Chelsea FC berencana mengirim suporter rasis mereka ke Auschwitz, demi menyelesaikan masalah anti-Semitisme dalam klub.
Surat kabar Inggris, The Sun, mewartakan Roman Abramovich, pemilik Chelsea, mengepalai inisiatif yang akan memberi kesempatan para suporter Chelsea pelaku tindakan rasialis untuk menghadiri kelas di kamp yang terletak di Polandia tersebut. Di Auschwitz, Nazi membunuh lebih dari 1,1 juta orang; 90 persen di antaranya Yahudi. Abramovich sendiri seorang Yahudi.
Chairman Chelsea, Bruce Buck, percaya bahwa ini akan menjadi langkah tepat untuk mengubah sikap para suporter, ketimbang menjatuhi hukuman hadir di stadion.
“Jika hanya menghukum orang-orang, kami tidak akan mengubah sikap mereka,” ujar Buck kepada The Sun. “Kebijakan ini akan memberi mereka kesempatan untuk menyadari apa yang telah mereka lakukan, untuk membuat mereka ingin bersikap lebih baik.”
September tahun lalu Chelsea mengkritik sekelompok suporter mereka sendiri karena mengumandangkan chants anti-Semitis kepada para suporter Tottenham Hotspur. Tottenham dikenal banyak mendapat dukungan dari komunitas Yahudi London, dan para suporter lawan sering mengarahkan chants anti-Semitis kepada para suporter mereka.
“Di masa lalu kami akan menarik mereka dari tribun dan melarang [hadir di stadion] mereka, bisa sampai tiga tahun,” ujar Buck tentang para suporter yang bertindak rasis. “Sekarang kami bilang ‘Kamu melakukan hal yang salah. Kamu punya pilihan. Kami bisa melarangmu atau kamu bisa menghabiskan sedikit waktu dengan petugas keragaman kami, untuk mengerti kesalahanmu’.”
Diwartakan Guardian, April lalu Chelsea mengirim perwakilan ke Auschwitz untuk acara tahunan March of the Living. Sementara itu BBC mewartakan pada Juni, 150 orang yang beranggotakan staf klub, steward, dan suporter Chelsea mengunjungi Auschwitz untuk mempelajari sejarah kelam yang terjadi di sana pada 1940 hingga 1945.
“Kunjungan ke Auschwitz sangat penting dan efektif dan kami akan mempertimbangkan lebih [banyak kunjungan serupa] dan hal-hal lain yang dapat memengaruhi orang-orang,” kata Buck, dikutip dari Guardian.
Menurut Sydney Morning Herald, selain merencanakan kunjungan ke Auschwitz, Chelsea juga menggelar workshop dan penayangan film serta mendirikan hotline untuk menerima laporan insiden-insiden diskriminatif.
“Kami tidak naif untuk berpikir bahwa program kecil kami akan menyelesaikan [masalah] anti-Semitisme, tapi kami penuh harap bahwa jika kami melakukan sesuatu dan sedikit saja berhasil, klub-klub dan institusi-institusi lain seperti kami akan ikut bertindak dan turut serta dalam aktivitas serupa,” ujar Buck, dikutip dari Sydney Morning Herald.
Anwar Uddin, Manajer Keragaman Football Supporters Federation, berujar kepada Guardian: “FSF telah sejak lama menganjurkan dan mempromosikan sesi edukasi dengan para suporter yang kedapatan menggunakan bahasa-bahasa diskriminatif. Kami sepenuhnya sepakat dengan Bruce Buck bahwa hanya melarang orang-orang [hadir di stadion] tidak akan mengubah perilaku dan sikap mereka, dan kami menghargai Chelsea karena menjadi salah satu klub Liga Primer pertama yang secara publik menganjurkan pendekatan ini, dan kami harap klub-klub lain akan mengikuti contoh mereka.”
Komentar