Hanya satu yang diingat dari Steve McClaren ketika memanajeri kesebelasan Liga Inggris: membawa Middlesbrough juara League Cup 2003/2004. Kesebelasan berjuluk The Boro itu berhasil diantarkannya menjadi juara dengan mengalahkan Bolton Wanderes dengan skor 2-1 di partai final.
Middlesbrough kala itu memang punya skuat yang lumayan. McClaren setidaknya masih mengasuh beberapa pemain dengan reputasi yang cukup baik seperti Mark Schwarzer, Danny Mills, Gareth Southgate, Gaizka Mendieta, George Boateng, Boudewijn Zenden, Stewart Downing, Joseph-Desire Job, Massimo Maccarone dan lainnya.
Tapi kiprah McClaren selanjutnya di persepakbolaan Inggris kian tenggelam justru setelah mengantarkan Southgate, dkk., menjadi juara League Cup 2003/2004 tersebut. Tak hanya tenggelam, ia bahkan sempat dibenci publik Inggris. Dipilih menjadi manajer Kesebelasan Negara Inggris menggantikan Sven-Goran Eriksson, ia kemudian terbukti tak cukup mumpuni menjadi manajer di sebuah tim yang penuh tekanan seperti Inggris. Jangankan memberi trofi juara, Inggris di era McClaren bahkan gagal lolos ke Euro 2008.
Kegagalan ini merupakan arang dan aib yang luar biasa bagi sepakbola Inggris. Sebab itulah kali pertama dalam sejara Inggris mereka absen dari Piala Eropa.
Pria kelahiran Fulford York Inggris ini pun cuma bertahan satu tahun bersama Tiga Singa. McClaren dengan cepat mencoba pulih dari bencana kegagalan bersama Inggris dengan merantau ke Belanda. Ia didapuk sebagai pelatih FC Twente dan tak tanggung-tanggung: FC Twente berhasil menjuarai Eredivisie 2009/2010.
Sayang karena tidak tahu diuntung atau entah lupa bersyukur, usai mengantarkan Twente juara, McClaren malah hengkang ke Jerman untuk melatih VfL Wolfsburg. Kesebelasan dari Jerman itu agaknya terpikat betul dengan keberhasilan McClaren membawa Twente juara.
Rupanya tanah Jerman tidak serupa dengan Belanda. Sebagai orang Inggris pertama yang mendapatkan kesempatan memimpin sebuah kesebelasan Bundesliga, ia gagal mengulang kesuksesan seperti ketika melatih Twente, bahkan memenangi kompetisi domestik level dua seperti Piala Liga bersama Middlesbrough pun gagal. Pada 7 Februari 2011 McClaren pun dipecat oleh Wolfsburg.
Kepindahannya dari Twente seakan menjadi titik balik lagi. Sejak dipecat dari Wolfsburg, karir kepelatihan pria kelahiran 3 Mei 1961 ini pun seperti membentur tembok. Ia sulit mendapatkan kesuksesan kembali. Nottingham Forest, Queens Park Rangers (QPR), bahkan kembali ke Twente pada 2012, tidak pernah bisa mendatangkan keberhasilan sebagaimana yang ia alami pada 2009/2010 bersama Twente atau musim 2003/2004 bersama Midlsebrough.
Steve McClaren ketika juara Eredivisie 2009/2010 bersama Twente
Pada 2013 ia sempat kembali melatih kesebelasan yang dulu pernah diperkuatnya semasa menjadi pemain, Derby County, McClaren gagal membawa kesebelasan berjuluk The Rams tersebut promosi ke Liga Primer Inggris. Sebetulnya Derby sempat masuk fase play-off 2014 menuju Liga Primer Inggris namun mereka dikalahkan oleh Queens Park Rangers di laga play-off oleh gol tunggal Bobby Zamora. Musim 2014/2015 Derby semakin menurun karena gagal masuk ke babak play-off sehingga ia pun akhirnya dipecat.
Tapi pemecatannya seolah tidak berpengaruh bagi Newcastle United. Mereka justru mengincarnya untuk menjadi manajer kesebelasan mengisi kekosongan yang ditinggalkan Alan Pardew yang mengundurkan diri pada 29 Desember 2014. John Carver sebagai caretaker Newcastle pun tidak sanggup mengembalikan kesebelasan berjuluk The Magpies tersebut kembali minimal ke papan tengah Liga Primer Inggris 2014/2015. Carver pun memutuskan hengkang pada akhir musim.
McClaren dipilih menahkodai Newcastle untuk tiga tahun ke depan mengalahkan beberapa nominasi lain seperti Aitor Karanka, manajer Middlesbrough, atau Patrick Viera, pengembang pemain muda sekaligus manajer Manchester City U21.
"Dari pertemuan pertama saya dengan Steve, saya tahu dia sempurna untuk Newcastle United. Saya senang bahwa kami telah mengamankan jasa dari salah satu pelatih terbaik di sepakbola Inggris," ungkap Direktur kesebelasan Lee Charnley dikutip dari situs resmi kesebelasan.
McClaren mengaku sebetulnya sudah mendapat tawaran melatih Newcastle sejak pengunduran Pardew, tapi karena masih memiliki tanggung jawab bersama Derby membuat ia menolak tawaran tersebut sampai dua kali.
Rasa percaya diri McClaren usai resmi menjadi Manajer The Magpies memang terlihat masih tinggi. Tidak tanggung-tanggung pria 54 tahun tersebut mengusung misi besar yaitu meraih minimal satu gelar walau manajemen menargetkan minimal Newcastle finish di peringkat delapan besar.
"Klub ini telah menunggu lama untuk memenangkan trofi. Itulah salah satu tujuan utama saya di sini. Saya sudah memenangkan tropi sebagai manajer dan klub dengan level seperti Newcastle United jelas harus memenangkan piala dan finish di posisi delapan di liga," papar McClaren.
Dirinya pun dijanjikan perpanjangan kontrak sampai delapan musim jika targetnya tersebut mampu direalisasikan. Sebagai langkah awal ia menargetkan beberapa pemain top bisa didatangkan ke markas mereka di St James Park.
Beberapa pemain seperti Bas Dost (Wolfsburg), Charlie Austin (Queens Park Rangers), Aleksandar Mitrovic (Anderlecht) dan Juanmi Jimenez (Malaga) masuk ke dalam radar incaran transfer musim panas. Selain itu ia turut membawa Paul Simpson, asistennya sewaktu berada di Derby, dan pelatih fisik, Steve Black.
Bas Dost merupakan salah satu pemain penting bagi Wolfsburg bisa berada di peringkat dua klasemen Bundesliga 2014/2015. Begitu juga Charlie Austin menjelma menjadi penyerang mematikan di Premiere League musim ini. Bagaimana pun caranya, Austin pasti mencetak gol ketika mendapatkan beberapa peluang.
Beruntung kali ini manajemen Newcastle memberi anggaran cukup besar untuk mendukung ambisi McClaren. Para pendukung Newcastle sendiri menginginkan bukti konkrit dengan membawa kesebelasan kesayangannya ke arah yang lebih baik. Lebih bagus lagi jika The Magpies menembus zona Liga Champions atau minimal memenangkan piala seperti ketika McClaren bersama Middlesbrough. Bersama The Boro juga ia berhasil melangkah ke final Piala UEFA pada 2006 kendati kemudian harus takluk dari Sevilla.
Jika mimpi para pendukung Newcastle terwujud maka pasti ia akan lebih dihormati daripada Kevin Keegan, Ruud Gullit, Bobby Robson atau Kenny Dalglish. Dan itu barangkali bisa menjadi penebusan yang sempurna bagi kegagalan dan keraguan yang diarahkan kepadanya.
Newcastle sendiri merupakan kesebelasan yang sedang rusak dan begitu banyak pekerjaan untuk diperbaiki. Untuk sementara McClaren mengaku gembira dengan janji dan dukungan Mike Ashley sehingga membuatnya amat yakin dengan The Magpies. Tapi perlu dicatat jika kepelitan Ashley kepada Newcastle itu sendiri yang mengawali kehancuran Newcastle -- alasan yang membuat Pardew mengundurkan diri dan kemudian menemukan kenyamanan bersama Crystal Palace.
Jika kembali gagal, orang-orang niscaya akan ingat foto lama ketika McClaren berdiri di tepi lapangan Wembley saat Inggris dikalahkan Kroasia dan gagal lolos ke Euro 2008, berdiri dengan paras yang sulit dijelaskan di bawah hujan, sembari membawa payung dalam suasana kegagalan yang menyedihkan.
Komentar