Entah persaingan antara Pep Guardiola dan Jose Mourinho memang ada atau hanya Jose Mourinho yang memang senang menyulut masalah dengan orang lain, yang jelas, publik sepakbola kini kembali membanding-bandingkan keduanya.
Jorge Valdano, mantan bos Mou di Real Madrid menganalogikan keduanya dengan dua komposer Wolfgang Amadeus Mozart dan Antonio Salieri, di mana Guardiola sebagai Mozart dan Mourinho sebagai Salieri. Pada masa lalu, kehebatan Salieri sebagai komposer musik terselimuti oleh kehebatan Mozart yang lebih mendunia.
Dalam persaingan Salieri-Mozart, Salieri memang iri akan kesuksesan Mozart. Bahkan menurut beberapa sumber, Salieri-lah yang membunuh Mozart.
Mourinho tampaknya memang tak begitu menyenangi Guardiola. Bahkan beberapa waktu lalu, Mourinho mengatakan bahwa botaknya Guardiola diakibatkan karena Guardiola tak menikmati sepakbola. âJika anda menikmati apa yang anda lakukan, anda tak akan kehilangan rambut anda. Anda akan botak. Guardiola tak menikmati sepakbola,â ujar Mourinho seperti yang dikutip harian Jerman, Bild.
Komentar Mourinho tersebut bermula saat Guardiola memberikan pandangannya tentang rumput di lapangan-lapangan Eropa yang dinilai terlalu tinggi berkisar 3 cm. Menurut Pep seharusnya dikurangi minimal 1,5 cm. Pelatih yang kini menangani Bayern Munich itu pun berpendapat bahwa sebelum lapangan digunakan, alangkah baiknya lapangan tersebut disirami terlebih dahulu. Menurutnya, jika hal tersebut dilakukan, pertandingan sepakbola akan menjadi lebih cepat dan lebih indah.
Sebelum menimpali pernyataan tersebut dengan sindiran botak, Mou, menjawabnya dengan mengatakan, âSetiap tim memiliki cara bermainnya masing-masing, yang tentunya perlu dihargai. Keindahan permainan sepakbola tergantung pelatih itu sendiri. Dan seorang Mourinho hasil lebih penting bagi para penonton. Jadi masalah sebenarnya ada dalam dirinya (Guardiola) sendiri.â
Dengan Mourinho yang gemar berkontroversi dan menyulut api perselisihan dengan orang lain, banyak orang yang mulai membencinya. Namun meskipun begitu, tak sedikit pula orang yang berada dipihak the special one. Salah satunya adalah penyerang Paris Saint-Germain, Zlatan Ibrahimovic.
âDia (Mourinho) adalah kebalikan dari Guardiola. Jika Mou merupakan orang yang bisa menyalakan ruangan, maka Pep adalah orang yang menggelapkan ruangan. Mou adalah orang yang membuat saya rela mati untuknya,â tulis Zlatan dalam bukunya I am Zlatan.
Zlatan dalam bukunya tersebut menceritakan pengalaman pahitnya saat Pep menjadi pelatihnya kala ia berseragam Barcelona. Saat Barca tersingkir pada babak semi-final Liga Champions musim 2009-2010 oleh Inter Milan, Zlatan seolah menjadi pihak yang paling disalahkan atas kekalahan tersebut.
âGuardiola memandangiku seolah (kekalahan) itu adalah kesalahanku. Padahal saya telah memberikan yang terbaik. Saya pun merasa tak dihargai ketika saya duduk di locker room tersebut. Guardiola menatapku seolah saya adalah sebuah gangguan, atau seorang alien.â
Karena itulah tampaknya kita akan sulit menentukan siapa yang terbaik diantara keduanya. Sementara keduanya memang merupakan pelatih berkelas yang mampu menghadirkan trofi bagi timnya masing-masing. Pastinya pertandingan antara Bayern Munich melawan Chelsea di Liga Champions musim ini akan menarik untuk disaksikan jika keduanya bertemu. Namun sayangnya keduanya terpisah ke dalam grup yang berbeda sehingga kemungkinan pertemuan keduanya hanya akan terjadi pada babak sistem gugur. Jadi siapakah yang terbaik, Guardiola atau Mourinho?
foto: it.wikipedia.org
Komentar