Hingga pekan ketujuh Liga Italia Serie A, ACF Fiorentina masih memuncaki tabel classifica dengan 18 angka, unggul dua poin dari peringkat kedua, FC Internazionale Milan. Di barisan pencetak gol terbanyak, bertengger nama Ãder Citadin Martins atau biasa dikenal Ãder, yang bermain untuk UC Sampdoria, dengan torehan enam gol.
Dibawah Ãder, ada nama Gonzalo HiguaÃn dan Lorenzo Insigne yang sama-sama berhasil menorehkan lima gol sejauh ini bersama SSC Napoli. Bagi seorang HiguaÃn, torehan lima golnya hingga pekan ketujuh menjadi hal yang bisa dibilang biasa saja, mengingat mantan pemain Real Madrid ini selalu melesakan lebih dari dua puluh gol di setiap musimnya bersama Napoli.
Akan tetapi, lain halnya dengan Lorenzo Insigne. Torehan lima golnya dirasa sangat mengagumkan dan hal itu menyebabkan Insigne menjadi buah bibir bagi publik sepakbola Italia. Mengingat di musim-musim sebelumnya, Insigne memerlukan 20 pertandingan lebih âhanyaâ untuk menghasilkan setidaknya lima gol.
Dan di musim ini yang baru memainkan tujuh pertandingan, Insigne mampu melesakan lima gol. Torehan tersebut menjadikan performa penyerang timnas Italia di musim ini bisa dibilang lebih baik dari musim-musim sebelumnya kala berseragam Napoli.
Bahkan La Gazzeta dello Sport menyebut bahwa pemain kelahiran Naples tersebut merupakan penyerang terbaik Italia saat ini. Hal tersebut tidaklah berlebihan mengingat penampilannya sejauh ini bersama Napoli sangat impresif.
Di dua pertandingan terakhirnya ketika bertemu Juventus dan AC Milan, Insigne berhasil mencetak gol di dua laga big match tersebut. Satu golnya ke gawang Gianluigi Buffon menenggelamkan asa Juventus yang saat itu berniat bangkit dari keterpurukan. Sedangkan dua golnya ketika menghadapi Milan di San Siro mengantarkan dia mendapatkan standing ovation dari publik tuan rumah.
Selepas pertandingan yang dilansir oleh Tuttosport, Insigne pun berujar: âSungguh menyenangkan mendapat banyak pujian. Tidak setiap hari Anda meninggalkan San Siro dengan apresiasi dari pendukung tuan rumahâ .
Beda Pelatih, Beda Gaya Bermain
Musim ini Insigne memang menjadi buah bibir di Italia. Perannya sebagai peyerang yang menyisir sebelah kiri area Napoli mampu dimaksimalkan oleh Maurizio Sarri dibandingkan pelatih terdahulunya Rafael BenÃtez.
Melihat cara bermainnya, Insigne musim ini berbeda dengan dia di musim lalu. Musim lalu di bawah arahan BenÃtez, Insigne harus âmelayaniâ HiguaÃn. Terlihat dari persentase umpannya yang mencapai 82%, serta hanya mampu melesakan persentase 2,15 tendangan per pertandingan yang dijalananinya. Dan hal itu berdampak pada jumlah gol Insigne di musim lalu yang hanya melesakan dua gol dari 20 pertandingan yang dimainkannya bersama Napoli di ajang Serie A.
Berbeda dengan musim ini, Maurizio Sarri ingin sesuatu yang lebih dari Insigne dan tidak hanya sekedar melayani HiguaÃn, akan tetapi mencetak gol seperti HiguaÃn. Tidak ada perubahan dalam posisi Insigne, masih bermain di sisi kiri penyerangan Napoli. Akan tetapi cara bermain pemuda berusia 24 tahun ini yang berbeda. Dia lebih sering menendang ke arah gawang dibandingkan dengan harus melayani HiguaÃn.
Hal ini terlihat dari persentase umpannya di musim ini yang hanya 80%, agak sedikit menurun bila dibandingkan dengan musim lalu. Sedangkan persentase tendangannya pun meningkat, dari 2.15 menjadi 5,29 tendangan per pertandingan di tujuh pertandingan yang sudah dijalaninya musim ini.
Bahkan di beberapa pertandingan, justru seorang HiguaÃn yang melayani Insigne. Hal itu bisa terlihat dari gol Insigne kala bersua dengan Juvetus dan AC Milan. Ketika melawan Juventus, assists dari HiguaÃn memudahkan Insigne melepaskan tendangan mendatar di luar kotak penalti Juvetus tanpa mampu dibendung oleh penjaga gawang Buffon.
Sedangkan ketika menghadapi Milan, lagi-lagi HiguaÃn menjadi pelayan bagi Insigne. Assist-nya di dalam kotak penalti Milan, memudahkan Insigne menendang bola tanpa bisa dihalau para pemain bertahan Rosonerri.
Wacana Pemakain Nomor 10
Melihat performa Insigne yang impresif di musim ini, wacana agar pemuda asli Napoli ini mengenakan kostum no. 10 pun dihembuskan oleh media. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, nomor tersebut dianggap keramat bagi publik Napoli karena telah dipensiunkan pada tahun 2000 lalu sebagai bentuk penghormatan kepada legenda klub, Diego Maradona.
Akan tetapi, jika hanya melihat performa Insigne yang hanya bagus di musim ini saja dan itu pun hanya baru memainkan tujuh pertandingan, maka belum layak bagi seorang Insigne memakai nomor keramat tersebut.
Hal ini bisa terlihat dari gelar yang diberikan oleh Insigne kepada Napoli. Dari lima musim memperkuat Partenopei, dia hanya mampu memberikan dua gelar juara, yakni Coppa Italia 2013-2014 dan Piala Super Italia 2014. Berbeda dengan Maradona yang selama tujuh musim membela Napoli memberikan lima gelar juara, yakni Serie A 1987, 1990, Coppa Italia 1987, Piala UEFA 1989, serta Piala Super Italia 1990.
Di luar segi prestasi, fans Napoli pun nampaknya tidak akan setuju jika nomor tersebut dipakai oleh Insigne, mengingat selama ini Insigne kurang akur dengan para pendukung Partenopei. Bahkan di beberapa pertandingan di musim lalu, Insigne kerap dicemooh oleh pendukungnya sendiri karena kerap menampilkan permainan yang dianggap tidak memuaskan.
Di tengah wacana pemakaian nomor keramat tersebut, Insigne pun dengan santai dan bijak menanggapinya. Dia menyerahkan sepenuhnya pemakaian nomor 10 itu kepada klub, karena untuk saat ini dia lebih senang dengan memakai nomor 24.
Performa Lorenzo Insigne memang begitu impresif di musim ini yang baru menyelesaikan tujuh laga. Maurizio Sarri mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh pria kelahiran Naples 24 tahun silam tersebut dengan baik. Akan tetapi semuanya masih panjang, terlalu dini jika harus menilai Insigne adalah penyerang terbaik di Italia karena masih ada 31 laga tersisa yang akan dihadapi oleh Napoli. Mengingat masih panjangnya kompetisi Serie A, maka alangkah bijaknya jika hanya menyebut Insigne sebagai "penyerang terbaik Serie A sebelum international break".
Sumber data: WhoScored dan Squawka
Komentar