(2003) Cesc Fabregas
Piala Dunia U-17 tahun 2003 dihiasi oleh gelandang-gelandang potensial dari berbagai negara. Terdapat duet Lucas Biglia dan Fernando Gago di Argentina, lalu Stephane MâBia dan Alexandre Song di Kamerun, Portugal punya Miguel Veloso dan Joao Moutinho, Fredy Guarin (Kolombia), John Obi Mikel (Nigeria) dan Freddy Adu (Amerika Serikat). Tapi yang paling menyita perhatian adalah penampilan lini tengah Spanyol yang dihuni oleh David Silva dan Cesc Fabregas.
Spanyol berhasil melangkah ke babak final meski gagal juara setelah dikalahkan Brasil. Tapi Fabregas menyabet penghargaan pemain terbaik sekaligus top skorer turnamen dengan lima golnya. Dan sejauh ini, semua gelar-gelar bergengsi telah didapatkannya, termasuk gelar juara Piala Dunia, Piala Eropa, Piala Dunia Antar Klub, La Liga, dan Liga Primer Inggris.
(2005) Anderson dan Carlos Vela
Keberhasilan Anderson Luis menjadi pemain terbaik pada turnamen ini, mengantarkan Brasil menjadi runner-up. Penampilan Anderson membuatnya direkrut kesebelasan asal Portugal, FC Porto (dari Gremio) yang membukakan jalannya ke Manchester United. Namun selama berkarier di United, Anderson dianggap overrated dan overpriced karena kemampuannya yang dianggap tak terlalu istimewa.
Sementara nasib serupa dialami Vela yang menjadi top skorer dan membawa Meksiko juara dunia kala itu. Perekrutan Vela oleh Arsenal dari Guadalajara terkendala work permit. Vela pun dipinjamkan ke tiga kesebelasan Spanyol dalam kurun waktu empat tahun: Celta Vigo, Salamanca, dan Osasuna. Saat kembali ke Arsenal pada 2008, Vela kalah bersaing sehingga kembali dipinjamkan ke West Bromwich Albion dan saat ini bermuara di Real Sociedad.
(2007) Toni Kroos dan Macauley Chrisantus
Jerman U-17 meraih prestasi terbaik di Piala Dunia pada 2007 dengan meraih tempat ketiga setelah mengalahkan Ghana. Prestasi ini menjadi pelengkap bagi penampilan ciamiknya kapten mereka, Toni Kroos, sepanjang turnamen, mengalahkan James Rodriguez, Eden Hazard, Bojan Krkic, dan Danny Welbeck.
Kroos, seperti yang diketahui, berhasil meraih juara Piala Dunia bersama timnas senior Jerman  pada 2014 dan pindah ke salah satu kesebelasan terbaik dunia, Real Madrid. Tapi Chrisantus yang menjadi top skorer seangkatannya, masih belum muncul ke permukaan meski sempat membela kesebelasan papan tengah empat negara yaitu Hamburger SV (Jerman), Las Palmas (Spanyol), Sivasspor (Turki), dan Aek Athens (Yunani).
(2009) Sani Emmanuel dan Borja Gonzalez
Nigeria berhasil melangkah ke babak final Piala Dunia U-17 untuk keenam kalinya pada 2009. Meski harus puas menempati peringkat kedua, Sani Emmanuel, penyerang mereka, dinobatkan sebagai pemain terbaik mengalahkan nama-nama seperti Mario Goetze, Neymar Jr., Philippe Coutinho, Alvaro Morata, atau Stephane El Sharaawy.
Sani dikabarkan sempat menjalani trial di Chelsea dan Tottenham Hotspur, namun pada akhirnya direkrut Lazio meski hingga kini namanya belum terdengar lagi. Sementara Borja yang meraih gelar top skorer, hingga kini masih berpindah-pindah kesebelasan dengan status pinjaman dari Atletico Madrid.
(2011) Julio Gomez dan Souleymane Coulibaly
Julio Gomez yang berhasil mengantarkan Meksiko juara pada Piala Dunia U-17 2011 meraih gelar pemain terbaik mengalahkan winger-winger lain macam Memphis Depay dan Raheem Sterling. Kini ia masih milik kesebelasan Meksiko, Pachuca, dan tengah dipinjamkan ke Correcaminos UAT di mana ia mencetak 13 gol dari 15 penampilan.
Sedangkan Coulibaly yang mencetak sembilan gol pada turnamen ini, menyamai rekor Sinama Pongolle, sempat direkrut Tottenham Hotspur dari Siena. Hanya saja perkembangannya tak sesuai harapan di mana kini ia tengah bermain untuk kesebelasan League One, Peterborough United.
(2013) Kelechi Iheanacho dan Valmir Berisha
Berisha yang bermain untuk Swedia U-17, menempati peringkat ketiga setelah mengalahkan Argentina dengan skor 4-1, mencetak tujuh gol yang menjadikannya top skorer pada edisi 2013. Sementara Iheanacho dinobatkan sebagai pemain terbaik karena berhasil mengantarkan Nigeria meraih gelar keempatnya di Piala Dunia U-17, yang merupakan terbanyak dalam sejarah mengalahkan Brasil.
Berisha sempat direkrut Roma namun pada akhirnya musim ini pindah ke SC Cambuur, kesebelasan Eredivisie. Sementara Iheanacho menjadi pemain cadangan dari Sergio Aguero dan Wilfried Bony di Manchester City.
foto: liverpoolecho.co.uk
Komentar