Antonio Valencia dan Ashley Young adalah dua pemain yang direkrut Manchester United untuk posisi sayap menyerang. Namun beberapa tahun belakangan, keduanya mulai lebih akrab bermain di sayap pertahanan. Meski begitu, dibanding bermain di posisi sayap menyerang, Young dan Valencia tampil lebih berguna di posisi full-back atau wing-back.
Bisa dibilang, Valencia dan Young berhasil menyesuaikan diri dengan keinginan setiap manajer United. Karena seperti yang kita tahu, pemain top datang dan pergi di skuat United, namun keduanya tetap bisa bertahan dan kini menjadi dua pemain loyal untuk United. Untuk pemain sayap, yang tersisih justru pemain-pemain dengan kualitas top seperti Angel Di Maria, Memphis Depay, dan Luis Nani, atau pemain-pemain sayap berpotensi seperti Adnan Januzaj, Wilfried Zaha, Gabriel Obertan, Bebe, hingga Zoran Tosic.
Semakin menua usia Valencia dan Young (padahal "young" artinya "muda") pun tak membuat keduanya lebih sering duduk di bangku pemain pengganti. Justru sekarang, bersama Jose Mourinho, keduanya semakin diandalkan, di posisi sayap pertahanan. Bisa dibilang, keduanya merupakan winger tradisional yang bisa beradaptasi dengan tuntutan sepakbola modern.
Intelejensia Antonio Valencia
Pada awal kariernya, Antonio Valencia adalah pemain sayap menyerang yang menakutkan bagi lini pertahanan lawan. Ia merupakan winger tradisional yang masih bisa bertahan di tengah perubahan peran seorang pemain sayap. Sejak masih muda, pemain timnas Ekuador ini berusaha mereplika gaya permainan idolanya yang juga dari Ekuador, Edison Mendez.
Edison bukan pemain sayap yang rajin mencetak gol. Di timnas Ekuador, dari total 111 penampilan, hanya 18 gol saja ia ciptakan. Sering juga ditempatkan sebagai gelandang serang di belakang penyerang, Edison lebih berperan sebagai penyuplai bola. Maka dari itu Valencia pun memaksimalkan kemampuannya sebagai pemain sayap penyuplai bola untuk penyerang. Pada debutnya di timnas Ekuador (19 tahun), Valencia ditempatkan di sayap kanan sementara Edison di sayap kiri dalam formasi 4-4-2.
Saat hijrah ke Eropa untuk pertama kali, Valencia begitu kesulitan. Terbukti ia gagal di Villarreal juga di Recreativo Huelva. Namun Valencia adalah pemain yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk tim. Hal itulah yang membuatnya mulai bersinar di Wigan Athletic.
Manajer Wigan pada 2006, Paul Jewell, melihat Valencia sebagai pemain dengan intelejensia tinggi. Kemampuannya itu sudah terlihat di usia muda, termasuk ketika Jewell memantaunya pada laga uji tanding timnas Ekuador.
"Saya sedang memantau pemain di laga Polandia vs Ekuador, saya pikir saya bisa melihat beberapa pemain Polandia yang menarik. Karena sebagai manajer Wigan, tak terpikir oleh saya untuk memantau pemain Ekuador," kata Jewell pada Mirror. "Tapi Ekuador menang 2-0 dan ada satu pemain yang paling menonjol; Valencia."
"Saya suka kemampuannya membaca permainan," sambung Jewell. "Saya lebih kaget lagi ketika mengetahui usianya masih 20 tahun, sementara permainannya sudah sangat dewasa." Valencia kemudian bergabung ke Wigan dengan status pinjaman.
Hijrah ke Inggris, Valencia tak mau kariernya gagal seperti di Spanyol. Maka yang ia lakukan adalah berusaha beradaptasi. Collin Young, kolumnis Daily Mail, menjelaskan jika upaya keras Valencia menyesuaikan diri dengan kultur sepakbola Inggris adalah dengan langsung belajar Bahasa Inggris di musim pertamanya, bersama pemain Amerika Selatan di klub Inggris lainnya seperti Maynor Figueroa, Wilson Palacios, Felipe Caicedo, dan Segundo Castillo. Adaptasinya berhasil karena berhasil mencuri perhatian Steve Bruce, manajer Wigan pengganti Jewell.
"Dia (Valencia) adalah pemain yang pertama kali saya permanenkan ketika saya menjadi manajer Wigan," ujar Steve Bruce. "Ia sangat profesional dan sangat kuat seperti kerang. Ia sangat mudah untuk dilatih karena ia sangat fokus pada sepakbola, karena lewat sepakbola juga ia menghidupi keluarganya (Valencia memiliki lima saudara laki-laki dan satu saudara perempuan)."
Valencia saat masih membela Wigan Athletic (via: Reuters)
Soal attitude, Valencia bisa dibilang merupakan contoh terbaik bagi pemain lain. Di Manchester United saat ini pun ia mulai sering menjadi kapten. Bahkan soal attitude-nya tersebut ia pernah dipuji setinggi langit oleh Chairman Wigan, Dave Whelan. "Jika semua pesepakbola seperti Antonio, hidup akan lebih indah. Ia sangat tenang, rajin, dan punya manner yang baik sebagai seorang pria."
Bersama Bruce, Valencia makin menunjukkan potensinya. Saat itulah Manchester United tertarik untuk mendatangkannya. Tak hanya United, Real Madrid juga berminat pada Valencia. Namun Whelan menyarankan Valencia untuk bergabung dengan United karena adanya sosok Sir Alex Ferguson.
Bersambung ke halaman berikutnya
Halaman kedua
Valencia bergabung dengan United pada 2009, di saat yang sama ketika United melepas Cristiano Ronaldo ke Real Madrid. Ketika itu ia mendapatkan nomor punggung 25 dan harus bersaing dengan Luis Nani, Obertan, Ryan Giggs, dan Zoran Tosic. Meski begitu, dalam formasi 4-4-1-1 (mengandalkan Dimitar Berbatov dan Wayne Rooney di lini depan), Valencia tetap jadi pilihan utama dengan selalu bermain di 34 penampilan Liga Primer.
Sama seperti Mourinho, Ferguson juga sebenarnya pernah memasang Valencia di posisi bek kanan. Pada musim 2011/2012, Fergie secara beruntun memasang Valencia di pos bek kanan dalam formasi 4-4-1-1, diawali dengan pertandingan melawan Newcastle United. Pada musim 2012/2013 pun Fergie sempat memasangnya kembali sebagai bek kanan.
Ada kejadian menarik pada 2012, di mana Ferguson memberikan nomor punggung 7 yang ikonik bagi United kepada Valencia. Namun setelah semusim, Valencia meminta perubahan nomor punggung menjadi nomor 25 kembali. "Saya mempertimbangkan berganti [nomor punggung] kembali dan mungkin itu faktor psikologi atau mungkin juga itu hanya simbol keberuntungan. Kami memahaminya seperti itu di Ekuador, mungkin seperti klenik," kata Valencia dikutip dari situs resmi United.
Setelah Ferguson, David Moyes yang menjadi manajer United selanjutnya pun beberapa kali memasang Valencia sebagai bek kanan. Meski begitu, Valencia secara reguler bermain sebagai bek kanan baru ketika United dilatih oleh Louis Van Gaal.
Young tetap serba bisa meski sudah tak muda
Antonio Valencia mengalami cedera parah pada engkel kirinya pada musim 2010/2011, musim keduanya di United. Pemain yang juga akrab disapa Tono ini menepi dari bulan September hingga Februari. Dari situlah United mencari pemain sayap baru, walau Valencia pun mendapatkan perpanjangan kontrak pada Agustus 2011.
Pemain yang direkrut United saat itu adalah Ashley Young. Ketika Valencia berkutat dengan cedera pada musim sebelumnya, Young justru sedang dalam permainan terbaiknya bersama Aston Villa. Ia bermain di seluruh laga Aston Villa dan selalu bermain sejak menit pertama. Ia juga mencetak 8 gol dan 10 asis.
Young direkrut dengan nilai transfer 16,2 juta paun. Saat itu United begitu hati-hati dalam membeli pemain. Tapi pembelian United saat itu semuanya potensial, karena Young direkrut berbarengan dengan David De Gea dan Phil Jones. Kini ketiganya masih memperkuat United, bahkan merupakan pemain utama.
Sejak direkrut United, Young sudah punya kemampuan sebagai pemain serba bisa. Bahkan saat Villa dilatih Gerard Houllier, Young sebenarnya lebih sering bermain sebagai gelandang serang no. 10 dalam formasi dasar 4-2-3-1, di depan duo gelandang bertahan Nigel Reo-Coker dan Stiliyan Petrov. Berbeda dengan Villa yang dilatih Martin O`Neill yang menempatkan Young di sayap kanan atau kiri, menjadi penyuplai John Carew, Gabriel Agbonlahor, atau Emile Heskey.
Ashley Young bersama John Carew di Aston Villa
Oleh Ferguson, Young dikembalikan ke posisi sayap kiri dalam formasi 4-4-2 (di sayap kanan ada Nani). Pada tiga laga perdananya, Young langsung mencatatkan dua gol dan tiga asis. Pertandingan melawan Arsenal yang berakhir dengan skor 8-2 untuk United menjadi aksi panggung terbaiknya di mana ia mencetak dua gol dan dua asis.
Jauh sebelum itu, Young sebenarnya merupakan seorang penyerang. Dalam sebuah wawancara dengan Independent, pemain kelahiran 9 Juli 1985 ini mengatakan bahwa saat di akademi ia merupakan seorang penyerang. Posisi penyerang ia pilih karena saat kecil ia menyukai Arsenal dan penyerang legenda timnas Inggris yang juga legenda Arsenal, Ian Wright. Baru setelah menjadi pemain pro ia mengurangi fanatismenya pada Arsenal, meski ia mengakui bahwa ia menikmati bermain di Emirates Stadium.
"Tidak, saya tidak lagi seperti itu (menjadi fans Arsenal) ketika saya menjadi pemain pro," kata Young pada wawancara tahun 2008. "Mereka hanya tim lain. Meskipun saya sangat menikmati setiap kali bermain di Emirates, sama seperti saya bermain di Old Trafford. Ayah saya pendukung Tottenham, tapi pahlawan dan role model saya di dalam dan luar lapangan adalah Ian Wright. Saya dulu seorang penyerang tengah juga [seperti Wright]. Pernah dalam satu musim saya mencetak 64 gol. Saya juga ingat pernah mencetak delapan gol dalam satu laga. Saat itu kami menang 14-0."
Sama seperti Valencia, Young adalah pemain yang sangat profesional. Bahkan Andrew McGowan dari mulatest.com menyebutkan jika Young saat ini merupakan pemimpin di ruang ganti United. Pemain yang kini berusia 32 tahun tersebut merupakan pemain yang bisa menjaga moral rekan-rekan setimnya.
Profesionalisme Young ditunjukkan ketika ia mulai lebih sering ditempatkan sebagai wing-back kiri oleh Jose Mourinho. Dan yang terjadi sampai sekarang bisa kita lihat kontribusi besar Young. Ia secara reguler bermain sejak menit pertama, mengalahkan Matteo Darmian dan Daley Blind di pos bek kiri atau wing-back kiri (mengingat Luke Shaw masih berkutat dengan cedera).
Young sudah mencatatkan 10 kali bermain (semuanya sejak menit pertama) dari total 14 pertandingan Liga Primer yang sudah berjalan hingga artikel ini ditulis. Mengumpulkan 888 menit bermain, artinya hampir di setiap laga ia bermain selama 90 menit. Dengan torehan dua gol dan dua asis, itu cukup menunjukkan meski tidak muda lagi, Young masih bisa diandalkan sebagai pemain serba bisa.
Meski begitu, posisi bek kiri pertama kali ia emban pada 2014. Ketika itu United masih dilatih oleh Louis van Gaal. Melawan Stoke City, Van Gaal tak bisa memainkan Di Maria, Blind, Shaw, dan Rafael yang semuanya mengalami cedera. Situasi itulah yang membuat pelatih asal Belanda tersebut bereksperimen dengan menempatkan Young di bek kiri dalam formasi 4-3-1-2. United menang 2-1.
Young ketika mendapatkan instruksi dari Van Gaal (via: John Peters)
Ketepatan Mou memaksimalkan Valencia dan Young
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Valencia dan Young sudah bermain di posisi sayap pertahanan sebelum Mourinho menukangi United. Walau begitu, kurang lengkap juga jika dalam maksimalnya penampilan Valencia dan Young pada musim ini jika tanpa menyebutkan polesan Mou. Terlebih Mou sudah menangani keduanya selama dua musim, dan menjadikan keduanya sebagai pemain inti ketika banyak pihak yang mulai menyangsikan kemampuan keduanya.
Mou tampaknya menyadari betul bahwa Valencia dan Young merupakan winger tradisional. Seorang winger tradisional, ketika ia menguasai bola, ia akan menggiringnya ke ujung lapangan sebelum melepaskan umpan silang. Ini berbeda dengan winger modern yang lebih rajin melakukan tusukan dari sayap ke kotak penalti sambil menguasai bola (cut inside).
Menempatkan Valencia dan Young di posisi full-back ataupun wing-back, Mou ingin keduanya tetap seperti winger tradisional; menginisiasi serangan, menggiring bola hingga ujung lapangan, bahkan bisa mengirimkan umpan silang sebelum mendekati kotak penalti. Sementara tugas menusuk dari sayap ke kotak penalti, diserahkan pada winger modern seperti Marcus Rashford atau Anthony Martial.
Lantas bagaimana dengan tugas bertahan yang menjadi tugas penting seorang sayap pertahanan? Sebagai seorang winger tradisional, Valencia dan Young sudah akrab dengan membantu pertahanan. Dalam formasi dasar 4-4-2, yang akrab dimainkan keduanya, pemain sayap memang wajib melakukan track back untuk membantu full-back. Baru pada pola 4-2-3-1 atau 4-3-3 pemain sayap tidak mendapatkan tugas bertahan lebih berat.
Dengan kebiasaan itu, ditambah Valencia dan Young merupakan pemain versatile dan bisa diandalkan, Mou bisa memaksimalkan keduanya sebagai pemain sayap pertahanan. Senioritas dan attitude keduanya pun menambah nilai plus sehingga bisa menularkan mental juara United pada pemain lain, khususnya para pemain yang belum merasakan gelar juara liga bersama United.