Hooligan Neo-Nazi dan Anti-Salafi

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Hooligan Neo-Nazi dan Anti-Salafi

Isu tentang ISIS yang sedang ramai membuat sebuah kelompok anti-Salafiyah bernama Hooligan Gegen Salafisten (Hooligans Menentang Salafiyah), yang muncul untuk mewadahi penolakan para pendukung sepakbola garis keras terhadap segala bentuk ekstrimis Islam, berkumpul di kota Dortmund pada hari Minggu (26/10) lalu.

Tidak ada yang salah dengan aktivitas tersebut. Sama sekali tidak ada kecuali: 1) perkumpulan ini tidak benar-benar menyuarakan penolakan terhadap faham Salafiyah; dan 2) aktivitas perkumpulan HoGeSa (singkatan untuk Hooligans Gegen Salafisten) dilakukan di kota Dortmund.

Untuk lebih memahami kondisi Jerman belakangan, ada baiknya jika kita memulainya dari sisi sepakbola, bahasan yang dapat dengan mudah dicerna dan dipahami di seluruh dunia.

Kota Dortmund (kota yang berutang besar kepada sepakbola untuk popularitas yang mereka miliki saat ini), sebuah kota di Negara Bagian Nordrhein-Westfalen yang terletak di Jerman bagian barat, memiliki sebuah klub sepakbola bernama Ballspielverein Borussia Dortmund.

BVB, begitulah Borussia Dortmund dikenal luas, bukan hanya sebuah klub yang sangat dekat dengan masyarakat (sebagaimana wajarnya hubungan antara masyarakat dengan klub-klub sepakbola di negara bagian Nordrhein-Westfalen). BVB juga merupakan sebuah klub sepakbola yang dikenal luas sangat keras mementang faham fasisme. Tidak ada tempat untuk faham fasisme dan ajaran-ajaran apapun yang diberikan oleh Adolf Hitler dan partainya, Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei, yang lebih dikenal dengan nama Nazi.

BVB sudah dan selalu akan begitu. Baru-baru ini, mereka kembali menyuarakan penentangan terhadap Nazi saat menjamu Hannover 96 di Westfalenstadion (atau Signal Iduna Park, sama saja). Pada kesempatan yang sama juga BVB dan para pendukungnya menegaskan bahwa mereka tidak menyetujui praktek xenophobia dan segala bentuk diskriminasi. Lebih jauh, BVB juga menolak faham Salafiyah dan mau menerima para pencari suaka dari Suriah dengan tangan terbuka.

Pandangan BVB, setidaknya mengenai penolakan terhadap Salafiyah, sama dengan pandangan yang dimiliki oleh HoGeSa. Logika sederhana dengan mudah menyatakan bahwa HoGeSa dapat diterima dengan baik oleh BVB. Bagaimana tidak, mereka bukan kelompok radikal sayap kanan (sebagaimana diklaim oleh salah satu dari 300an orang anggota HoGeSa yang berkumpul di pusat kota Dortmund pada hari Minggu lalu) dan mereka adalah sekelompok suporter garis keras.

Nyatanya BVB dan HoGeSa tidak bisa dan tidak akan pernah bisa bersatu atau dipersatukan.

Deutsche Welle (DW) mengklaim bahwa penggerak utama dari perkumpulan HoGeSa di Dortmund bukan semata untuk memulai pergerakan anti Salafiyah. Alasan utama dari perkumpulan HoGeSa adalah usaha untuk menghidupkan kembali pergerakan anti sayap kiri. DW memiliki beberapa bukti yang mendukung klaim mereka sendiri.

Pertama, beberapa orang anggota HoGeSa terlihat memiliki rajah yang hanya dimiliki oleh orang-orang Neo-Nazi. Kedua, Siegfried Borchardt (politisi ternama, aktivis Neo-Nazi, dan pendiri kelompok suporter sepakbola garis keras beraliran sayap kanan bernama Borussenfront) disebut-sebut berada di Dortmund dan ambil bagian dari terlaksananya perkumpulan HoGeSa.

Campur tangan Borchardt yang memiliki nama panggilan SS-Siggi adalah bukti kuat mengenai adanya aktivitas kelompok Neo-Nazi. Tahun ini Borchardt pernah mengadakan pertemuan bersama orang-orang terpandang dari kelompok suporter garis keras, yang agendanya adalah pembahasan orientasi politik terkini dari kelompok-kelompok suporter di Jerman yang lebih condong ke kiri.

Penolakan masyarakat Jerman terhadap faham Salafiyah (dan kecintaan masyarakat Jerman terhadap sepakbola) dijadikan kendaraan untuk mengumpulkan massa. Nantinya, faham fasisme akan ditanamkan dalam diri orang-orang yang terkumpul.

Komentar