Kegagalan Tim Nasional Italia melangkah ke Piala Dunia 2018 benar-benar menjadi lecutan besar untuk Federasi Sepakbola Italia (FIGC). Gli Azzurri disebut-sebut tidak punya lagi pemain top yang bisa mengangkat prestasi mereka seperti di era 90 hingga awal 2000an. Karena itu pula dalam dua tahun terakhir, skuat Timnas Italia selalu bongkar pasang.
Kini Italia dilatih oleh Roberto Mancini. Dia ditunjuk jadi pelatih Timnas Italia pada Mei 2018, menggantikan Gian Piero Ventura. Meski sempat mendapatkan kritik karena Mancini yang dianggap bukan pelatih jempolan lagi, perlahan pelatih berusia 54 tahun tersebut membuktikan kapasitasnya.
Benar bahwa di bawah asuhan Mancini, Italia gagal lolos ke semi-final UEFA Nations League A, karena hanya menempati peringkat dua di bawah Portugal. Tapi dari total 11 laga sudah dijalaninya, eks pelatih Internazionale Milan dan Lazio ini telah memberikan progres positif untuk Italia. Sempat sulit menang di lima laga perdana, kini Italia sedang dalam lima laga tak terkalahkan.
Dalam lima laga terakhir, Italia meraih empat kemenangan dan satu imbang. Lebih spesialnya lagi, Italia juga tak kebobolan dari lima laga tersebut. Apalagi dua kemenangan terakhir terjadi di ajang babak kualifikasi Piala Eropa 2020. Terbaru, pada periode 24-27 Maret 2019, Italia berhasil mengalahkan Finlandia (2-0) dan Liechtenstein (6-0).
Tampaknya Mancini mulai menemukan skuat terbaik yang bisa ditampilkan oleh para pemain Italia. Dalam menjelang satu tahun melatih Italia, dia memang sering membongkar-pasang skuat untuk mencari pemain-pemain terbaik yang bisa cocok dengan skemanya. Tak heran total pemain yang pernah ditanganinya selama di Timnas Italia ini mencapai 61 pemain.
Satu hal positif yang paling menonjol dari pemilihan pemain Mancini adalah dia mulai meregenerasi skuat Italia. Pemain belia di bawah usia 20 tahun macam Moise Kean, Alessandro Bastoni, Sandro Tonali, Pietro Pellegri, dan Nicolo Zaniolo diberikan kesempatan untuk berseragam Gli Azzurri.
Perlu diketahui, ketika dipanggil ke Timnas, Zaniolo sebelumnya belum pernah sekalipun membela kesebelasan yang dibelanya, AS Roma, di ajang kompetitif. Banyak orang yang mengkritiknya karena seharusnya Timnas diisi oleh pemain berpengalaman dan punya banyak jam terbang. Tapi ternyata, Zaniolo malah jadi bintang baru Roma setelah mendapatkan panggilan dari Timnas Italia-nya Mancini.
Hal yang mirip terjadi pada Moise Kean. Meski di Juventus dia kesulitan menyingkirkan nama-nama seperti Cristiano Ronaldo, Mario Mandzukic dan Paulo Dybala, Mancini tetap tak ragu untuk memberikannya kesempatan. Malahan kini Kean, juga Zaniolo, masih berada di skuat Timnas Italia dan menjadi harapan baru Italia di masa yang akan datang.
Baca juga: Fiesta Nicolo Zaniolo
Mancini sendiri memang tidak pandang bulu dalam memanggil pemain. Meski pemain tersebut tidak punya nama besar, bukan berarti hal itu akan membuat sang pemain kehilangan kesempatan untuk membela Timnas Italia.Alhasil sekarang publik Italia mulai mengenal nama-nama seperti Vincenzo Grifo (dari SC Freiburg), Armando Izzo (Cagliari), Gianluca Mancini (Atalanta), Kevin Lasagna (Udinese), atau Manuel Lazzari (SPAL) yang sudah mencicipi seragam Timnas Italia.
Karena kebiasaan itu pula mulai banyak pemain yang menjalani debutnya berkat kesempatan yang diberikan oleh Mancini. Selain empat nama di atas, nama-nama seperti Rolando Mandragora, Cristiano Piccini, Emerson Palmieri, Mattia Caldara, Daniele Baselli, Mateo Politano, Nicolo Barella, Stefano Sensi, Leonardo Pavoletti atau Cristiano Biraghi juga untuk pertama kalinya menyanyikan anthem kebangsaan Italia sebagai pemain Timnas Italia.
Selain itu, Mancini juga tak ragu memanggil atau memberikan kesempatan lagi pada pemain-pemain yang sempat dilupakan. Mario Balotelli, Domenico Criscito, Francesco Acerbi, Sebastian Giovinco, Stephane El Sharaawy sampai Fabio Quagliarella jadi contoh nyata bahwa dia tidak tebang pilih.
Untuk diketahui juga, Quagliarella langsung mencetak dua gol ke gawang Liechtenstein. Usianya sudah mencapai 36 tahun, di mana ia jadi pencetak gol tertua untuk Timnas Italia. Pemain Sampdoria ini sendiri terakhir kali membela timnas Italia pada 2010, yang artinya sudah hampir 10 tahun ia tak membela Gli Azzurri.
Tapi bagi yang terpenting bagi Italia adalah Timnas Italia asuhan Mancini ini sudah menemukan komposisi terbaiknya. Gabungan pemain senior dan pemain muda membuat Italia tak takut lagi bermasalah dengan regenerasi.
Pola 4-3-3 pun semakin dimatangkan Mancini untuk menunjang skema yang cocok dengan para pemain Italia, khususnya untuk memaksimalkan para gelandang kreatif dan pemain-pemain sayap yang menjanjikan. Lima laga terakhir jadi bukti bahwa perlahan-lahan Mancini sudah menemukan kerangka tim yang ideal untuk mengembalikan kembali muruah Timnas Italia di mata sepakbola dunia.
Meski begitu, Mancini masih terus mencari skuat paling terbaik untuk Timnas Italia. Usai mengalahkan Liechtenstein, dia mengakui bahwa masih banyak pemain yang sedang dalam pengamatannya, di mana itu kemungkinan akan membuat persaingan di Timnas Italia semakin sengit.
"Kami akan membicarakan ini [komposisi terbaik] untuk beberapa bulan ke depan, karena jangan lupakan pula masih ada tiga bulan lagi untuk pertandingan berikutnya," tutur Mancini seperti yang dilansir Football-Italia. "Aku juga meninggalkan beberapa pemain di rumah di mana mereka akan kembali bermain bersama kami. Masih ada sekitar 15 pemain yang saya pantau. Jadi mungkin semuanya akan mencapai 40 pemain."
Dengan gagal lolos ke semi-final UEFA Nations League A, Italia masih dihadapkan babak kualifikasi Piala Eropa 2020. Kemenangan atas Finlandia dan Liechtenstein jadi modal bagus. Italia sendiri tergabung di Grup J. Selain dua kesebelasan tersebut, mereka juga akan menghadapi Yunani, Bosnia & Herzegovina dan Armenia.
foto: Goal.com
Simak opini, komentar, dan sketsa adegan Rochy Putiray tentang jual-beli lisensi klub yang kerap terjadi di Liga Indonesia:
Komentar