Jika ada satu angka yang paling mewakili Liga 1, angka tersebut adalah lima (5). Setelah sebelumnya pada Rabu (29/03) kesebelasan diperbolehkan memiliki sampai lima marquee player, begitu juga dengan pergantian pemain, di mana kesebelasan bisa melakukannya lima kali dalam satu pertandingan.
"Mengadopsi asas play fair (ini berarti bukan fair play kali, ya?) karena ada [pemain-pemain] U23 yang main dan juga supaya quality dari pertandingan itu berjalan sesuai dengan yang kita mau, kita sudah coba di Piala Presiden 2017, untung dan ruginya kita review, dan akhirnya diputuskan pemain penggantinya dari tiga [pergantian pemain] jadi lima," kata Risha Adi Wijaya, CEO PT Liga Indonesia Baru (LIB), seperti yang dikutip dari Goal dan Bola.net.
Kebijakan ini sebenarnya mengejutkan, mengingat di kompetisi resmi pada umumnya, pergantian pemain yang dipersilakan adalah tiga saja, kecuali pada pertandingan persahabatan. Namun menurut Risha, peraturan itu dimaksudkan agar Liga 1 berjalan lebih seru dan lebih kompetitif.
Perubahan lainnya juga ditetapkan pada daftar susunan pemain (DSP) yang biasanya mencakup 11 pemain inti (starter) ditambah 7 pemain pengganti, kini diubah menjadi 11 pemain starter ditambah 9 pemain pengganti.
"Perubahan yang diputuskan di rapat adalah daftar susunan pemain, yang mana biasanya jumlahnya 18 menjadi 20, karena ada peraturan [tiga pemain] U23 yang diwajibkan main di 45 menit pertama," ujar Risha di Gedung Makostrad, Rabu (29/03).
"Kami perhitungkan dari yang muda sampai yang tidak muda lagi, selain itu dengan adanya lima pergantian, pemain berusia 23 tahun bisa menjadi alternatif pergantian pemain yang berusia 35 tahun," kata Risha.
"Dengan segala pertimbangan dan kemungkinan misalnya cedera atau apapun lainnya, oleh karena itu tambahan duanya ada di U23," lanjut Risha.
Risha juga menambahkan soal kebijakan water break yang selama ini marak di (kompetisi tidak resmi) Indonesia. "Ditambah lagi tidak ada water break, sebab di kompetisi resmi memang tidak ada water break juga," kata CEO PT LIB tersebut.
Mengutip Risha, "di kompetisi resmi memang tidak ada water break", apakah kemudian di kompetisi resmi memang diperbolehkan pergantian pemain sampai lima kali? Hmmm... Ini menjadi `pertanyaan satu juta dolar`-nya.
Pada akhirnya kesebelasan-kesebelasan di Indonesia tidak perlu mengakali peraturan tiga pemain U23 yang diwajibkan menjadi starter dan dimainkan dalam 45 menit, karena mereka bisa mengganti ketiga pemain U23 tersebut di babak kedua, plus dapat bonus dua pergantian pemain tambahan pula, plus pemain penggantinya juga ditambah dua lagi (untuk yang terakhir ini tidak masalah karena Serie A Italia saja menerapkan 12 pemain pengganti, kok, meskipun pergantiannya tetap tiga, bukan lima).
Melihat dari Laws of the Game
Menurut Laws of the Game 2016/17 dari FIFA dan IFAB (International Football Association Board) sendiri, pada Law 03 ayat 2, dikatakan bahwa "Peraturan kompetisi harus menyebutkan berapa jumlah pemain pengganti yang bisa didaftarkan, dari tiga hingga maksimal 12 pemain". Jadi, masalah jumlah pemain pangganti tidak masalah.
Selanjutnya, disebutkan juga "Maksimal tiga pergantian pemain bisa digunakan di pertandingan apapun di sebuah kompetisi resmi yang diselenggarakan di bawah naungan FIFA, konfederasi, atau asosiasi sepakbola nasional".
Untuk memperjelasnya, FIFA adalah badan tertinggi sepakbola dunia. Konfederasi adalah badan sepakbola benua (seperti AFC, UEFA, dll). Asosiasi sepakbola nasional adalah asosiasi negara anggota FIFA, misalnya Indonesia adalah PSSI, Inggris adalah FA, Belanda adalah KNVB, dll.
Peraturan tambahan juga diberikan dengan detil:
- Pada pertandingan tim nasional berkategori "A" (seperti Piala AFF misalnya), diperbolehkan maksimal enam pergantian pemain yang digunakan.
- Pada pertandingan lainnya, jumlah yang lebih banyak dari pergantian pemain diperbolehkan asal: (1) tim yang bersangkutan mencapai kesepakatan pada jumlah maksimal pergantian pemain, dan (2) wasit diberitahukan sebelum pertandingan.
- Jika wasit tidak diberitahukan, atau jika tidak ada kesepakatan yang diraih sebelum pertandingan, maka tidak lebih dari enam pergantian pemain yang diperbolehkan.
Dari sini, kita bisa melihat jika peraturan lima pergantian pemain di Liga 1 nanti bertentangan dengan Laws of the Game 2016/17.
Namun, IFAB yang memiliki kewenangan melakukan perubahan pada Laws of the Game, setiap tahunnya melakukan Rapat Umum Tahunan, dengan salah satu agenda rutinnya adalah perubahan Laws of the Game.
AGM tahun 2017 sudah diselenggarakan pada 3 Maret 2017 lalu di Stadion Wembley, Inggris. Rapat ini menghasilkan beberapa perubahan yang salah satunya adalah pada peraturan jumlah pergantian pemain.
Menurut dokumen Laws of the Game 2017/18: Law changes, Practical Guideline changes, yang dikeluarkan IFAB pada Maret 2017 ini, tertulis: "Jumlah pergantian pemain, maksimal hingga lima pergantian, bisa digunakan di pertandingan apapun dalam sebuah kompetisi resmi yang akan ditentukan oleh FIFA, konfederasi, atau asosiasi sepakbola nasional, kecuali kompetisi pria dan wanita yang melibatkan tim utama kesebelasan-kesebelasan di divisi teratas atau tim nasional senior `A`, di mana maksimal pergantian pemain adalah tiga".
Pada bagian penjelasan lebih detil, tertulis juga: "FIFA, konfederasi, dan asosiasi sepakbola nasional bisa mengizinkan maksimal lima pergantian pemain di semua kompetisi kecuali di level tertinggi."
Akhirnya semuanya jelas. Lima pergantian pemain memang diizinkan pada Laws of the Game 2017/18 mendatang, tapi tidak di kompetisi level tertinggi. Liga 1 itu kompetisi tertinggi di Indonesia, kan, ya? Atau Liga 1 bukan kompetisi resmi? Pilihannya ada di bapak-bapak PSSI sekalian.
Di saat sepakbola sedang mewacanakan pergantian pemain keempat, Indonesia sudah selangkah lebih maju dengan membolehkan lima pergantian pemain.
(dex)
Komentar