah Niang bermain sejak menit pertama pada musim ini, dan Milan hanya dua kali kalah serta empat kali menuai hasil imbang di segala kompetisi. Di Serie A, Niang tercatat sudah tampil sebanyak 11 kali (hanya sekali sebagai pengganti). Ia pun cukup berkontribusi langsung dengan torehan tiga gol dan empat assistnya. Bahkan jika ditotal dengan jumlah golnya di Coppa Italia, ia berarti sudah mencetak enam gol dan empat assist dari 15 penampilannya musim ini. Penampilan gemilangnya baru terlihat pada kesempatan ketiganya tampil sejak menit pertama musim ini. Menghadapi Sampdoria, mantan penyerang Caen tersebut berhasil mencetak dua gol. Dua gol tersebut merupakan gol pertama dan keduanya di Serie A sepanjang kariernya membela AC Milan. Atas penampilannya yang terus meningkat dari satu pertandingan ke pertandingan lain, Niang pun mulai mendapatkan perhatian dari banyak kesebelasan Eropa. Leicester City dan Newcastle United dikabarkan telah mengajukan tawaran untuk membeli Niang, namun Milan menolaknya. Wonderkid yang Diperebutkan Banyak Kesebelasan Eropa Wonderkid disematkan pada pemain-pemain belia, yang umumnya berusia di bawah 21 tahun, namun memiliki potensi untuk menjadi pemain kelas dunia ketika mencapai usia matang. Niang adalah salah satu pemain yang masuk dalam kategori tersebut. Ia masuk ke akademi Caen pada usia 13 tahun, dan dengan cepat mencuri perhatian pelatih usia muda Caen kala itu, Philippe Tranchant. Tak heran memang, karena pada usia 15 tahun, ia sudah bermain untuk kelompok umur 19 tahun. Pada FourFourTwo Perancis, Tranchant kemudian mengatakan bahwa Niang memiliki potensi yang luar biasa. Tranchant pun pernah berujar bahwa suatu saat Niang akan menjadi pemain besar. “Niang memiliki potensi yang sangat besar. Saya tidak pernah melihat kemampuan seperti yang ia miliki di tim ini sebelumnya,” ujar Tranchant pada 2009 atau setelah Niang bermain dengan skuat cadangan Caen. Di tim cadangan Caen, Niang mulai mendapatkan perhatian media. Saat itu ia masih berusia 16 tahun dan sempat memuncaki daftar pencetak gol terbanyak skuat cadangan Caen yang berlaga di divisi empat Prancis. Menurut Foot Mercato, tiga kesebelasan top Eropa, Juventus, Manchester City dan Tottenham Hotspur menggoda Caen untuk melepasnya. Namun manajemen Caen enggan melepasnya. Niang justru mendapatkan kontrak profesional pertamanya bersama Caen yang berdurasi tiga tahun. Pemain kelahiran kota Meulan-en-Yvelines ini pun diproyeksikan bermain dengan skuat senior. Lantas Niang menjalani debutnya pada pertengahan 2011. Pada laga debutnya menghadapi Toulouse ini, Niang yang menggunakan nomor punggung sembilan masuk sebagai pemain pengganti pada laga yang berakhir dengan skor 1-1 tersebut. Pada debutnya tersebut, Niang saat itu berusia 16 tahun 114 hari. Usianya saat itu pun menjadikannya sebagai pemain termuda sepanjang sejarah Caen. Gol pertamanya untuk Caen datang dua pekan setelah debutnya pada laga yang berakhir imbang melawan Caen. Gol itupun membuatnya tercatat sebagai pencetak gol termuda kedua sepanjang sejarah Ligue 1. Baru pada musim 2011/2012 Niang mulai reguler bermain dengan tim utama Caen. Namun hal itu tentunya tetap menjadi prestasi yang mengesankan baginya karena kala itu ia masih berusia 17 tahun. Tampil sebanyak 23 kali dan mencetak dua gol di Ligue 1, sejumlah kesebelasan Eropa pun mulai tertarik untuk mendatangkannya. Berdasarkan laporan Daily Mail, Niang terlihat sedang berada di Inggris untuk menjalani trial dengan Arsenal, Everton dan Tottenham Hotspur. Sementara Sky Sports melaporkan bahwa Niang lebih berpotensi merapat ke Arsenal karena kesukaan manajer Arsenal, Arsene Wenger, yang sering mendatangkan pemain asal Prancis. Tapi ketika gosip tersebut beredar, Niang kemudian terlihat di kota Milan dan sedang makan malam bersama Wakil Presiden AC Milan, Adriano Galliani. Lantas peresmian perekrutan Niang sebagai penggawa baru AC Milan pun diumumkan tiga hari berselang. Halaman berikutnya, Sempat Bermasalah dan Terancam Dilego Milan Sempat Bermasalah dan Terancam Dilego Milan Setelah berseragam AC Milan, Niang menjadi pencetak gol termuda kedua sepanjang sejarah Milan atas golnya yang dicetak ke gawang Reggina di Coppa Italia pada 2012. Namun hal itu tak menjamin kariernya mulus di salah satu kesebelasan raksasa Italia ini. Tak kunjung mendapatkan kesempatan bermain, ia kemudian dipinjamkan ke Montpellier dan Genoa pada bursa transfer musim dingin 2013/2014 dan 2014/2015. Tampil tak mengesankan timnya, ia justru muncul menjadi tajuk utama pemberitaan atas apa yang ia lakukan di luar lapangan. Pada 2012, ia ditahan polisi karena mengemudi tanpa Surat Izin Mengemudi (SIM). Bahkan ia sempat mengaku bahwa dirinya adalah rekan setimnya, Bakaye Traore. Traore sendiri merupakan rekan yang mobilnya ia pinjam sekaligus lisensi mengemudinya. Tak hanya kejadian itu, Niang kembali bermasalah dengan aksinya di jalanan pada 2014. Saat ia menjalani masa pinjaman di Montpellier, mobil Ferrari yang ia kemudikan menabrak pohon dan melukai setidaknya 11 orang. Niang pun sempat terancam 18 bulan penjara walaupun pada akhirnya lepas dari hukuman penjara. Kembali ke AC Milan, Niang masih gagal menembus skuat utama. Pada awal tahun 2015, ia pun dipinjamkan ke Genoa. Namun cedera yang dialaminya menjelang akhir musim membuatnya dipulangkan ke Milan meski awalnya hendak dipermanenkan karena mencetak lima gol dan tiga assist dari 14 penampilan. Cedera kembali dideritanya pada pramusim Milan musim 2015/2016. Kedatangan Luiz Adriano dan Balotelli membuatnya hendak kembali dipinjamkan atau dijual. Namun Niang ingin membuktikan diri dan tetap bertahan di Milan. “Banyak kesebelasan yang meminatinya, tapi ia memilih untuk fokus bersama Milan,” ujar Moussa Ndiaye, agen Niang, pada Milan News November lalu. “Ia bertekad untuk menjadi lebih kuat dan akan memberikan segalanya untuk Milan. Ambisi klub ini sangat besar, M’Baye pun demikian. Ia hanya ingin Milan.” Ternyata ucapan Ndiaye itu bukan isapan jempol belaka. Niang membuktikan diri dengan menjadi andalan Mihajlovic di lini depan. Bahkan di laga seakbar Derby della Madonnina menghadapi rival sekota, Inter Milan, Niang mendapatkan sorotan karena penampilannya yang cemerlang. foto: gazetarilindja.com