Rahasia Performa Gemilang Tottenham Hotspur

Rahasia Performa Gemilang Tottenham Hotspur
Font size:

Banyak yang bisa dibahas dari Liga Primer Inggris musim ini. Mulai dari Leicester City yang memikat, Manchester United yang membosankan, sampai performa Chelsea yang mengherankan. Namun, ada satu pembahasan yang seolah tak terekspos, yaitu Tottenham Hotspur yang tetap di bawah radar.

Sampai pekan ke-25, Spurs mampu menduduki peringkat kedua, tertinggal 5 poin dari pemuncak klasemen, Leicester. Sudah bertahun-tahun Spurs berada di bawah radar. Mereka sebenarnya bukan kesebelasan besar tetapi juga bukan kesebelasan kecil. Saking “tidak jelas”-nya status mereka, sampai-sampai istilah “Spursy” sudah masuk ke dalam urban dictionary di Inggris. Istilah Spursy ini memiliki arti, “secara konsisten dan tak terhindarkan untuk gagal memenuhi ekspektasi.” Namun, musim ini sepertinya mereka mendapatkan hal positif dari judgment orang-orang tersebut. “Kami hanya ingin terus-menerus dekat [dengan gelar juara] dan untuk tetap merendah,” kata Christian Eriksen setelah Spurs mengalahkan Watford akhir pekan lalu.
Baca juga: Tak Mudah Menentukan Warna Kota London
  Penuh pemain muda Spurs memiliki rata-rata usia 24,70 tahun alias yang termuda di Liga Primer. Pemain tertua mereka adalah Michel Vorm (32 tahun), kapten mereka yaitu Hugo Lloris berusia 29 tahun, sementara pemain yang paling muda yang pernah bermain adalah Joshua Onomah (18). Tottenham sudah memakai 12 pemain yang berusia di bawah 24 tahun, 6 di antaranya pemain yang berstatus homegrown. Jagoan-jagoan mereka saat ini adalah pemain muda, sebut saja Harry Kane (22 tahun), Dele Alli (19), Christian Eriksen (23), Érik Lamela (23), sampai Eric Dier (22). Manajer Spurs, Mauricio Pochettino, memang sudah terkenal menyukai pemain muda. Manajer asal Argentina ini memiliki hobi untuk fokus mengembangkan pemain lokal dari akademi kesebelasannya sejak ia menangani Southampton. Sedangkan jika kita mau membandingkan pemain muda Spurs dengan Arsenal, The Gunners hanya pernah menurunkan 5 pemain di bawah usia 24 tahun sepanjang Liga Primer musim ini. Tiga yang paling terkenal adalah Héctor Bellerín (20), Alex Oxlade-Chamberlain (22), dan yang baru-baru ini sering dimainkan, Joel Campbell (23). Wenger hanya memainkan banyak pemain muda ketika di Piala Liga, itu pun Arsenal harus menyerah saat menghadapi Sheffield Wednesday. Setelah kekalahan itu, Wenger mengecap bahwa pemain-pemain mudanya “belum siap”, sementara tidak demikian dengan Pochettino. Kuat sebagai sebuah tim Jika ditanya siapa pemain terbaik Spurs, kita umumnya masih suka bingung untuk menyebut di antara Kane, Alli, atau Toby Alderweireld. Tanya pertanyaan yang sama kepada pendukung Arsenal. Hampir semuanya akan menjawab Mesut Özil. Pemain asal Jerman ini sudah mencetak 99 peluang untuk Arsenal musim ini, hampir tiga kali lipat dari seluruh rekannya di Arsenal. Pemain asal Jerman ini memang pemain yang luar biasa, sejujurnya lebih hebat daripada Kane, Alli, atau Alderweireld, tetapi Arsenal terlalu bergantung kepadanya dan hanya kepadanya lah seorang (musim lalu mungkin kepada Alexis Sánchez). Sedangkan pemain yang mencetak paling banyak peluang untuk Spurs adalah Eriksen (76 peluang). Di bawahnya ada Alli, Kane, dan Lamela dengan 30 peluang. “Hal yang paling penting adalah kami tak punya pahlawan di dalam tim ini,” kata Alderweireld seperti yang kami kutip dari Mirror. “Kami punya tim yang berisi pemain-pemain berkualitas, yang ingin terus meningkat. Setiap pemain bekerja keras demi satu sama lain.” Hal yang sama juga tidak berlaku untuk, misalnya, Leicester City (yang dinilai terlalu banyak bergantung kepada Jamie Vardy dan Riyad Mahrez), Manchester United (David de Gea), West Ham United (Dimitri Payet), sampai Watford (Odion Ighalo). Banyak menembak, banyak yang tepat sasaran Semakin banyak menembak, maka akan semakin besar pula kemungkinan mencetak gol. Ini adalah sesuatu yang logis. Sepertinya Spurs mendalami hal ini dengan serius. Mereka adalah kesebelasan urutan kedua paling banyak menembak musim ini dengan 418 tembakan, masih kalah 14 tembakan di bawah Manchester City. Namun, angka akurasi mereka adalah yang tertinggi dengan 56% tembakan mereka menghasilkan tembakan yang mengenai sasaran (shot on target). City saja hanya berhasil mencetak 49%. Untuk statistik ini, Spurs banyak berhutang kepada Kane. Pemain asal Inggris ini menjadi penyerang yang paling banyak melakukan usaha tembakan di Liga Primer dengan 97 tembakan. [caption id="attachment_196350" align="alignnone" width="470"]Grafik tembakan yang menghasilkan gol bagi Tottenham Hotspur – sumber: Squawka Grafik tembakan yang menghasilkan gol bagi Tottenham Hotspur – sumber: Squawka[/caption] Selain itu, statistik ini juga berhasil Spurs raih karena kemauan mereka untuk melepaskan tembakan dari luar kotak penalti. Mereka menghasilkan 191 tembakan dari luar kotak penalti, dengan 9 di antaranya menghasilkan gol, salah satunya adalah gol cantik dari Alli. Spurs dan Arsenal saat ini memiliki poin yang sama, tetapi mereka hanya dipisahkan oleh selisih 9 gol. Bisa dibilang 9 gol ini adalah hasil dari keberanian mereka untuk menembak dari mana saja terutama dari luar kotak penalti, sementara Arsenal hanya melakukannya sebanyak 98 kali saja (menghasilkan 2 gol). Halaman berikutnya, Lolos ke Liga Champions, Mengalahkan Arsenal, atau menjadi juara? Kemauan untuk mengambil risiko Dalam permainan yang modern dan serba cepat ini, permainan akan mengalir begitu cair, apalagi di Liga Primer. Cara untuk menghadapi cepatnya permainan adalah dengan menghentikannya, atau lebih tepatnya yaitu dengan melakukan pelanggaran. Pada kenyataannya, Spurs bukan lah kesebelasan yang pandai merebut penguasaan bola. Mereka hanya berhasil melakukan tekel yang bersih sebanyak 390 saja (45%). Sebaliknya, Spurs menjadi kesebelasan yang paling banyak melakukan pelanggaran dengan 311 kali. Namun, bukannya mereka mengalami kerugian dari sini, mereka justru bisa bernapas lebih sering dalam 90 menit. Pelanggaran mereka kebanyakan adalah pelanggaran kecil yang terjadi jauh dari kotak penalti mereka sendiri. Lamela menjadi pemain yang paling sering membuat pelanggaran. Spurs juga tidak bisa dikatakan sebagai kesebelasan yang paling kotor. Mereka memang sudah mendapatkan 48 kartu sepanjang musim ini, atau urutan keempat di Liga Primer, tetapi mereka belum sekalipun menerima kartu merah, sama seperti United, City, dan Leicester. Memanfaatkan eksekusi bola mati Tidak ada kesebelasan di Liga Primer yang mencetak gol dari eksekusi bola mati lebih banyak daripada Tottenham. The Lilywhites sudah mencetak 16 gol yang berasal dari bola mati, dengan rincian 2 tendangan bebas langsung, 3 tendangan bebas yang diumpan, 4 tendangan penalti, dan 7 yang berasal dari tendangan sudut. Di bawah mereka ada sang pemuncak klasemen, Leicester City, dengan 14 gol (tapi 7 di antaranya dari penalti), Crystal Palace (13), City (12), dan Southampton (12). Eksekusi Eriksen yang dikombinasikan dengan kemampuan memanfaatkan peluang dari bola mati dari Kane, Alderweireld, dan Dier adalah sejata utama Spurs selama ini. Tendangan bebas atau sepak pojok rasanya akan selalu terjadi pada setiap pertandingan. Hal inilah yang seharusnya tidak boleh dipandang sebelah mata oleh kesebelasan manapun. Kesempatan mencetak gol dari bola mati, hampir pasti akan lahir di setiap pertandingan. Pochettino tahu benar akan hal ini. Lolos ke Liga Champions, Mengalahkan Arsenal, atau menjadi juara? Sepanjang sejarahnya semenjak Wenger menukangi Arsenal, sudah lebih dari 7.577 hari berlalu sejak Spurs finis di atas Arsenal. Untuk itu, ada celetukan bahwa fans Arsenal berdoa agar Spurs bisa finis di posisi kedua pada musim ini. Karenanya jika Tottenham menduduki peringkat kedua, secara teori, secara skenarion, dan secara sejarah, hanya ada satu tempat yang mungkin Arsenal duduki di akhir musim nanti: peringkat pertama. Sekarang Spurs sedang berada di peringkat kedua, namun Arsenal malah yang berada diperingkat ketiga, di bawah Spurs. Musim memang belum berakhir, masih ada 13 pertandingan lagi. Pochettino selalu memiliki target untuk finis di zona Liga Champions (empat besar), sesuatu yang hanya pernah Spurs raih sebanyak dua kali selama era Liga Primer. Namun para pendukung Spurs selalu memiliki harapan untuk finis di atas Arsenal. Melihat keberjalanan musim ini, bukan tidak mungkin Spurs akan bisa melakukan keduanya, untuk finis di zona Liga Champions sekaligus finis di atas Arsenal. Sejauh ini Liga Primer Inggris belum pernah menghasilkan juara baru, juara yang mengejutkan, kecuali Blackburn Rovers pada musim 1994/95. Leicester City mungkin akan terus menjadi kesebelasan underdog yang dicintai semua orang untuk menjadi juara. Namun, Tottenham pastinya tidak keberatan untuk berada di bawah bayang-bayang Leicester sambil secara perlahan melahap peluang menjadi juara Liga Primer yang lebih mengejutkan lagi.
Ranieri Tak Pernah Merasa Ada Beban Besar di Setiap Laga Big Match
Artikel sebelumnya Ranieri Tak Pernah Merasa Ada Beban Besar di Setiap Laga Big Match
Chelsea yang Semakin Identik dengan Zorro
Artikel selanjutnya Chelsea yang Semakin Identik dengan Zorro
Artikel Terkait