Sebelum kegilaan mengenai pemain Inggris yang harganya mahal seperti junk food (sudah, mah, harganya mahal, gak sehat pula), kita mungkin tidak menyadari bahwa aturan homegrown adalah salah satu biang keladi dari itu semua.
Sekarang, mungkin kita sudah paham dan memaklumi bahwa pemain Inggris memang over-priced. Bahkan Rio Ferdinand pun mengakuinya lewat curhatan di ciutan Twitter-nya.
Jika sekarang kita fokus kepada aturan homegrown, ternyata kita akan menemukan lebih banyak lagi kejutan.
Sebelum Liga Primer akan kembali kick-off pada awal Agustus nanti, banyak kesebelasan tentunya yang bersiap memperkuat skuat mereka pada musim panas ini. Pertimbangan utamanya tentunya adalah: Meskipun 25 pemain bisa didaftarkan, peraturan menunjukkan bahwa hanya 17 pemain saja yang boleh didaftarkan sebagai "pemain asing". (Selengkapnya: Mengenal Istilah Pemain Homegrown)
Sementara sisa 8 pemain lainnya yang terdaftar haruslah merupakan pemain homegrown, atau dibiarkan kosong. Ini lah kenapa pada musim panas tahun lalu mungkin Chelsea melepas Fernando Torres, Marko Marin, dan Marco van Ginkel.
Seperti yang sudah pernah kami jelaskan, pemain homegrown adalah seorang pemain yang sudah berada di Inggris atau Wales (untuk bermain sepakbola tentunya) selama 3 tahun berturut-turut di antara umur 15 sampai 21 tahun.
Ini juga yang menjelaskan bahwa Eric Dier dan Owen Hargreaves tidak termasuk pemain homegrown, sementara Francesc Fà bregas dan Gerard Piqué malah termasuk pemain homegrown.
Alex Song yang diperebutkan
Penjelasan di atas akan membawa kita langsung kepada kisah konyol dari Alex Song, yang musim lalu sempat dipinjamkan ke West Ham United dari FC Barcelona.
Pemain bernama lengkap Alexandre Dimitri Song Billong yang kontraknya akan habis di Barcelona pada 2017 ini, rencananya akan pindah secara permanen ke West Ham dengan free transfer pada musim 2015/16.
Namun, rencana tersebut bisa jadi akan gagal. Bukan, ini bukan gagal gara-gara Barcelona tiba-tiba ingin memanfaatkan sisa kontraknya dan memakai jasanya di kesebelasan Catalan tersebut untuk musim depan. Ini juga bukan gagal akibat West Ham yang mengurungkan niat karena sadar bahwa mereka tidak butuh Song.
Pada kenyataannya, beberapa waktu lalu Barcelona seperti sudah mengikhlaskan Song untuk pergi secara gratis (meskipun sisa kontraknya masih sampai 2017), karena mungkin nilai jualnya tidak akan terlalu berpengaruh bagi neraca belanja mereka.
Begitupun penampilan gemilang Song bersama West Ham di awal musim yang malah semakin melorot pada paruh ke dua musim, tidak menjadikan The Hammers mengurungkan niat mereka untuk mempermanenkan Song. Bagaimanapun juga, Song akan mereka dapatkan secara gratis. Siapa yang tidak mau?
Entah ada petir seperti apa yang menyambar, tiba-tiba semua orang tersadarkan akan aturan homegrown dan mengingat-ingat bahwa Song adalah pemain homegrown.
Mengingat sekarang Liga Primer sudah banyak dihuni oleh pemain asing, dan juga banyak kesebelasan besar yang butuh pemain homegrown untuk mengisi kuota skuat mereka, maka Song pun akhirnya diperebutkan... tak tanggung-tanggung oleh Manchester City dan Chelsea.
Tanpa bermaksud meremehkan Song, ketertarikan City dan Chelsea kepada Song ini sedikit mengejutkan, karena sebelumnya Song bukan merupakan pemain yang se-berpangaruh itu di kesebelasan besar.
Bahkan dulu Arsenal dikabarkan mendepaknya ke Barcelona karena kelakuan dan sikapnya yang tidak menunjukkan profesionalisme di latihan, ini juga yang sempat dilaporkan beberapa kali di West Ham.
Jadi, sudah hampir jelas bahwa yang membuat Song diperebutkan oleh City dan Chelsea bukanlah kemampuannya di atas lapangan, melainkan statusnya yang merupakan pemain homegrown.
Song lahir di Kamerun, ia dididik di Inggris bersama dengan Arsenal dari 2005 sampai 2012. Ini lah yang membuat Song menjadi permata homegrown di sepakbola Inggris.
Sekarang alasannya sudah jelas, karena sedikitnya pemain homegrown yang ciamik di City dan Chelsea, Manuel Pellegrini dan José Mourinho harus ekstra hati-hati jika ingin mendatangkan pemain asing.
Untuk Barcelona, jelas ini seperti durian runtuh. Mereka yang tadinya bersiap melepas Song secara gratis, kali ini sudah bersiap menerima tawaran (setidaknya) 5 juta poundsterling bagi pemain asal Kamerun tersebut.
Sementara bagi Song, ia boleh saja sedang ongkang-ongkang kaki, tapi ia harus berhati-hati memilih kesebelasan barunya di musim depan.
Baginya yang sudah pensiun dari kesebelasan negara Kamerun, sudah sewajarnya ia ingin menikmati bermain sepakbola di atas lapangan (bersama kesebelasan papan tengah dan bawah), bukan hanya duduk manis di bangku cadangan (bersama kesebelasn papan atas).
Pemain asing berstatus homegrown di Liga Primer
Faktanya, pemain seperti Song ini, yang merupakan pemain asing (non-Inggris) berstatus homegrown, jumlahnya sangat banyak tersebar di Liga Inggris maupun di belahan dunia lainnya.
Kita mungkin mengenal beberapa pemain sekitaran Inggris (Britania) seperti Wales, Skotlandia, Irlandia Utara, sampai-sampai Republik Irlandia, yang dibina dan diorbitkan oleh kesebelasan asal Inggris.
Namun, beberapa nama pemain Liga Primer di bawah ini mungkin akan membuat kita sedikit terkejut, bahwa mereka ternyata adalah pemain homegrown. Kemudian jangan heran juga jika mereka, selain pemain-pemain Inggris tentunya, akan menjadi pemain yang over-priced pada bursa transfer musim panas ini.
Asmir Begovi?: Kiper asal Bosnia-Herzegovina yang bermain di Stoke City ini merupakan didikan Portsmouth sejak 2005.
- Tim Krul: Kiper Belanda ini sudah menjadi pemain binaan Newcastle United sejak 2005.
- Morgan Schneiderlin: Gelandang yang paling diperebutkan ini berasal dari Perancis, tapi sudah dididik oleh Southampton sejak 2008.
- Philippe Senderos: Bek berusia 30 tahun asal Swis ini merupakan didikan Arsenal sejak 2003. Sempat berpindah-pindah, sekarang ia bermain di Aston Villa di bawah asuhan Tim Sherwood.
- Gylfi Sigurðsson: Pemain Islandia ini dibina oleh Reading sejak 2005. Tapi sepertinya kesebelasannya saat ini, Swansea City, sudah menjadi kesebelasan idamannya.
Sementara Song, FÃ bregas, dan mereka semua yang sudah disebutkan di atas merupakan pemain-pemain asing homegrown yang merumput di Liga Primer, sebenarnya masih banyak lagi pemain seperti ini.
Beberapa yang lain misalnya saja Francis Coquelin, Wojciech Szcz?sny, Charles NÃâZogbia, Adrian Mariappa, Ritchie De Laet, Westley Morgan, Kasper Schmeichel, Fabio Borini, Dedryck Boyata, Gaël Clichy, John Guidetti, Rafael da Silva, Davide Petrucci, Marnick Vermijl, Robert Huth, Victor Moses, Sebastian Larsson, Vito Mannone, Patrick van Aanholt, Ricardo Vaz Tê, dan banyak pemain lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu.
Pemain homegrown Inggris di luar Liga Primer
Persyaratan pemain homegrown yang merupakan binaan kesebelasan Inggris maupun Wales dalam 3 tahun berturut-turut sejak usia 15 sampai 21 tahun, membuat kita dapat melihat lebih banyak lagi pemain berstatus ini di liga selain Liga Primer.
Piqué adalah salah satu contohnya yang merupakan binaan Manchester United. Selain Piqué, mungkin ada banyak sekali. Tapi nama-nama di bawah ini mungkin patut kami soroti, siapa tahu mereka pindah ke Liga Primer dengan harga yang fantastis.
- Jeffrey Bruma: Bek Belanda berusia 23 tahun ini sekarang bermain di PSV Eindhoven. Ia merupakan didikan Chelsea sejak 2009.
- Max Gradel: Pemain sayap lincah asal Pantai Gading ini adalah didikan Leicester City sejak 2005. Ia bersinar di Leeds United, sebelum akhirnya kemudian pindah ke AS Saint-Ãtienne.
- Albert Rusnák: Pemain Slovakia ini masih berusia 20 tahun, sekarang ia bermain di FC Groningen. Ia adalah didikan City sejak 2010.
- Carlos Vela: Penyerang asal Meksiko ini sekarang bermain di Real Sociedad. Ia sempat dididik oleh Arsenal sejak 2005.
- Ron-Robert Zieler: Kiper Jerman ini adalah didikan akademi Manchester United sejak tahun 2005. Sekarang ia bermain di Hannover 96 dan sudah memperkuat sangara Jerman sebanyak 6 kali.
Banyak pemain asing yang berstatus homegrown yang harganya bisa saja melambung tinggi pada bursa transfer nanti. Tapi, di antara mereka semua, ada satu pemain yang sepertinya akan wajar jika berharga sangat tinggi. Ia adalah Paul Pogba.
Meskipun tampak seperti pemain paling menjanjikan setelah menjuarai Youth Cup bersama Manchester United muda di musim 2010/11, Pogba diizinkan untuk meninggalkan Old Trafford di akhir kontraknya pada musim panas 2011.
Pemain Perancis ini langsung "dijemput" oleh Juventus dan menjadi salah satu talenta dunia yang paling dicari. Akibatnya, melepasnya dari United sampai dianggap sebagai kesalahan terbesar Sir Alex Ferguson.
Aturan homegrown adalah aturan yang konyol
Akhirnya kita sampai kepada sebuah kesimpulan. Melihat Song dan sederet daftar nama lainnya di atas berpotensi besar menjadi pemain asing (asing, lho, bukan Inggris) dengan harga tinggi, aturan homegrown yang dicetuskan oleh Football Association (FA) seperti menjadi buah simalakama.
Pada kenyataannya, aturan homegrown tidak serta-merta membuat talenta Inggris semakin bersinar dan (seperti yang mereka harapkan) akan mengantarkan kejayaan sangara Inggris di pentas internasional.
Malahan, aturan ini yang membuat pemain-pemain Inggris dan juga beberapa "pemain asing spesial" memiliki harga yang keterlaluan.
Sistem akademi kesebelasan Inggris tidak kemudian otomatis meningkat. Mereka masih saja gemar berbelanja pemain daripada membina pemain. Pada akhirnya aturan ini hanya membuat mereka-mereka yang dididik di Inggris (entah berasal dari negara mana pun) menjadi pemain dengan harga mahal.
Ironisnya, jika hal ini terjadi kepada liga selain Liga Primer (kesebelasan Liga Primer membeli pemain asing homegrown dari luar Liga Primer), maka aturan homegrown pada dasarnya hanya "mengambil uang dari Liga Primer, dan membawanya ke luar negeri".
FA sekarang ini masih mencari alternatif aturan yang lebih bonafid daripada aturan homegrown. Beberapa waktu lalu, sempat tercetus proposal aturan #PeakEnglishness oleh FA yang dipicu oleh ributnya badai HurryCane, maksud kami Harry Kane, yang tiba-tiba memporak-porandakan FA.
Mereka bermaksud mencetak "The Next Harry Kane(s)" agar kesebelasan Inggris banyak memakai pemain Inggris bertalenta di kesebelasannya. (Baca juga: FA Dilanda Badai Harry Kane)
Rasanya aneh mendengar istilah "The Next Harry Kane", karena bahkan Kane yang sesungguhnya saja masih merupakan "talenta" alih-alih "produk jadi yang berkelas dunia". Ditambah, Inggris U-21 (di mana Kane bermain) baru saja menjadi peringkat buncit di grup B Euro U-21 sehingga mereka tidak lolos ke semi-final, acuan aturan ini harus segera direvisi.
Selamat mencari alternatif aturan lainnya, FA! Sementara bagi kita sebagai penikmat Liga Inggris dan permainan video seperti Football Manager, boleh lah daftar nama-nama dalam tulisan ini menjadi panduan bagi kita yang juga sedang kepusingan mencari pemain homegrown.
Komentar