Array
(
    [article_data] => Array
        (
            [artikel_id] => 210239
            [slug] => https://panditfootball.com/cerita/210239/PFB/171018/radamel-falcao-semakin-bertaring-saat-usianya-berkepala-tiga
            [judul] => Radamel Falcao Semakin Bertaring Saat Usianya Berkepala Tiga
            [isi] => 

AS Monaco secara mengejutkan takluk 1-2 saat jumpa Besiktas di kandangnya sendiri, Stade Louis II, Rabu (18/10) dalam lanjutan pertandingan penyisihan Liga Champions Grup G. Hasil yang mengecewakan karena Monaco juga semakin terpuruk di dasar klasemen Grup G dengan satu poin dari tiga pertandingan yang dilakoni.

Meski begitu, di balik rentetan hasil buruk yang dialami juara Ligue 1 musim lalu itu, tetap ada setitik kebanggaan yang bisa mereka pamerkan. Radamel Falcao adalah kebanggaan yang setidaknya bisa sedikit membuat wibawa Monaco tak tenggelam begitu saja akibat serentetan hasil buruk yang dialami Monaco di Liga Champions musim ini.

Pada pertandingan melawan Besiktas, Falcao berhasil mencetak gol pada menit 30, yang kemudian berhasil dibalas Besiktas melalui Cenk Tosun yang mencetak dua gol. Itu adalah gol perdana Falcao di Liga Champions musim ini, meski gol pertamanya itu gagal dirayakan dengan kemenangan, namun penyerang Kolombia itu setidaknya berhasil menorehkan catatan krusial selama kiprahnya di kompetisi Eropa.

Falcao memulai kariernya di Eropa pada tahun 2009, FC Porto menjadi kesebelasan pertamanya di Benua Biru. Sejak saat itu, ia sudah melanglang buana ke sejumlah klub elite Eropa hingga akhirnya berlabuh di AS Monaco. Total sudah 55 pertandingan dimainkan Falcao di seluruh kompetisi Eropa.

Satu gol yang dilepaskannya ke gawang Besiktas membuat torehan golnya selama mentas di kompetisi Eropa menjadi 45 gol. Jumlah tersebut membuatnya layak dianggap sebagai salah satu penyerang subur yang mentas di kancah sepakbola Eropa.

https://twitter.com/Squawka/status/920368359597858816

Jika melihat perjalanan karier Falcao di Eropa, nasibnya selayak roda yang berputar. Saat masih menjadi penggawa FC Porto, Falcao begitu cemerlang dengan lesakan 72 golnya dalam 87 pertandingan di semua ajang.

Ketajaman penyerang berjuluk El Tigre itu berlanjut saat memutuskan hijrah ke Atletico Madrid. Sebanyak 97 pertandingan dilakoninya dengan torehan 70 gol. Pada tahun 2013, AS Monaco pun memboyongnya. Berharap agar ketajaman Falcao bertuah, kenyataan yang didapat justru sebaliknya.

Semusim bermain bersama Monaco, Falcao banyak menghabiskan waktu di ruang perawatan karena cedera lutut yang dialaminya. Ketika pulih, ia dipinjamkan ke Manchester United pada musim 2014/2015. Harapan agar ketajamannya kembali di klub berjuluk Setan Merah itu pun hanyalah angan belaka, karena Falcao justru menunjukkan penampilan yang jauh dari harapan. Akibatnya, hanya 26 penampilan yang ia mainkan dengan torehan empat gol di Liga Primer Inggris.

Musim berikutnya, giliran Chelsea yang mencoba untuk mengembalikan performanya. Tapi senasib dengan MU, Chelsea juga gagal untuk membuat Falcao menemukan permainan terbaiknya. Nasibnya tak lebih dari sekadar pemain lapis dua di klub berjuluk The Blues itu. Hanya 10 penampilan yang dibukukannya dengan torehan satu gol.

Gagal bersinar di MU dan Chelsea membuat namanya seiring dilupakan sebagai salah satu penyerang tajam di kompetisi Eropa. Maklum banyak pihak menganggap kariernya sudah habis, lagi pula usianya sudah memasuki 30 tahun ketika keluar dari Chelsea di tahun 2016.

Namun Monaco tak terpengaruh dengan kondisi yang dialami oleh penyerang yang kabarnya mereka tebus dengan harga 60 juta euro itu dari Atletico Madrid. Pada musim 2016/2017, Loenardo Jardim menjadikan Falcao sebagai penyerang utama Monaco ditandemkan dengan Valere Germain hingga Kylian Mbappe.

Tak disangka, Falcao justru mampu menunjukkan kembali permainan terbaiknya. Total, 43 penampilan berhasil ditorehkannya dengan catatan 30 gol di semua ajang. Pencapaian lain yang berhasil ditorehkan Falcao pada musim tersebut adalah membawa Monaco meraih gelar juara Ligue 1 dan menembus babak Semifinal Liga Champions.

Melalui pencapaian tersebut Falcao membuktikan bahwa meski usianya sudah berkepala tiga dan cenderung tampil inferior di beberapa musim sebelumnya, belum saatnya untuk menganggap El Tigre sudah habis. Penampilan gemilang Falcao di musim lalu berlanjut pada musim 2017/2018 ini.

Meski sudah tidak ada lagi Mbappe yang memilih pindah ke Paris Saint-Germain (PSG), namun Falcao tak kehilangan taringnya di depan gawang. Di Liga Champions ia memang baru mencetak satu gol, namun di ajang Ligue 1 Falcao sudah mencetak 12 gol. Catatan tersebut membuat Falcao nyaman berada di posisi puncak daftar pencetak gol sementara Ligue 1. Torehan tersebut belum mampu disaingi oleh penyerang top lainnya yang berlaga di Ligue 1 seperti Edinson Cavani (8 gol) atau bahkan Neymar yang sejauh ini baru mencetak enam gol.

Ada banyak faktor sebenarnya yang membuat penampilan Falcao semakin tajam saat ini, salah satunya adalah kepercayaan tampil yang lebih banyak. Dibandingkan dengan posisi lainnya di sepakbola, seorang penyerang memang membutuhkan menit bermain yang konsisten agar performanya bisa terlihat. Di Monaco, kesempatan bermain yang dimiliki Falcao terbilang lebih banyak dibanding saat ia berkarier di MU dan Chelsea.  

Pada musim lalu, di ajang Ligue 1, Falcao tampil dalam 29 pertandingan dengan 22 laga dimulainya sebagai starter. Sementara saat di MU, ia memang tampil dalam 26 pertandingan di Liga Primer Inggris, namun hanya 14 laga yang dimainkannya sebagai starter. Sementara pada musim ini, di kompetisi domestik Falcao telah mencatatkan delapan pertandingan yang semuanya dimainkan sejak menit pertama. Hanya satu laga saja ia absen, karena harus membela Kolombia di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2018.

Satu hal lain yang tak bisa dilepaskan begitu saja adalah keinginan kuatnya untuk bangkit dari keterpurukan. Tak bisa dimungkiri bahwa gagalnya ia bersinar di Chelsea dan MU disebabkan karena cedera lutut yang terus menggerogotinya. Terus berkutat dengan cedera bukan kondisi yang menyenangkan bagi pesepakbola, namun Falcao berhasil melaluinya, hingga ia pun kini kembali menjadi Harimau ganas di kotak penalti lawan.

"Saya sudah melalui masa sulit, tapi dalam masa-masa sulit tersebut saya berusaha, dan tidak banyak orang mengetahuinya. Saya percaya bahwa proses tidak akan mengkhianati hasil, dan masa-masa sulit itu membuat saya menjadi pribadi yang lebih kuat," ujar Falcao seperti dilansir ESPNFC, beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Radamel Falcao, Pribadi Kuat dan Religius

Baca Juga: Ingatan-Ingatan Falcao: dari yang Pernah Tak Tergantikan sampai Tak Lagi Dibutuhkan

Foto: Twitter AS Monaco

[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Champions%20dan%20Europa/Falcao%20Capt.jpg [tanggal] => 18 Oct 2017 [counter] => 3.922 [penulis] => Septian Nugraha [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/large/2022/Agustus%202022/Logo-transparent.png [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/tian [penulis_desc] => [penulis_initial] => SPN [kategori_id] => 392 [kategori_name] => Cerita [kategori_slug] => cerita [kategori_url] => https://panditfootball.com/kategori/cerita [user_url] => [user_fburl] => [user_twitterurl] => [user_googleurl] => [user_instagramurl] => ) [tags] => Array ( [0] => stdClass Object ( [artikel_id] => 210239 [tag_id] => 586 [tag_name] => as monaco [tag_slug] => as-monaco [status_tag] => [hitung] => 30 ) [1] => stdClass Object ( [artikel_id] => 210239 [tag_id] => 2042 [tag_name] => Radamel Falcao [tag_slug] => radamel-falcao [status_tag] => [hitung] => 19 ) [2] => stdClass Object ( [artikel_id] => 210239 [tag_id] => 2232 [tag_name] => Ligue 1 [tag_slug] => ligue-1 [status_tag] => [hitung] => 68 ) [3] => stdClass Object ( [artikel_id] => 210239 [tag_id] => 6502 [tag_name] => Liga Champions Eropa [tag_slug] => liga-champions-eropa [status_tag] => 0 [hitung] => 495 ) ) [related_post] => Array ( [0] => Array ( [artikel_id] => 4236 [slug] => https://panditfootball.com/cerita/4236/PFB/140411/bocah-kolombia-ini-menangis-terharu-saat-bertemu-falcao [judul] => Bocah Kolombia Ini Menangis Terharu Saat Bertemu Falcao [isi] => Falcao memang masih diragukan untuk tampil di Piala Dunia nanti, terkait cedera ligamen yang dideritanya. Striker tim nasional Kolombia tersebut cedera saat membela Monaco di Liga Prancis. Meski masih menjalani terapi agar mempercepat penyembuhan lututnya di kota Madrid, Falcao masih menyempatkan diri bertemu penggermarnya. Bocah asal Bogota Kolombia yang akhirnya berhasil bertemu dengannya memang bukan sembarangan, melainkan penggemar berat yang memiliki lebih dari 130 foto dan kliping koran terpajang di dinding kamarnya. Berkat bantuan Revel Foundation, bocah 13 tahun bernama Michael Steven akhirnya meledak tangisnya saat bertemu langsung dengan sang idola. Kerasnya tangis seru sempat membuat heran anak - anak lain yang memang juga berkesempatan bertemu dengan El Tigre. Pada akhir pertemuan tersebut Steven juga sempat memegang lutut Falcao sambil mendoakan agar dirinya dapat sembuh dengan cepat. Steven berharap agar di Piala Dunia nanti negaranya Kolombia dapat diperkuat mantan striker Atletico Madrid tersebut. Falcao memang belum dapat dipastikan pulih total saat Piala Dunia nanti. Namun dokter yang menanganinya, Jose Carlos Noronha optimis kesembuhan Falcao dapat terjadi lebih cepat. Get well soon El Tigre!   [video id="SHYpZoNLV9o" site="youtube"][/video]   (amp) [gambar] => http://www.panditfootball.com/wp-content/uploads/2014/04/falcao.jpg [tanggal] => 11 Apr 2014 [counter] => 2.619 [penulis] => PanditFootball [penulis_foto] => https://panditfootball.com/assets/images/logo/Logo-transparent.png [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/PanditFootball [penulis_desc] => Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis sepakbola, baik Indonesia maupun dunia. Analisis yang dilakukan meliputi analisis pertandingan, taktik dan strategi, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya. Keragaman latar belakang dan disiplin ilmu para analis memungkinkan PFI untuk juga mengamati aspek kultur, sosial, ekonomi dan politik dari sepakbola. Akun twitter: @panditfootball contact: redaksi@panditfootball.com [penulis_initial] => PND [kategori_id] => 392 [kategori_name] => Cerita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita ) [1] => Array ( [artikel_id] => 1930 [slug] => https://panditfootball.com/cerita/1930/PFB/140201/kisah-bir-dan-sepakbola-ala-papua [judul] => Kisah Bir dan Sepakbola ala Papua [isi] =>

Oleh: Paul Cumming

"Pak Paul! Pak Paul!" Terdengar teriakan keras dari lantai atas sebuah hotel di Bekasi. Mulanya saya masih mengabaikan teriakan itu. Tapi intonasi teriakan itu membuat saya sedikit panik. Lalu terdengar lagi teriakan yang lebih jelas: "Pak Paul! Adolof, Pak Paul!" "Hah Adolof?" Saya baru sadar. Di depan seluruh pemain Perseman Manokwari yang sedang bersiap-siap berangkat ke stadion, ternyata ada satu pemain yang belum muncul. Pemain itu adalah Adolof Kabo. Saya refleks memijit-mijit kening sembari bergumam: "Aduh Adolof!" Adolof Kabo adalah pemain kunci Perseman Manokwari saat saya melatih di sana pada 1984-1986. Sebagai seorang striker, dia penyerang yang gol-golnya amat dibutuhkan. Tapi Kabo bukan sekadar goal-getter, dia juga nyawa tim. Dengan skill individunya, yang kadang kala membuatnya terlihat egois, Kabo sering meneror pertahanan lawan seorang diri. Bersama partnernya di lini depan, Elly Rumaropen, dan pemain tengah Yonas Sawor, Kabo bisa sangat percaya diri mengobrak-abrik pertahanan lawan. Nama-nama inilah yang berhasil membawa Perseman sampai ke grand-final Divisi Utama Perserikatan 1986 menghadapi Persib Bandung. Maka ketika saya sadar Adolof tak terlihat bersama rekan-rekannya, ditambah teriakan panik dari lantai atas, saya merasa gelisah bukan main. Padahal sebentar lagi kami harus berangat ke stadion Bekasi untuk berjuang mati-matian melawan Perseden Denpasar. Pertandingan itu amat menentukan bagi kami untuk lolos ke Empat Besar Divisi Satu 1984 yang akan digelar Bandung. "Aduh, Adolof ini kemana, yah?" "Mungkin dia masih di warung?" salah seorang pembantu umum (kitman) mencoba menenangkan saya. Setelah ditunggu beberapa menit, Adolf tak kunjung datang. Imbasnya saya pun berkeringat dingin. "Cari dia! Cepat! Cepat! Cepat! Tidak ada waktu lagi!," teriakan saya menyentak seluruh ruangan. Dua orang pembantu umum yang terlihat kebingungan langsung berlari keluar mencari Adolof ke warung-warung terdekat. Beberapa menit kemudian mereka berhasil menemukan Adolof. Degup jantung saya pun sedikit mereda. Syukurlah! Tapi kegugupan saya belum hilang karena Adolof tiba dengan dipapah dua pembantu umum. Adolof berjalan sempoyongan. "Duh ternyata dia mabuk!" keluh saya dalam hati. Lantas tiba-tiba dia langsung memeluk saya. "Saya minta maaf Paul, saya baru habis sepuluh botol besar," ucap Adolof sambil meringis dengan air mata berlinang. Tampaknya dia merasa sangat bersalah. "Adolof masih bisa main?" saya tanya dia baik-baik. "Bisa, Paul. Walaupun saya mabuk saya janji cetak gol dan kita akan menang dan saya janji saya tidak akan minum lagi sampai kita juara di Bandung!" "Okay Adolof. Saya percaya sama Adolof. Sekarang cepat pakai kostum karena kami menunggu Adolof untuk ikut doa sebelum ke lapangan," Sampai ke stadion Adolof masih loyo, langkahnya masih gontai. Dia masih belum memisahkan dunia nyata dengan alam bawah sadarnya. Waktu pemanasan dia malah sempat dua kali jatuh terpeleset membuat orang terheran-heran melihatnya. Saya sedikit ragu kepada dia, tapi saya percaya janji Adolof pada saya. Karena itulah saya pasang dia sebagai starter. Intinya dia harus berjuang dari awal. Degup jantung saya mengencang sepanjang pertandingan, terutama saat melihat Adolof Kabo di lapangan. Duh! Masalahnya selama pertandingan dia berlari agak miring dan oleng sempoyongan. Tanpa di-tekel atau di-body charge lawan pun Adolof beberapa kali jatuh karena keseimbangannya yang setengah sadar. Tetapi siapa sangka tiba-tiba dia mencetak gol yang sangat spektakuler lewat shooting jarak jauh dari jarak 30 meter. Kami pun menang 1-0 hingga bisa lolos ke 4 Besar di Bandung. Kejadian ini tak pernah saya lupakan, karena baru pertama kalinya saya lihat orang setengah sadar bisa cetak gol. Cerita kemudian berlanjut di Bandung. Sampai ke Bandung saya sangat kecewa karena oleh panitia kami dan tiga tim lainnya ditempatkan dalam satu barak militer yang sama. Saya langsung melarang pemain turun dari bus. PS Bengkulu juga menolak tinggal di komplek militer itu dan memilih sebuah hotel yg sangat mewah. Panitia marah-marah kepada saya, tetapi saya jelaskan kalau tim saya dari PSAD (Persatuan Sepakbola Angkatan darat) saya pasti setuju di situ, tapi kami tim bola sipil bukan militer. Mendengar alasan itu mereka panggil saya "Cowboy Cumming" . Saya tak peduli omelan itu karena sesuai dengan prinsip saya kalau sebuah tim mau berhasil harus dalam keadaan gembira. Tinggal di barak militer, kami tentu tak akan gembira. Beruntung akhirnya kami dapat tempat di Balai Latihan Departemen Tenaga Kerja, di mana situasi sangat kondusif apalagi masyarakat disitu sangat-sangat ramah. Bagi saya, bermain bola dengan kegembiraan, dengan hati yang senang, adalah kunci untuk memunculkan permainan maksimal anak-anak Perseman. Sepakbola adalah kebahagiaan, kesenangan, dan suka cita. Jika bermain dengan tertekan, sukar akan mendapatkan hasil yang diinginkan. Ternyata kegembiraan suasana selama di situ membuat hasil yang positif dan Perseman keluar sebagai juara. Asal tahu saja, sebelum babak empat besar, semua pemain termasuk Adolof berjanji untuk tidak minum alkohol sampai kami menerima trofi juara Divisi Satu. Saya sudah bilang sama mereka, "Kalau kalian janji tidak minum sampai kita juara, malam setelah juara kalian bebas dan boleh minum sepuas-puasnya." Dan ternyata janji itu mereka penuhi. Maka sesudah mengalakan PS Bengkulu 3-1 di final. Mereka langsung menagih janji itu. Saya menepati janji saya untuk membiarkan mereka larut dalam pesta pora.

Lanjut ke halaman berikutnya

Lanjutan dari halaman sebelumnya

Besoknya pagi-pagi saya sudah gelisah di hotel. Beberapa jam sebelum ke stasiun untuk pulang, para pemain masih banyak yang hilang entah ke mana. Untungnya beberapa mahasiswa asal Papua membantu kami mencari pemain di tempat-tempat hiburan. Beruntung sebelum kereta berangkat ke Jakarta semua pemain sudah ada di atas kereta walaupun sebagian dari mereka masih kurang sadar! Melihat mereka saya tak pernah marah, saya tahu bahwa bir dan sepakbola di Papua memang sulit dipisahkan. Saran saya kepada pelatih yang hendak melatih klub-klub Papua harus mengerti masalah itu. Jika mau berhasil turuti saran saya itu. Soalnya amat jarang pemain Papua yang tidak suka minum, karena itu sudah bagian dari tradisi di sana. Saya masih ingat ketika Adolof dikirim ke Brasil oleh PSSI. Sesudah agak lama di Brasil dia kembali ke Manokwari. Setelah sampai di Manokwari dia langsung mendatangi saya yang waktu itu sedang memimpin latihan Perseman di lapangan Borassi. Ketika saya sedang asyik-asyik di tepi lapangan tiba-tiba saja Adolof berlari dan memeluk saya. Langsung saya tanya dia tentang pengalaman dia selama di Brasil. Maksud saya bertanya soal ilmu sepakbola yang dia dapat disana. Tapi jawabannya ternyata berbeda. Adolof malah menjawab dengan senyum khasnya "Aduh Paul! Bir di Brasil tidak enak!" "Aduh Adolof!" Ada juga cerita lucu lainnya. Saat itu Perseman sedang berlaga di Divisi Utama Perserikatan tahun 1985. Waktu itu tiba-tiba saja Solichin GP (Ketua umum Persib Bandung) membuat acara makan bersama antara pemain Persib dan Perseman Manokwari di restoran Lembur Kuring Senayan. Saya pikir acara itu adalah acara permintaan maaf Solihin kepada saya, mengingat sebelumnya dia pernah meminta PSSI untuk mendeportasi saya hanya gara-gara Jonas Sawor mendorong Adjat Sudrajat ketika Persib jumpa Perseman di putaran 12 besar Dalam acara makan-makan tersebut, pihak Persib amat sangat ramah. Entah itu taktik atau apa, yang jelas para pemain Perseman diberikan masing-masing 5 botol bir besar. Para pemain Persib tak lama-lama di sana mereka pulang duluan. Tapi Pemain Perseman tetap di tempat karena botol-botol yang ada belum habis. "Alamak!" mereka lupa bahwa para pemain Persib cepat-cepat pulang karena keesokan harinya akan melawan Persija Jakarta. Dan yang lebih parahnya lagi, sebelum Persib bertanding di Stadion Senayan malam hari, sorenya Perseman harus melawan PSP Padang. Kalau tidak salah, gara-gara pesta itu, banyak pemain yang mabuk berat dan begadang sampai pagi. Ada berapa pemain inti tidak bisa turun, termasuk Adolof karena cedera. Mau tak mau saya menurunkan pemain pas-pasan, apalagi banyak di antara mereka masih di bawah pengaruh alkohol. Beruntung Sem Aupe mampu menggantikan posisi Adolof sebagai striker dengan baik. Pertandingan berjalan lancar dengan semangat tinggi. Hanya waktu istirahat di ruang ganti saya tidak memberikan intruksi kepada mereka. Sebagian pemain memilih tidur dan harus dibangunkan lagi untuk babak kedua. Meski terlelap sebentar, Perseman di luar dugaan menang 2-1. --------------------------------------------------- Catatan editor: Dalam naskah buku yang akan terbit [Persib Undercover: Kisah-kisah yang Terlupakan] yang disusun oleh Aqwam Fiazmi Hanifan, ada kisah tambahan yang menarik mengenai Perseman dan bir yang tak sempat dikisahkan Paul di tulisannya ini. Wawancara Aqwam dengan Achwani, Sekretaris Umum Persib di saat Persib bertemu Perseman di Grand Final Divisi Utama 1986, menjelaskan bagaimana Persib dengan cerdik menggunakan kebiasaan minum pemain Perseman ini. Menurut Achwani, salah seorang pengurus diberi tugas untuk memancing para pemain Perseman keluar dari kamar hotel untuk ditraktir minum sepuasnya di salah satu bar. "Saya diberi tugas untuk kasih mereka berkrat-krat bir supaya mereka mabuk berat dan tak tidur, ternyata benar saja, ternyata di malam itu misi saya sukses, mereka mabuk dan sama sekali tak istirahat, padahal besoknya mau bertanding lawan Persib," ucap Achwani. Hal ini diakui oleh Paul Cumming. Ia mengakui kelemahannya anak asuhnya selalu dimanfaatkan oleh lawan, hampir semua lawan Perseman, bukan hanya Persib. Dalam laporan Pikiran Rakyat edisi 19 Januari 1985, Adolf Kabo mengakui bahwa minum-minum adalah tradisi yang biasa mereka lakukan bersama rekan-rekannya. Saat itu Perseman baru saja bertanding melawan PSMS dengan skor akhir 1-1. Saat berbicara pada wartawan ketika itu, Adolf sempat memperlihatkan tumpukan kaleng bir. [@zenrs]   Penulis adalah mantan pelatih sepakbola di berbagai klub Indonesia. Kini bergabung dengan Pandit Football Indonesia sebagai penulis tamu. Akun twitter @papuansoccer       image by: travelpapua.blogspot.com perseman-manokwari.jimdo.com

[gambar] => https://panditfootball.com/images/attach/perseman-1986-adolf-kabo-cs.jpg [tanggal] => 01 Feb 2014 [counter] => 115.704 [penulis] => PanditFootball [penulis_foto] => https://panditfootball.com/assets/images/logo/Logo-transparent.png [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/PanditFootball [penulis_desc] => Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis sepakbola, baik Indonesia maupun dunia. Analisis yang dilakukan meliputi analisis pertandingan, taktik dan strategi, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya. Keragaman latar belakang dan disiplin ilmu para analis memungkinkan PFI untuk juga mengamati aspek kultur, sosial, ekonomi dan politik dari sepakbola. Akun twitter: @panditfootball contact: redaksi@panditfootball.com [penulis_initial] => PND [kategori_id] => 392 [kategori_name] => Cerita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita ) ) [prev_post] => Array ( [artikel_id] => 210238 [slug] => https://panditfootball.com/article/show/berita/210238/PFB/171018/marcelo-kasus-kesekian-pengemplangan-pajak-di-spanyol [judul] => Marcelo, Kasus Kesekian Pengemplangan Pajak di Spanyol [isi] =>

Kasus pengemplangan pajak di Spanyol tampaknya belum usai. Setelah Cristiano Ronaldo, Neymar, dan Lionel Messi, sekarang Marcelo yang dituduh mengemplang pajak oleh badan pajak Spanyol.

Dilansir dari ESPN FC, Marcelo dituduh oleh badan pajak Spanyol mengemplang pajak sekira 491 ribu euro (579 ribu dolar Amerika) pada 2013 silam. Serupa dengan Messi dan Ronaldo, cara Marcelo dalam mengemplang pajak ini hampir sama, yakni dengan menggunakan perusahaan luar negeri untuk memperoleh pendapatan dari hasil penjualan hak citra Marcelo. 

Pemain yang pernah membela Fluminense pada 2007 ini memang sudah menjadi target tersendiri dari badan pajak Spanyol, setelah mereka berhasil mengungkap kasus pengemplangan pajak yang dilakukan oleh Ronaldo dan Messi. Soal pengemplangan pajak, badan pajak Spanyol yang bekerja sama dengan pihak keamanan setempat memang tidak tebang pilih. Jose Mourinho juga pernah dituduh mengemplang pajak selama menjadi pelatih Real Madrid.

Soal pengemplangan pajak yang dituduhkan kepadanya ini, Marcelo pun berharap agar hal ini tidak menjadi kasus yang berkepanjangan. Lewat pengacara yang sudah ia sewa, ia berharap bahwa kasus ini bisa segera selesai dan jalan keluar yang terbaik bisa segera ditemukan oleh kedua belah pihak.

"Sekarang soal ini (soal tuduhan pengemplangan pajak) sedang diusahakan oleh pengacara saya. Saya harap kasus ini bisa segera selesai dan penyelesaian yang terbaik bisa segera didapatkan," ujar Marcelo usai laga melawan Tottenham Hotspur, disitat dari Bleacher Report.

Spanyol, negara yang kejam terhadap pengemplang pajak

Soal pajak di negaranya, Spanyol memang negara yang terkenal cukup galak. Semenjak "Beckham Laws", aturan khusus yang diberlakukan kepada para pemain asing yang berlaga di Spanyol dihapuskan pada 2010, persentase pemotongan pajak penghasilan pesepakbola asing di Spanyol menjadi lebih tinggi.

Saat "Beckham Laws" masih diberlakukan, potongan pajak yang dikenakan bagi pesepakbola asing, termasuk yang memiliki kemampuan khusus, tidak terlalu tinggi. Jika awalnya potongan pajak dari penghasilan pemain asing yang berkiprah di Spanyol berjumlah 43%, dengan adanya "Beckham Laws" ini, potongan pajak bagi pemain asing yang berkemampuan khusus besarannya berkurang menjadi 24,7%.

Namun sejak aturan "Beckham Laws" ini dihapuskan pada 2010, potongan pajak bagi atlet asing menjadi bertambah. Atlet asing yang berpenghasilan 600.000 ribu euro lebih dikenakan potongan pajak sebesar 43%, sesuai dengan aturan yang berlaku. Potongan pajak besar inilah yang membuat para pemain asing mulai banyak yang mengemplang pajak. Kebanyakan dari mereka menggunakan cara yang sama, yaitu menjual hak citra dengan perantara perusahaan asing di luar negeri.

Tapi dampak dari penghapusan "Beckham Laws" ini tidak hanya berdampak pada setiap atlet asing saja. Badan pajak Spanyol, sekaligus otoritas tertinggi yang mengatur dunia perpajakan di Spanyol, menjadi lebih keras terhadap para pengemplang pajak. Hal ini pun diprediksi akan membuat La Liga tidak lagi menjadi liga yang menyenangkan bagi para pemain asing. Aturan ketat ini bahkan sampai membuat Cristiano Ronaldo sempat mengungkapkan ingin minggat dari Spanyol.

"Dia sangat sedih dan sangat kecewa karena kasus yang menimpanya itu. Dia tidak ingin tinggal di Spanyol. Pada saat ini, dia ingin pergi," ujar salah satu rekan Ronaldo seperti dikutip dari BB.

Baca Juga: Alasan Banyaknya Kasus Penggelapan Pajak di Spanyol

foto: @MARCAinENGLISH

 

[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/La%20Liga%20Spanyol/Marcelo.jpg [tanggal] => 18 Oct 2017 [counter] => 2.781 [penulis] => Sandy Firdaus [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/large/2022/Agustus%202022/Logo-transparent.png [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/sandy1750 [penulis_desc] => [penulis_initial] => SFS [kategori_id] => 599 [kategori_name] => Berita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/berita ) [next_post] => Array ( [artikel_id] => 210240 [slug] => https://panditfootball.com/article/show/berita/210240/PFB/171019/jangan-heran-jika-kesebelasan-indonesia-tidak-bisa-ikut-kompetisi-afc-2018 [judul] => Jangan Heran Jika Kesebelasan Indonesia Tidak Bisa Ikut Kompetisi AFC 2018 [isi] =>

Sebagai asosiasi yang tergabung ke dalam konfederasi AFC (sepakbola Asia), kesebelasan-kesebelasan Indonesia berhak mengikuti kompetisi-kompetisi tingkat AFC seperti Liga Champions AFC dan Piala AFC. AFC kemudian sudah menentukan untuk memberikan satu tempat kepada Indonesia untuk mengikuti babak play-off Liga Champions dan dua tempat untuk Piala AFC.

PSSI, sebagai asosiasi sepakbola yang berada di bawah AFC, diberikan tenggat waktu untuk menyetor nama-nama kesebelasan tersebut paling lambat pada 15 November 2017. Akan tetapi PSSI belum bisa menentukan sekarang, karena kompetisi Liga 1 masih akan berlangsung dan akan memainkan pertandingan terakhir pada 12 November 2017.

Maka nantinya, PSSI tidak terburu-buru mendaftarkan kesebelasan meski waktu yang tersedia hanya tiga hari dari akhir kompetisi ke deadline keputusan. Tapi untuk mendaftarkan kesebelasan, setiap kesebelasan wajib memenuhi syarat licensing. Dan proses licensing ini sebenarnya tidak semudah yang terlihat, apalagi banyak kesebelasan di Indonesia yang diperkirakan tidak memenuhi kriteria.

PSSI meminta perpanjangan deadline

PSSI berkata mereka sudah melakukan proses licensing dan akan mengumumkan hasilnya pada 30 Oktober. Dari situlah akan diketahui kesebelasan mana saja yang memiliki lisensi, sehingga bisa mengikuti kompetisi AFC.

Meski demikian, Departemen Lisensi Klub PSSI, Tigor Shalom Boboy, mengatakan bahwa mereka berencana meminta perpanjangan waktu kepada AFC. Alasannya karena jeda tiga hari dari akhir kompetisi (12 November) sampai deadline (15 November) terlalu mepet.

“Pendaftaran terakhir untuk AFC klub adalah 15 November, deadline untuk mengirimkan nama. Kompetisi selesai 12 November, berarti kami punya tiga hari. Sekarang kami sedang berkomunikasi dengan PSSI untuk meminta AFC memperpanjang deadline itu,” ujar Tigor yang juga menjabat sebagai CEO PT Liga Indonesia Baru, dikutip dari detikSport.

“Pada prinsipnya, AFC, siapapun slot juaranya, peringkat dua, atau ketiga, selama kompetisi berjalan tidak menggugurkan keikutsertaan Indonesia. Misalnya akhir Oktober (pengumuman hasil licensing dari PSSI) tidak ada klub Indonesia yang mendapat licensing, maka dengan sangat berat Indonesia tidak ikut Piala AFC tahun depan,” kata Tigor.

Sebelumnya, sempat dirumorkan bahwa Persib Bandung dan Persipura Jayapura akan menjadi wakil Indonesia di Piala AFC, karena mereka adalah juara dan runner-up pada ISL 2014. Tapi itu mungkin akan menjadi tidak relevan kecuali untuk kompetisi AFC 2017 ini (jadwal kompetisi AFC kira-kira Januari sampai November setiap tahunnya).

Verifikasi lisensi dari PSSI sendiri akan memiliki tiga level penilaian yang dijadikan patokan untuk mendapat lisensi AFC. Kesebelasan Liga 1 dipastikan lulus dari penilaian jika berhasil memenuhi level tertinggi, yaitu kriteria “A” dari AFC Club Licensing Regulations (edition 2016), yang berisi 32 kriteria (terlampir di bagian bawah tulisan ini).

“Kalau dia sudah lolos di 33 (seharusnya 32-red) kriteria level A, sudah pasti dia lolos verifikasi. Nanti hasil dari komite lisensi PSSI akan diserahkan pada rapat dengan AFC akhir November untuk diputuskan,” kata Tigor, dikutip dari CNN Indonesia.

Tidak harus peringkat teratas yang mewakili sebuah negara di kompetisi AFC

Jika melihat klasemen saat ini, Bhayangkara FC berada di peringkat pertama dan berpeluang menjadi juara. Namun, mereka belum pasti mewakili Indonesia di Liga Champions Asia dan/atau Piala AFC.

“Kalau misalnya hasil verifikasi nanti Bhayangkara tidak lolos lisensi, akan digantikan dengan klub yang menjadi runner-up. Kalau runner-up tidak bisa nanti berurutan ke bawah,” katanya.

Ucapan tersebut terkesan ngasal, tapi sangat berdasar karena hal itu juga terjadi di negara-negara lainnya. Jadi, wakil Liga Champions atau Piala AFC tidak harus kesebelasan dengan peringkat yang lebih tinggi di negara mereka, melainkan kesebelasan yang lolos verifikasi.

Di Arab Saudi misalnya, Al-Ittihad dan Al-Nassr pada peringkat yang lebih tinggi dikabarkan tidak lolos verifikasi lisensi dari AFC, begitu juga dengan Al-Raad, Al-Shabab, dan Al-Tawoun, yang finis di peringkat 5 sampai 7. Malah, Al-Fateh dan Al-Faisaly, yang finis di peringkat 8 dan 9, yang lolos lisensi dan kemungkinan akan berpartisipasi di kompetisi AFC jika tidak ada banding dari kesebelasan-kesebelasan di atasnya.

Di lain negara, yaitu Jepang, mereka menerapkan aturan licensing ini lebih "galak", yaitu untuk para peserta liga dari J1, J2, J3, sampai JFL (non-liga), sampai-sampai pada 2015, peringkat pertama sampai ketiga JFL tidak bisa promosi ke J3 karena tidak memenuhi kriteria, sehingga peringkat keempat (saat itu Kagoshima United) yang berhak promosi.

Jepang menunjukkan kepada kita jika mapan itu lebih didahulukan daripada jago. Sementara di Indonesia mungkin verifikasi kemapanan kesebelasan itu ada, tapi tidak transparan, tidak sesuai kenyataan, dan penuh dengan negosiasi dan mentalitas instan.

Dari kasus Arab Saudi dan Jepang di atas, ditambah sikap skeptis kita terhadap Indonesia, kita tentunya bertanya-tanya: apakah ada kesebelasan Indonesia yang memenuhi kriteria AFC?

Mempertanyakan kemapanan kesebelasan-kesebelasan di Indonesia

Manajer Madura United, Haruna Soemitro, dengan yakin menyatakan jika tidak ada kesebelasan di Liga 1 yang lolos lisensi klub profesional sesuai standar AFC. “Pengumuman lisensi klub profesional akan diumumkan akhir bulan ini, namun saya yakin tidak ada klub yang lolos untuk tahun ini. Tentu saja ini akan menjadi tamparan,” kata Haruna, dikutip dari Goal.

“Saya juga perlu meluruskan terkait beberapa klub baru seperti Madura United, Bhayangkara FC, hingga Bali United yang dianggap bermasalah lisensi [badan hukum] di Indonesia. Saya yakinkan kami tidak mengalami masalah lisensi. Tidak keluarnya lisensi klub profesional dari AFC alasannya semua sama, yaitu laporan keuangan, transfer pemain yang tidak transparan, dan lain sebagainya.”

Menurut Haruna, harus ada advokasi dan pendampingan agar kesebelasan bisa lolos, terutama dari PSSI. “Seperti liga sebelumnya, PSSI dan PT Liga harus berperan aktif kepada klub, membantu klub membenahi apa yang kurang. Kalau sekarang seperti dibiarkan sendiri. Jadi saya pikir untuk ke depan perlu ada pendampingan,” katanya.

PSSI sendiri dikabarkan sudah memanggil enam kesebelasan teratas di klasemen saat ini, yaitu Bhayangkara FC, Madura United, Bali United, Persipura Jayapura, PSM Makassar, dan Persija Jakarta, untuk diberikan “pengertian” dan “pendampingan” tentang lisensi yang diminta oleh AFC.

Apa yang dilakukan PSSI sudah baik. Bahkan sebenarnya mereka juga sudah pernah mengadakan workshop soal Club Licensing Regulations kepada seluruh kesebelasan Liga 1 pada Juni 2017.

Akan tetapi, jika ujung-ujungnya seperti ini, bagaimana kita tidak mau curiga mengenai mentalitas formalitas dan deadliner umumnya orang-orang di Indonesia, termasuk untuk PSSI serta pengurus kesebelasan?

Kriteria "A" yang diminta AFC

Untuk mengetahui apa saja 32 kriteria “A” yang diminta oleh AFC, bisa dilihat pada dokumen berikut ini secara mendetail. Tapi secara umum adalah sebagai berikut:

Aspek Olahraga

  1. Program pengembangan pemain muda yang disetujui
  2. Tim muda/kelompok umur
  3. Perawatan kesehatan pemain

Aspek Infrastruktur

  1. Stadion yang disetujui untuk kompetisi klub AFC
  2. Sertifikasi keamanan stadion
  3. Rencana evakuasi stadion yang telah disetujui
  4. Lapangan latihan

 Aspek Personel & Administrasi

  1. Sekretariat klub
  2. General manager
  3. Financial officer
  4. Security officer
  5. Media officer
  6. Medical doctor
  7. Fisioterapis
  8. Pelatih kepala tim utama
  9. Asisten pelatih tim utama
  10. Kepala program pengembangan pemain muda
  11. Pelatih-pelatih tim muda atau kelompok umur
  12. Petugas-petugas keamanan dan keselamatan
  13. Hak, kewajiban, dan tugas yang jelas dari semua elemen di atas
  14. Tugas pengganti jika elemen di atas berhalangan
  15. Tugas untuk memberitahukan perubahan signifikan

Aspek Legal

  1. Pernyataan kepatuhan keikutsertaan di kompetisi klub AFC
  2. Dokumen dan konfirmasi lain dari pemohon lisensi
  3. Kepemilikan dan pengawasan klub
  4. Kontrak tertulis dengan pemain profesional

Aspek Keuangan

  1. Laporan finansial tahunan yang teraudit
  2. Pernyataan finansial untuk periode interim yang ditinjau ulang
  3. Tidak ada tunggakan pembayaran klub dari aktivitas transfer
  4. Tidak ada tunggakan pembayaran kepada pegawai atau otoritas sosial/pajak
  5. Pernyataan tertulis sebelum keputusan lisensi
  6. Rencana keuangan masa depan

Jika melihat ke-32 syarat di atas, dengan situasi sepakbola Indonesia yang belum stabil ini, rasanya cukup wajar jika pada akhirnya Indonesia tak bisa mengirimkan wakil ke kompetisi AFC untuk tahun depan. Kecuali kalau PSSI berhasil membujuk AFC untuk memperpanjang tenggat syarat licensing sehingga kesebelasan Indonesia punya waktu lebih untuk memenuhi syarat tersebut.

Tapi pertanyaannya, apakah AFC akan menolerir hal mendasar yang seharusnya dipenuhi sebelum liga dimulai ini?

(dex)

[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Indonesia/PuSSIng_.jpg [tanggal] => 19 Oct 2017 [counter] => 7.965 [penulis] => redaksi [penulis_foto] => https://panditfootball.com/assets/images/logo/Logo-transparent.png [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/redaksi [penulis_desc] => contact: redaksi[at]panditfootball.com [penulis_initial] => RDK [kategori_id] => 599 [kategori_name] => Berita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/berita ) [categories] => Array ( [0] => Array ( [kategori_id] => 18 [kategori_name] => Editorial [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/editorial [status] => 1 [counter] => 203 ) [1] => Array ( [kategori_id] => 4969 [kategori_name] => Advetorial [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/advetorial [status] => 1 [counter] => 46 ) [2] => Array ( [kategori_id] => 6729 [kategori_name] => tentang [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/tentang [status] => 1 [counter] => 0 ) [3] => Array ( [kategori_id] => 334 [kategori_name] => Sains [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/sains-bola [status] => 1 [counter] => 183 ) [4] => Array ( [kategori_id] => 454 [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing [status] => 1 [counter] => 613 ) [5] => Array ( [kategori_id] => 6719 [kategori_name] => Terbaru [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/terbaru [status] => 1 [counter] => 0 ) [6] => Array ( [kategori_id] => 599 [kategori_name] => Berita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/berita [status] => 1 [counter] => 3271 ) [7] => Array ( [kategori_id] => 151 [kategori_name] => Fantasy Premier League [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/fpl-football-culture [status] => 1 [counter] => 930 ) [8] => Array ( [kategori_id] => 1385 [kategori_name] => Jadwal Siaran Televisi [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/jadwal-siaran-televisi [status] => 1 [counter] => 2 ) [9] => Array ( [kategori_id] => 3 [kategori_name] => Analisis [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/analisa-pertandingan [status] => 1 [counter] => 1270 ) [10] => Array ( [kategori_id] => 5 [kategori_name] => Football Culture [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/football-culture [status] => 1 [counter] => 31 ) [11] => Array ( [kategori_id] => 2049 [kategori_name] => Nasional [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/nasional [status] => 1 [counter] => 87 ) [12] => Array ( [kategori_id] => 392 [kategori_name] => Cerita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita [status] => 1 [counter] => 3163 ) ) [populer_tag] => Array ( [0] => stdClass Object ( [tag_id] => 20 [tag_name] => EPL [tag_slug] => epl [status_tag] => 0 [hitung] => 1279 ) [1] => stdClass Object ( [tag_id] => 7021 [tag_name] => Indonesia [tag_slug] => indonesia [status_tag] => 2 [hitung] => 867 ) [2] => stdClass Object ( [tag_id] => 6143 [tag_name] => Manchester United [tag_slug] => manchester-united [status_tag] => 0 [hitung] => 639 ) [3] => stdClass Object ( [tag_id] => 6502 [tag_name] => Liga Champions Eropa [tag_slug] => liga-champions-eropa [status_tag] => 0 [hitung] => 495 ) [4] => stdClass Object ( [tag_id] => 63 [tag_name] => Chelsea [tag_slug] => chelsea [status_tag] => [hitung] => 479 ) [5] => stdClass Object ( [tag_id] => 42 [tag_name] => Arsenal [tag_slug] => arsenal [status_tag] => [hitung] => 474 ) ) [populer_sidebar] => Array ( [0] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/taktik/215443/PFB/240317/sekarang-thiago-motta-tidak-akan-diejek-lagi [judul] => Sekarang, Thiago Motta Tidak Akan Diejek Lagi [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/2022/FI%20BOLOGNSA.jpeg [tanggal] => 17 Mar 2024 [counter] => 7.470 ) [1] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/analisa-pertandingan/215427/PFB/240117/indonesia-vs-irak-mengapa-wasit-tidak-menganulir-gol-kedua-irak [judul] => Indonesia vs Irak : Mengapa Wasit Tidak Menganulir Gol Kedua Irak [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FPL%202023-2024/WhatsApp%20Image%202024-01-16%20at%2010.26.01%20PM.jpeg [tanggal] => 17 Jan 2024 [counter] => 5.399 ) [2] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/analisa-pertandingan/215442/PFB/240302/siapa-bisa-hentikan-inter-di-serie-a [judul] => Siapa Bisa Hentikan Inter di Serie A? [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/2022/Italia/FI%20-%20Dominasi%20Inter.jpeg [tanggal] => 02 Mar 2024 [counter] => 4.889 ) [3] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/cerita/215428/PFB/240117/eritrea-dan-kisah-pemain-yang-kabur-dari-negaranya [judul] => Eritrea dan Kisah Pemain yang Kabur dari Negaranya  [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Afrika/FI%20ERITREA.jpeg [tanggal] => 17 Jan 2024 [counter] => 1.911 ) ) [terbaru_sidebar] => Array ( [0] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215481/PFB/240923/ [judul] => Penunjuk Jalan Menuju Panah Hijau di FPL [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20PENUNJUK%20JALAN.png [tanggal] => 23 Sep 2024 [counter] => 277 [penulis] => panditsharing [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing ) [1] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215487/PFB/240918/ [judul] => Simulasi Pemain Timnas Jadi Aset FPL [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20SIMULASI%20PEMAIN%20TIMNAS%20JADI%20ASET%20FPL.png [tanggal] => 18 Sep 2024 [counter] => 208 [penulis] => panditsharing [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing ) [2] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215482/PFB/240912/ [judul] => Kupas Misteri Naik Turun Harga Aset di FPL [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20HARGA%20ASET.png [tanggal] => 12 Sep 2024 [counter] => 389 [penulis] => panditsharing [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing ) [3] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215480/PFB/240912/ [judul] => Dilema Kepemilikan Erling Haaland: Madu atau Racun? [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20HAALAND%20MADU%20ATAU%20RACUN.png [tanggal] => 12 Sep 2024 [counter] => 618 [penulis] => panditsharing [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing ) ) [categories_with_count] => Array ( [0] => Array ( [kategori_id] => 18 [kategori_name] => Editorial [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/editorial [status] => 1 [counter] => 203 ) [1] => Array ( [kategori_id] => 4969 [kategori_name] => Advetorial [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/advetorial [status] => 1 [counter] => 46 ) [2] => Array ( [kategori_id] => 6729 [kategori_name] => tentang [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/tentang [status] => 1 [counter] => 0 ) [3] => Array ( [kategori_id] => 334 [kategori_name] => Sains [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/sains-bola [status] => 1 [counter] => 183 ) [4] => Array ( [kategori_id] => 454 [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing [status] => 1 [counter] => 613 ) [5] => Array ( [kategori_id] => 6719 [kategori_name] => Terbaru [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/terbaru [status] => 1 [counter] => 0 ) [6] => Array ( [kategori_id] => 599 [kategori_name] => Berita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/berita [status] => 1 [counter] => 3271 ) [7] => Array ( [kategori_id] => 151 [kategori_name] => Fantasy Premier League [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/fpl-football-culture [status] => 1 [counter] => 930 ) [8] => Array ( [kategori_id] => 1385 [kategori_name] => Jadwal Siaran Televisi [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/jadwal-siaran-televisi [status] => 1 [counter] => 2 ) [9] => Array ( [kategori_id] => 3 [kategori_name] => Analisis [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/analisa-pertandingan [status] => 1 [counter] => 1270 ) [10] => Array ( [kategori_id] => 5 [kategori_name] => Football Culture [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/football-culture [status] => 1 [counter] => 31 ) [11] => Array ( [kategori_id] => 2049 [kategori_name] => Nasional [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/nasional [status] => 1 [counter] => 87 ) [12] => Array ( [kategori_id] => 392 [kategori_name] => Cerita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita [status] => 1 [counter] => 3163 ) ) [meta_title] => Radamel Falcao Semakin Bertaring Saat Usianya Berkepala Tiga [meta_desc] => AS Monaco secara mengejutkan takluk 1-2 saat jumpa Besiktas di kandangnya sendiri, Stade Louis II, Rabu (18/10) dalam lanjutan pertandingan penyisihan Liga Champions Grup G. Hasil yang mengecewakan... [meta_keyword] => as monaco,Radamel Falcao,Ligue 1,Liga Champions Eropa [meta_image] => https://panditfootball.com/images/large/Champions%20dan%20Europa/Falcao%20Capt.jpg [meta_url] => https://panditfootball.com/article/show/cerita/210239/PFB/171018/assets/images/logo/pandit-logo-faveicon.ico [js_custom_page] => [socmed_facebook] => [socmed_instagram] => Array ( [id_option] => 26 [name_option] => socmed_instagram [value_option] => https://www.instagram.com/panditfootball/ [desc_option] => @panditfootball ) [socmed_youtube] => Array ( [id_option] => 25 [name_option] => socmed_youtube [value_option] => https://www.youtube.com/@pandit.football [desc_option] => @pandit.football ) [socmed_twitter] => Array ( [id_option] => 24 [name_option] => socmed_twitter [value_option] => https://x.com/panditfootball [desc_option] => @panditfootball ) ) 1
PANDIT FOOTBALL INDONESIA

Radamel Falcao Semakin Bertaring Saat Usianya Berkepala Tiga

Radamel Falcao Semakin Bertaring Saat Usianya Berkepala Tiga
Font size:

AS Monaco secara mengejutkan takluk 1-2 saat jumpa Besiktas di kandangnya sendiri, Stade Louis II, Rabu (18/10) dalam lanjutan pertandingan penyisihan Liga Champions Grup G. Hasil yang mengecewakan karena Monaco juga semakin terpuruk di dasar klasemen Grup G dengan satu poin dari tiga pertandingan yang dilakoni.

Meski begitu, di balik rentetan hasil buruk yang dialami juara Ligue 1 musim lalu itu, tetap ada setitik kebanggaan yang bisa mereka pamerkan. Radamel Falcao adalah kebanggaan yang setidaknya bisa sedikit membuat wibawa Monaco tak tenggelam begitu saja akibat serentetan hasil buruk yang dialami Monaco di Liga Champions musim ini.

Pada pertandingan melawan Besiktas, Falcao berhasil mencetak gol pada menit 30, yang kemudian berhasil dibalas Besiktas melalui Cenk Tosun yang mencetak dua gol. Itu adalah gol perdana Falcao di Liga Champions musim ini, meski gol pertamanya itu gagal dirayakan dengan kemenangan, namun penyerang Kolombia itu setidaknya berhasil menorehkan catatan krusial selama kiprahnya di kompetisi Eropa.

Falcao memulai kariernya di Eropa pada tahun 2009, FC Porto menjadi kesebelasan pertamanya di Benua Biru. Sejak saat itu, ia sudah melanglang buana ke sejumlah klub elite Eropa hingga akhirnya berlabuh di AS Monaco. Total sudah 55 pertandingan dimainkan Falcao di seluruh kompetisi Eropa.

Satu gol yang dilepaskannya ke gawang Besiktas membuat torehan golnya selama mentas di kompetisi Eropa menjadi 45 gol. Jumlah tersebut membuatnya layak dianggap sebagai salah satu penyerang subur yang mentas di kancah sepakbola Eropa.

https://twitter.com/Squawka/status/920368359597858816

Jika melihat perjalanan karier Falcao di Eropa, nasibnya selayak roda yang berputar. Saat masih menjadi penggawa FC Porto, Falcao begitu cemerlang dengan lesakan 72 golnya dalam 87 pertandingan di semua ajang.

Ketajaman penyerang berjuluk El Tigre itu berlanjut saat memutuskan hijrah ke Atletico Madrid. Sebanyak 97 pertandingan dilakoninya dengan torehan 70 gol. Pada tahun 2013, AS Monaco pun memboyongnya. Berharap agar ketajaman Falcao bertuah, kenyataan yang didapat justru sebaliknya.

Semusim bermain bersama Monaco, Falcao banyak menghabiskan waktu di ruang perawatan karena cedera lutut yang dialaminya. Ketika pulih, ia dipinjamkan ke Manchester United pada musim 2014/2015. Harapan agar ketajamannya kembali di klub berjuluk Setan Merah itu pun hanyalah angan belaka, karena Falcao justru menunjukkan penampilan yang jauh dari harapan. Akibatnya, hanya 26 penampilan yang ia mainkan dengan torehan empat gol di Liga Primer Inggris.

Musim berikutnya, giliran Chelsea yang mencoba untuk mengembalikan performanya. Tapi senasib dengan MU, Chelsea juga gagal untuk membuat Falcao menemukan permainan terbaiknya. Nasibnya tak lebih dari sekadar pemain lapis dua di klub berjuluk The Blues itu. Hanya 10 penampilan yang dibukukannya dengan torehan satu gol.

Gagal bersinar di MU dan Chelsea membuat namanya seiring dilupakan sebagai salah satu penyerang tajam di kompetisi Eropa. Maklum banyak pihak menganggap kariernya sudah habis, lagi pula usianya sudah memasuki 30 tahun ketika keluar dari Chelsea di tahun 2016.

Namun Monaco tak terpengaruh dengan kondisi yang dialami oleh penyerang yang kabarnya mereka tebus dengan harga 60 juta euro itu dari Atletico Madrid. Pada musim 2016/2017, Loenardo Jardim menjadikan Falcao sebagai penyerang utama Monaco ditandemkan dengan Valere Germain hingga Kylian Mbappe.

Tak disangka, Falcao justru mampu menunjukkan kembali permainan terbaiknya. Total, 43 penampilan berhasil ditorehkannya dengan catatan 30 gol di semua ajang. Pencapaian lain yang berhasil ditorehkan Falcao pada musim tersebut adalah membawa Monaco meraih gelar juara Ligue 1 dan menembus babak Semifinal Liga Champions.

Melalui pencapaian tersebut Falcao membuktikan bahwa meski usianya sudah berkepala tiga dan cenderung tampil inferior di beberapa musim sebelumnya, belum saatnya untuk menganggap El Tigre sudah habis. Penampilan gemilang Falcao di musim lalu berlanjut pada musim 2017/2018 ini.

Meski sudah tidak ada lagi Mbappe yang memilih pindah ke Paris Saint-Germain (PSG), namun Falcao tak kehilangan taringnya di depan gawang. Di Liga Champions ia memang baru mencetak satu gol, namun di ajang Ligue 1 Falcao sudah mencetak 12 gol. Catatan tersebut membuat Falcao nyaman berada di posisi puncak daftar pencetak gol sementara Ligue 1. Torehan tersebut belum mampu disaingi oleh penyerang top lainnya yang berlaga di Ligue 1 seperti Edinson Cavani (8 gol) atau bahkan Neymar yang sejauh ini baru mencetak enam gol.

Ada banyak faktor sebenarnya yang membuat penampilan Falcao semakin tajam saat ini, salah satunya adalah kepercayaan tampil yang lebih banyak. Dibandingkan dengan posisi lainnya di sepakbola, seorang penyerang memang membutuhkan menit bermain yang konsisten agar performanya bisa terlihat. Di Monaco, kesempatan bermain yang dimiliki Falcao terbilang lebih banyak dibanding saat ia berkarier di MU dan Chelsea.  

Pada musim lalu, di ajang Ligue 1, Falcao tampil dalam 29 pertandingan dengan 22 laga dimulainya sebagai starter. Sementara saat di MU, ia memang tampil dalam 26 pertandingan di Liga Primer Inggris, namun hanya 14 laga yang dimainkannya sebagai starter. Sementara pada musim ini, di kompetisi domestik Falcao telah mencatatkan delapan pertandingan yang semuanya dimainkan sejak menit pertama. Hanya satu laga saja ia absen, karena harus membela Kolombia di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2018.

Satu hal lain yang tak bisa dilepaskan begitu saja adalah keinginan kuatnya untuk bangkit dari keterpurukan. Tak bisa dimungkiri bahwa gagalnya ia bersinar di Chelsea dan MU disebabkan karena cedera lutut yang terus menggerogotinya. Terus berkutat dengan cedera bukan kondisi yang menyenangkan bagi pesepakbola, namun Falcao berhasil melaluinya, hingga ia pun kini kembali menjadi Harimau ganas di kotak penalti lawan.

"Saya sudah melalui masa sulit, tapi dalam masa-masa sulit tersebut saya berusaha, dan tidak banyak orang mengetahuinya. Saya percaya bahwa proses tidak akan mengkhianati hasil, dan masa-masa sulit itu membuat saya menjadi pribadi yang lebih kuat," ujar Falcao seperti dilansir ESPNFC, beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Radamel Falcao, Pribadi Kuat dan Religius

Baca Juga: Ingatan-Ingatan Falcao: dari yang Pernah Tak Tergantikan sampai Tak Lagi Dibutuhkan

Foto: Twitter AS Monaco

Marcelo, Kasus Kesekian Pengemplangan Pajak di Spanyol
Artikel sebelumnya Marcelo, Kasus Kesekian Pengemplangan Pajak di Spanyol
Jangan Heran Jika Kesebelasan Indonesia Tidak Bisa Ikut Kompetisi AFC 2018
Artikel selanjutnya Jangan Heran Jika Kesebelasan Indonesia Tidak Bisa Ikut Kompetisi AFC 2018
Artikel Terkait