Dalam beberapa kesempatan, pemain sepakbola telah menjadi buah bibir yang sudah disinonimkan dengan âtentara bayaranâ. Gaji yang tinggi dinilai sebagai momok dari permainan modern. Semua hal yang mengerikan mengenai gaji pemain selalu dihubungkan dengan kapitalisme.
Namun, cobalah sesekali berpikir layaknya seorang pemain sepakbola itu sendiri, bukan sebagai pengamat atau fans. Berikut adalah beberapa alasan keuangan yang ternyata kebanyakan tidak sehat yang membuat kita berpikir ulang bahkan untuk membayar mereka sedikit berlebih.
Menurut Telegraph, rata-rata pemain Liga Primer mendapatkan gaji 31 ribu poundsterling per pekan (pada musim 2012-13). Sedangkan rata-rata upah tahunan (ingat, bukan per pekan) di Inggris hanya di bawah 27 ribu pounds. Hal ini dinilai sangat kecil, apalagi dengan perbandingan yang hampir tidak muncul pada tabel di bawah ini.
Perbandingan gaji orang normal, pemain sepakbola Liga Primer, dewan direksi FTSE, dan kepala eksekutif FTSE
Namun, pemain masih mendapatkan nilai gaji yang kurang dari para senior di perusahaan terbesar negara itu, dalam hal ini adalah Financial Times Stock Exchange (FTSE).
FTSE adalah sebuah indeks pasar saham dari biasanya 100 (untuk kasus FTSE 100) saham perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa Saham London dengan kapitalisasi pasar tertinggi. FTSE 100 adalah salah satu indeks saham yang paling banyak digunakan dan dipandang sebagai ukuran kemakmuran untuk bisnis yang diatur oleh hukum perusahaan Britania Raya. Indeks ini dikelola oleh FTSE Group, sebuah anak perusahaan dari London Stock Exchange Group.
Ketika dihadapkan dengan fakta ini, ada kasus yang membuat pemain sepakbola benar-benar dinilai layak mendapatkan gaji seperti saat ini.
Ada alasan yang baik jika kebanyakan orang tidak bisa menyebutkan nama bos FTSE 100 saat ini. Kepala eksekutif adalah orang-orang terbaik yang dibayar di setiap perusahaan, namun mereka tidak benar-benar sepenuhnya menentukan nasib suatu perusahaan. Hal yang sama juga berlaku untuk dewan direksi.
Namun untuk kasus pemain sepakbola, mereka selalu berada dalam sorotan. Itulah juga kenapa mereka memiliki nilai lebih dibanding pekerjaan lainnya. Para pemain bergaji tinggi di Liga Primer seperti Wayne Rooney, Angel di Maria, Yaya Toure, dan Eden Hazard, biasanya sampai ke posisi tersebut berdasarkan pengaruh dan performa mereka di tim.
Sedangkan eksekutif perusahaan datang dan pergi tanpa ada yang benar-benar memperhatikan. Kepergian mereka bisa digantikan dengan mudah oleh orang yang memiliki CV yang serupa. Tidak seperti pemain sepakbola, misalnya saja Gareth Bale, sejak ia hijrah dari Tottenham, harganya menjadi tak ternilai (priceless) untuk klub London tersebut. Ditambah nilai jual mereka di sorotan media tidak setinggi para pemain sepakbola, terutama di Inggris, di mana nama-nama pemain sepakbola yang dijadikan headline selalu laris manis.
Tidak seperti karir bergaji lainnya yang menawarkan prospek struktur gaji yang terus meningkat, pemain mencapai puncak pendapatan rata-rata mereka pada waktu yang sama sebagian besar dari kita masih dihadapkan dengan hutang-piutang kehidupan (cicilan rumah, mobil, pernikahan, dll).
Usia pensiun rata-rata untuk pemain di Inggris adalah 35 tahun, sedangkan karir yang normal di liga papan atas meliputi waktu delapan tahun, menurut PFA.
Alur kenaikan dan penurunan gaji pemain sepakbola dengan orang normal
Sedangkan seorang bankir kelas kakap dapat pergi dan mencari pekerjaan yang stabil di sektor publik, prospek yang sungguh menjanjikan. Pemain yang sudah pensiun biasanya mencoba peruntungan menjadi pelatih atau bekerja media sepakbola (pengamat, komentator, dll).
Kerugian mencolok ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Bahkan pemain yang tampaknya berkecukupan seperti David James harus menyatakan dirinya bangkrut.
Seiring dengan jasa keuangan, sepakbola mungkin telah menjadi salah satu dari ekspor global Inggris paling sukses dalam 20 tahun terakhir.
Sejak Sky Sports merajalela, ekonomi Inggris telah melalui pasang surut. Tapi tidak seperti hampir setiap industri besar di Inggris, sepakbola telah berhasil bertahan.
Ketika sebagian besar investor internasional menanggapi krisis keuangan dengan menarik semua uang mereka dari bank, Liga Premier justru sebaliknya. Miliaran uang dari luar negeri telah mengalir ke Liga Primer.
Salah satu cara untuk menilai keberhasilan finansial adalah ketika banyak orang yang ingin berinvestasi di sana. Liga Primer telah menunjukkan hal tersebut. Bahkan lebih penting lagi, belum ada kasus ketika pemerintah mengeluarkan uang untuk menyelamatkan sebuah klub dari kepunahan.
Tidak seperti pemberi pinjaman, klub sepakbola (bukan di Indonesia) tidak mungkin menerima bantuan negara misalnya dari uang pajak. Ketika Anda bangkrut, maka itulah yang terjadi. Tengoklah Portsmouth, Wimbledon, atau Glasgow Rangers: mereka bangkrut dan mati, tetapi bangkit kembali dari kuburnya.
Dalam hal ini, sepakbola masih menjadi model yang lebih baik untuk kapitalisme yang efisien. Klub yang tidak kompetitif perlahan akan tergelincir ke kasta bawah, kehilangan aset terbaik mereka (pemain) dan beranjak masuk ke dalam ketidakjelasan.
Demikian pula, pemain yang memiliki gaji tinggi mendapatkannya karena majikan mereka (klub, pemilik klub, atau sponsor) sukses. Namun, setelah mereka dianggap kurang berharga, uang akan pergi dengan sangat cepat. Industri lain, apalagi sektor keuangan, belum pernah mempelajari pelajaran berharga ini.
Jadi, kenapa wajar jika pemain sepakbola digaji tinggi? Hal ini kembali lagi kepada bagaimana sepakbola dikelola, bagaimana banyaknya investor yang menanamkan modal di liga dan di klub. Ini membuat aliran uang pun semakin deras. Pemain bintang adalah mereka yang dibayar mahal karena pemain merupakan aset utama sebuah klub dan pertandingan sepakbola itu sendiri. Wajar? Silakan berpendapat.
Tetapi jika industri sepakbola di sebuah negara tidak berjalan dengan baik. Dibuktikan dengan adanya tim yang gulung tikar sebelum kompetisi usai serta banyaknya laporan gaji telat. Namun gaji pemain melambung tinggi, barulah kita dapat sebut hal itu aneh.
Itulah bagaimana sepakbola benar-benar bekerja. Sepp Blatter pasti akan senang.
Sumber data: Telegraph
Sumber gambar: Dailymail
Baca selengkapnya: Sepakbola Sebagai Anomali Bisnis
Komentar