Akhir-akhir ini, para pesepakbola Eropa memiliki tren baru, yaitu menumbuhkan jenggot selebat mungkin. Pemain-pemain seperti Andrea Pirlo, Xabi Alonso, Raul Meireless, Tim Howard, dan Daniele De Rossi adalah sedikit contoh pemain yang berjenggot lebat yang juga menjadikannya sebagai ciri khas mereka.
Namun di Turki, pesepakbola berjenggot lebat menjadi persoalan lain. Entah itu keren, aneh, atau biasa saja, pemain berjenggot di Turki mendapat kecaman. Bagi sebagian orang, pemain berjenggot sangatlah tidak mendidik generasi penerus. Salah satu orang yang berpendapat seperti itu adalah pemilik klub Ganclerbigli, klub divisi teratas Liga Turki, Ilhan Cavcav.
âSaya berusia 80 tahun, dan saya bercukur setiap hari,â ujar Cavcav seperti dikutip dari The Dominion Post. âAnda seorang olahragawan, bukan murid sekolah imam (sekolah islam). Anda harus menjadi contoh bagi generasi penerus.â
Bentuk kecamannya terhadap pemain berjenggot yang diterapkan Cavcav pada timnya, Ganclerbigli, adalah dengan mendenda siapa pun pemain yang menumbuhkan jenggotnya. Kabarnya, denda tersebut mencapai 25 ribu Lira Turki atau jika dirupiahkan sekitar lebih dari 135 juta rupiah.
Cavcav pun mencontohkan beberapa pemain yang menjadi contoh buruk bagi persepakbolaan Turki. Pemain-pemain yang ia sebut bisa berpengaruh buruk pada generasi muda Turki adalah Selcuk Inan (Galatasaray), Volkan Demirel (Fenerbahce), dan Olcay Sahan (Besiktas). Slaven Bilic, manajer Besiktas yang berjenggot lebat pun termasuk kategori tak mendidik bagi Cavcav.
Langkah lebih jauh dilakukan Cavcav untuk memberantas pemain berjenggot di Turki. Ia meminta Yildrim Demiroren, ketua Federasi Sepakbola Turki (TFF), untuk memberlakukan pelarangan pemain berjenggot di Turki. Ia juga meminta Demiroren agar memberikan himbauan pada klub-klub Turki untuk tak mengizinkan pemainnya berjenggot. Namun permintaan itu ditolak.
âIa [Demiroren] mengatakan pada saya bahwa mereka tak bisa memaksakan aturan pelarangan ini karena UEFA tak memperbolehkannya. Saya muak terhadap UEFA. Saya berharap memiliki tempat lain untuk bisa memainkan sepakbola kami,â ungkap Cavcav menyatakan kekesalannya terhadap UEFA.
Sebenarnya, protes Cavcav ini sama dengan penentangan terhadap upaya presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dalam upaya pengislamisasian negara Turki. Dan Cavcav tak begitu setuju dengan cita-cita mulia sang presiden tersebut.
Sekolah islam yang dimaksud Cavcav pun merujuk pada peraturan baru di mana pada sekolah umum, para siswa wanita diperbolehkan memakai jilbab ke sekolah. Kritik pun ia berikan terhadap peraturan baru sang presiden mengenai pelarangan murid yang menggunakan tato dan tindik di tubuhnya.
Terlepas dibalik motif lain Cavcav dalam pengecaman terhadap pemain berjenggot ini, pelarangan pemain berjenggot pun pernah terjadi pada 1998. Pelatih tim nasional Argentina saat itu, Daniel Passarella, tak mau memanggil gelandang Real Madrid, Fernando Redondo, pada skuatnya karena memiliki jenggot. Ketika Redondo mencukur jenggotnya tersebut, barulah Redondo masuk dalam skuat Argentina asuhan Passarella.
foto: flickr.com
Komentar