Amarah Ranieri dalam Kemenangan Leicester

Berita

by redaksi

Amarah Ranieri dalam Kemenangan Leicester

Leicester City melanjutkan tren positif mereka di ajang Liga Champions 2016/2017. Pada matchday ketiga yang berlangsung Rabu, 19 Oktober 2016, dini hari WIB, kesebelasan berjuluk "Si Rubah" ini berhasil menjungkalkan wakil Denmark, Copenhagen, dengan skor tipis, 1-0, lewat gol tunggal Riyad Mahrez.

Kemenangan ini membuat Leicester kokoh memuncaki klasemen sementara Grup G. Leicester menyapu bersih tiga laga dengan kemenangan. Bahkan lebih dari itu, Leicester belum kebobolan satu gol pun dari tiga laga, bersama Juventus dan Sevilla (Atletico Madrid baru bertanding dini hari nanti). Namun Leicester menjadi satu-satunya yang meraih tiga kemenangan tanpa kebobolan.

Pencapaian Leicester ini tentunya sangat impresif bagi kesebelasan yang baru mencicipi Liga Champions. Meskipun begitu, sang allenatore, Claudio Ranieri, cukup marah besar melihat situasi saat ini. Hal ini terkait perbedaan psikologi para pemainnya ketika menjalani pertandingan Liga Champions dan Liga Primer Inggris.

"Di satu sisi, saya sangat bangga. Tapi di sisi lain, ketika saya memikirkan Liga Primer, saya sangat, sangat marah," ujar Ranieri seperti yang dikutip Goal. "Ini terkait psikologi karena ketika bermain di Liga Champions mereka lebih bersemangat, lebih pintar, dan sangat fokus di segala situasi."

Penampilan Leicester di Liga Champions dan Liga Primer memang berbanding terbalik. Jika di Liga Champions, Leicester tampil tanpa cela. Sementara di Liga Primer musim ini, Leicester cukup tertatih-tatih meski berstatus juara bertahan. Saat ini, Leicester tertahan di peringkat ke-13 dengan hanya mengantongi dua kemenangan dari delapan pertandingan.

Performa Leicester di Liga Primer musim ini memang tak seperti musim lalu. Saat menghadapi kesebelasan besar, Leicester seolah tak bertaji. Bahkan ada anggapan jika Leicester lebih memfokuskan skuatnya untuk pertandingan Liga Champions. Oleh karena itu Ranieri ingin anak asuhnya menyadari pentingnya bermain maksimal di Liga Primer.

"Kami ingin mengubah mood ini karena penting bagi kami menyadari Liga Primer. Liga Primer adalah prioritas kami, tapi begitu juga Liga Champions. Karena sekarang dalam satu bulan, ada tiga pertandingan di mana ini menentukan kami tetap bertahan atau keluar," tutur Ranieri.

Selanjutnya, Leicester City akan menghadapi Crystal Palace. Uniknya, sebelum laga Liga Champions selanjutnya, Leicester City harus menjalani partai big match terlebih dahulu seperti yang sudah terjadi kala menjalani tiga laga awal Liga Champions. Karena sebelum menghadapi Copenhagen di putaran kedua, Leicester dijadwalkan menghadapi peringkat tiga musim lalu, Tottenham Hotspur.

Jika sudah seperti ini, pertanyaan yang sama akan kembali mencuat, "Akankah Leicester kembali mengorbankan Big Match demi maksimal di UCL?".

Komentar