Liburan yang Mengubah Nasib Graziano Pellè

Cerita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Liburan yang Mengubah Nasib Graziano Pellè

Akhir pekan lalu, Southampton berhasil menundukkan AFC Bournemouth 2-0. Satu gol yang bersarang ke bawang The Cherries dicetak oleh Graziano Pelle. Gol tersebut sekaligus sebagai yang keenamnya pada musim ini. Musim lalu, Pelle memikat mata penggemar Liga Primer Inggris. Di usianya yang sudah tak bisa dibilang muda, namanya yang asing muncul ke permukaan sebagai mesin gol Southampton.

Pelle adalah seorang Italia. Bermain di luar tanah kelahiran adalah sebuah hal yang langka. Terlebih lagi empat tahun yang lalu, barangkali tak ada dari kita yang mengenal Pelle. Wajar, karena ia cuma pemain cadangan di Parma. Hasil atas kerja kerasnya terbayar setelah ia reuni dengan Ronald Koeman di Feyenoord Rotterdam.

Paul Doyle dari The Guardian secara khusus mewawancarai Pelle terkait hidupnya saat ini. Dalam perbincangan tersebut Pelle menjabarkan bagaimana ia berkembang menggapai cita-citanya.

“Aku adalah pemain yang bagus, tapi tak begitu kokoh. Agenku membantuku begitu banyak. Ia mengatakan padaku bahwa aku tak cukup haus akan kesuksesan,” kata Pelle mengawali perbincangan.

“Keluargaku pun begitu penting untukku, dan ketika aku tidak bermain baik, bukan sesuatu yang baik bagiku karena ayah tak bahagia. Ia bilang padaku, ‘Jangan liburan’, dia tidak bilang ‘kamu harus bermain bola’. Dia lebih rileks berpikir untuk mendidikku dengan kehidupan yang normal ketimbang sekadar bermain bola, tapi tentu saja dia tahu kalau aku memiliki kualitas dan dia tak ingin aku menyia-nyiakan kerja kerasnya yang membuatku bisa hidup seperti ini," tambah Pelle.

Berawal dari Liburan

Melanggar untuk tak sering liburan justru menjadi kunci kebintangan Pelle. Pemain kelahiran 1985 ini bercerita kalau awal kesuksesannya diawali ketika ia tengah berlibur di Ibiza, Spanyol. Kala itu, ia bertemu dengan seorang teman yang tak lain adalah putra dari Ronald Koeman.

Pelle sudah mengenal Koeman karena pernah bekerja sama dengannya meski cuma dari Mei hingga Desember 2009. Saat itu, Koeman adalah manajer Feyenoord. “Aku bilang: sampaikan salamku untuk Koeman dan minta dia untuk memboyongku ke Feyenoord,” kata Pelle, “Aku sebenarnya cuma basa-basi tapi akhirnya malah berakhir seperti ini. Liburan yang amat bagus!”

Pada Juni 2011, setelah AZ Alkmaar melepasnya, Pelle pun kembali ke Italia bermain untuk Parma. Lalu, pada awal musim 2012/2013, Pelle dipinjamkan ke Feyenoord. Baru setengah musim, ia sudah mendapat kepercayaan dari Koeman dan dipermanenkan pada Januari 2013.

Meski tidak bersinar di AZ Alkmaar, tapi Koeman rupanya melihat sisi lain dari Pelle di mana ia adalah seorang penyerang yang begitu ganas untuk mencetak gol. Koeman pun memanfaatkan kegagalan Pelle di tanah kelahirannya untuk mempermanenkannya di Feyenoord.

Baca juga: Hikayat Pomade di Sepakbola

Faktor Koeman

Tentu orang yang membuat Pelle dikenal seperti sekarang ini adalah Koeman. Pelle menggambarkan hubungannya yang begitu dekat dengan manajer kelahiran Belanda tersebut. Menurutnya, Koeman memberikannya rasa percaya diri, “Ia membiarkan saya bermain ketika saya tak pantas bermain karena dia tahu saya membutuhkan menit bermain karena ada momen di mana saya tak bermain secara rutin.”

“Koeman adalah pelatih hebat, juga pemain besar, dan dia tak membutuhkan pujian dariku karena dia dipuji banyak orang,” ucap Pelle.

Soal hubungannya dengan Koeman, Pelle pun berkelakar sembari tertawa, “Dia memberi saya kesempatan untuk menjadi penyerang utama. Saya selalu berkata bahwa dia di sini, di Southampton, itu karena saya mencetak 60 gol di Feyenoord.”

Menurut Pelle, sepakbola Inggris lebih santai dibanding sepakbola Italia. Simak ceritanya di halaman berikutnya.

Komentar