Perhelatan Piala Konfederasi 2017 di Rusia menjadi salah satu turnamen resmi yang menguji aturan Video Assistant Referee (VAR). Cara kerjanya adalah wasit di lapangan akan dihubungi asisten wasit yang menyaksikan melalui layar jika ada kejanggalan dalam suatu insiden melalui evaluasi video. Insiden yang bisa dievaluasi antara lain proses gol, keputusan penalti, keputusan pemberian kartu merah, dan kesalahan pemberian kartu kepada pemain.
Wasit yang bertugas di lapangan kemudian bisa langsung menerima informasi dari VAR atau mengecek tayangan ulang yang disediakan. Setelah berkonsultasi, wasit di lapangan kemudian memberikan keputusan akhir. Pemain tidak boleh meminta langsung tayangan VAR atau mereka akan diberi kartu kuning.
Di Piala Konfederasi 2017, sudah tiga kali VAR dilibatkan dalam keputusan wasit. Chile mendapat dua kali keputusan melalui aturan ini. Sempat dirugikan pada keputusan pertama, mereka justru ‘diuntungkan’ pada keputusan kedua. Pada keputusan pertama, gol Eduardo Vargas awalnya dianggap sah karena dirinya tidak offside meski sangat tipis. Namun, wasit kemudian membatalkannya setelah berkonsultasi dengan VAR. Masalahnya, keputusan itu dibuat beberapa menit setelah gol itu disahkan.
https://twitter.com/FOXSoccer/status/876515631918600193/photo/1?ref_src=twsrc%5Etfw&ref_url=http%3A%2F%2Fwww.cbssports.com%2Fsoccer%2Fnews%2Fcameroon-vs-chile-video-assistant-referee-causes-controversy-at-confederations-cup%2F
Lain lagi dengan keputusan kedua. Posisi Sanchez saat menerima umpan offside. Namun, gol dari Vargas yang menerima bola muntah dari Sanchez tetap disahkan meski hakim garis sempat menandai offside untuk dirinya.
Pelatih Chile, Juan Antonio Pizzi, mengakui pengunaan VAR sempat memengaruhi mental anak asuhnya saat itu. Ia juga menambahkan penerapan VAR masih membutuhkan waktu.
“Saya rasa sistem ini butuh waktu. Kita sedang menguji sistem ini, jadi sulit bagi kami untuk membiasakan diri dengan itu karena kami sudah terbiasa dengan aturan lama. Kami seharusnya unggul 1-0 pada 20 menit pertama namun dianulir karena sistem itu dan itu membuat pemain kecewa. Itu mengecewakan tapi itu hanya karena kami belum terbiasa,” ujar Pizzi seperti dilansir SBS – The World Game.
Sebelumnya, Portugal sudah merasakan lebih dulu aturan ini saat gol Nani dianulir karena ia berada dalam posisi offside. Namun, dua kesalahan wasit dalam mengambil keputusan pada laga Kamerun melawan Chile melalui VAR kembali memunculkan perdebatan apakah aturan ini dapat membantu wasit atau justru memengaruhi keputusan yang tepat menjadi salah.
Gol Nani yang dianulir melalui VAR. Sumber: Daily Mail
Pada Piala Dunia Antarklub tahun lalu, Real Madrid merupakan salah satu klub yang mengeluhkan sistem ini. Menurut mereka, VAR dapat menimbulkan kebingungan antara wasit dan pemain yang terlibat.
Penerapan teknologi VAR sejak awal sudah menimbulkan kontroversi. Banyak pihak menilai sistem ini belum matang dan belum siap diujikan di turnamen resmi. Mereka juga menilai aturan ini bisa menghancurkan momentum yang tengah dibangun tim terutama saat unggul. Sistem ini dinilai juga dapat menyulitkan wasit di lapangan dalam melihat insiden. Hal ini diakui oleh direktur teknik IFAB, David Elleray, yang juga mantan wasit Liga Primer Inggris.
"Masalah terbesar dalam VAR adalah mereka harus menangani begitu banyak situasi. Mereka merekomendasikan begitu banyak evaluasi dalam satu insiden dan tak terfokus pada pelanggaran yang jelas," ujar David dilansir Daily Mail.
foto: FIFA.com
(AP)
Komentar