Semua pemain hebat pernah dikolongin, tapi tidak semua bisa ikhlas begitu saja dikolongin.
Coba cari di youtube video pemain-pemain hebat yang dikolongin. Banyak betul. Anda bisa menemukan video ketika Zlatan, Neymar, Ronaldo, Messi, Rooney, Beckham, Terry, atau Figo juga pernah dikolongin, kok.
Dikolongin (bahasa kondangnya nutmeg atau pana dan belasan istilah lainnya dalam ragam bahasa), situasi ketika pemain menceploskan bola di antara dua kaki pemain lawan yang menghadangnya, tidak terlalu sering terjadi. Mungkin lebih sering kita melihat gol ketimbang momen dikolongin. Tak semua laga bisa menyodorkan momen dikolongin.
Yang pasti, dikolongin itu bisa menjadi situasi yang agak memalukan, bahkan sangat memalukan, tergantung bagaimana anda menyikapinya.
Waktu kecil, saya punya kawan yang bisa ngamuk jika dikolongin.
Pandi, begitu kami biasa memanggilnya (ia sudah meninggal 10 tahun lalu dalam sebuah kecelakaan mobil).Kendati cuma permainan bola plastik di halaman sekolah, ia bisa melupakan sepakbola itu sendiri. Sisa waktu setelah dikolongin akan ia habiskan untuk mengincar orang yang membuatnya merasa dipermalukan dengan cara dikolongin. Tentu saja untuk balas "menghajar" kaki orang yang mempermalukannya itu.
Salah seorang teman lain, namanya Dede, merupakan anak dengan skil olah bola yang paling baik. Ayahnya juga seorang pemain bola di kampung kami yang di masa jayanya cukup masyhur di beberapa kecamatan di Cirebon Timur, sampai-sampai ia -- ayahnya Si Dede ini-- dipanggil "Timisela" ("Timisela", nama legenda Persib Bandung, itu ia pakai sampai sekarang) karena kemahirannya bermain bola.
Nah, Si Pandi ini pernah dikolongin oleh Dede. Dan mereka kemudian berkelahi. Pasalnya, Pandi sampai dua kali dikolongin. Di momen pertama dikolongin, Pandi sudah naik pitam. Ia mengejar ke mana pun Dede pergi saat membawa bola. Di situ ia malah dikolongin sekali lagi. Mereka kemudian sempat berkelahi sebelum dipisahkan oleh kami.
Dede sendiri memang selalu terlihat sangat enjoy saat menguasai bola. Ia gemar betul bikin teman-temannya dipermalukan. Ia sering tidak peduli dengan hasil akhir pertandingan, yang penting bisa ngolongin. Baginya itu lebih penting dari gol.
Tentu saja kita tak akan menemukan prinsip "cetak gol atau tidak yang penting bisa ngolongin" dalam pertandingan betulan. Perkecualian barangkali ketika momen dikolongin itu terjadi pada seorang kiper. Jika itu terjadi, maka ngolongin itu bisa sama pentingnya dengan gol.
Situasi itu niscaya lebih pelik bagi kiper. Kebobolan saja sudah menjadi catatan minus, apalagi jika kebobolan dengan cara dikolongin. Sakitnya, tuh, di sini!
Bahkan Manuel Neuer sekali pun pernah dikolongin. Tentu saja jadi gol. Itu terjadi Desember lalu, kala menghadapi Mainz. Ia dikolongin oleh Elkin Soto, gelandang Mainz asal Kolombia. Tapi toh Bayern Muenchen tetap unggul 2-1.
Kiper nyaris mustahil bisa membalas aksi dikolongin. Sangat sulit seorang kiper untuk membalas pemain yang ngolongin dirinya dengan aksi yang sama. Mau balas ngolongin dengan tekel brutal? Sudah gila kalau kiper malah cari penalti ke gawang sendiri, bukan?
"The best revenge is to live on and prove yourself," tulis Edie Vedder, vokalis dan penulis lagu band Pearl Jam, dalam lirik lagu berjudul Jeremy Song.
Dalam hal Neuer, toh ia tetap menjadi pemain hebat dan tak dengan sendirinya merosot reputasinya. Ia terus berkembang, berkembang dan berkembang. Bertahun-tahun kemudian mungkin sedikit yang akan ingat Elkin Soto, tapi Neuer tentu akan masih akan diingat banyak orang, karena kemampuannya yang masih terus berkembang sebagai salah satu kiper terbaik dunia.
Klip ketikaà Nueur dikolongin Elkin Soto
Lagi pula, dikolongin itu tak membuat dunia runtuh. Ada banyak bintang-bintang besar yang bisa dengan santai menyikapi momen dikolongin.
Saat bermain untuk Sao Paolo, Kaka pernah mengalami momen dikolongin oleh Rafael Moura, striker Porto Alegre. Setelah bola berhenti, Kaka menghampiri Moura dan mereka saling memberi pelukan kecil. Moura tersenyum, tampak sebagai senyum bersahabat, bukan senyum meledek.
Kaka yang datang menghampiri Moura adalah Kaka yang melakukan penghampiran terhadap rasa malu. Sebab rasa malu memang tak bisa begitu saja dienyahkan, jadi mending hadapi dan hampiri saja rasa malu itu tepat di jantungnya.
Sebagai seorang pemeluk teguh jalan Kristus, Kaka tentu saja cocok dengan ujaran Bunda Theresa yang satu saat pernah berkata: â??Kita belajar rendah hati dengan menerima penghinaan dengan hati yang riang."
Klip Kaka dikolongin Moura
Sebaliknya terjadi dengan Zlatan Ibrahimovic. Striker yang sering "ngacangin" kiper dan bek lawan dengan trik yang aneh itu juga pernah dikecengin. Ia bahkan dikolongin oleh seorang bek, Aurelian Chedjou, yang saat itu masih bermain untuk Lille.
Apa reaksi Zlatan? Sepersekian detik setelah dikolongin, Zlatan tak segera berbalik mengejar, tapi malah... tertawa. Haha!
"Humiliation is humiliation only when you choose to suffer," kata Victor Mancini, dokter yang kecanduan seks, dalam novel Choke karya Chuck Palahniuk.
Dan Zlatan memang tak memilih untuk merasa menderita. Ia tak sudi menanggung malu. Zlatan tahu cara menghibur diri. Dengan tertawa. dengan itulah ia tak mengizinkan orang lain menertawakan dirinya. Sebab, sebelum orang lain menertawakan dirinya, ia sudah lebih duluan tertawa. Dan tawa itu pula yang membuat momen dikolongin jadi tak terlalu menarik, sebab tawa Zlatan sendiri yang lebih menarik pada akhirnya.
Seperti biasa, juga dalam soal kolong-kolongan, Zlatan selalu selangkah lebih maju.
Klip ketika Zlatan dikolongin.
Tapi selalu ada Pandi-pandi yang lain dalam sepakbola, yang merasa dikolongin sebagai hal memalukan yang tak boleh dibiarkan.
Seperti Gary Neville, misalnya, yang dikolongin oleh Antonio Reyes yang masih memperkuat Arsenal. Begitu bola melewati selangkangannya, Gary segera mengejar Reyes dan meluncurkan tekel yang jelas-jelas mengenai kaki pemain Spanyol itu.
Sekali lagi, opsi Machiavellian bisa diambil untuk mereka yang merasa dipermalukan: bola boleh lewat, tapi lawan jangan. Dan Machiavellian tak mengenal kata sesal, sebagaimana Gary yang dengan tenang menerima kartu kuning karena ulahnya itu.
Berlakulah sudah apa yang dikatakan Nagasawa, si flamboyan dalam novel Norwegian Wood karya Haruki Murakami: "Don`t feel sorry for yourself. Only assholes do that."
Klip saat Gary Neville dikolongin Reyes
Komentar