Sinisa Mihajlovic, Pelatih AC Milan, kecewa lantaran skuat besutannya bermain imbang tanpa gol melawan Carpi pada pekan lalu, Minggu (6/12). Dirinya menganggap jika lini tengah dan depannya tidak melakukan kontribusi maksimal.
Tapi pertandingan tersebut tidak membuat Mihajlovic kecewa kepada kipernya, Gianluigi Donnarumma. Sebanyak tiga kali penyelamatan gemilang dilakukan olehnya. Laga itu pun menjadi ketiga kalinya Donnarumma menorehkan cleansheet.
Menghadapi Carpi merupakan laga ketujuh sejak debutnya yang dilakukan pada 25 Oktober lalu. Sampai saat ini I Rossoneri, julukan Milan, cuma kalah tiga kali sejak diperkuat Donnarumma. Pada setiap pertandingannya pun belum pernah kebobolan lebih dari satu gol. Sementara itu, Diego Lopez pernah kebobolan empat gol ketika dikalahkan Napoli. Lopez pun belum pernah menorehkan cleansheet dari delapan pertandingan Serie-A musim ini.
Refleks Donnarumma memang mengesankan. Dengan gemilang berhasil menahan tendangan bebas Hernanes, gelandang serang Juventus, pada pertandingan pekan ke-13. Kendati berbadan tinggi dan besar, ia cukup lincah. Donnaruma bisa cepat bergerak menjatuhkan diri untuk menepis arah tendangan cukup rendah. Di sisi lain, tentu saja ia juga mahir mengatasi bola-bola udara.
Di Indonesia juga rupanya ada seorang Gianluigi Donnarumma dalam diri Dicky Indrayana!
Donnarumma berhasil menjinakan umpan silang di kotak penalti sebanyak 97 persen. Walau upaya meninju bolanya itu hanya berhasil 57 persen, tapi secara keseluruhan cukup mengesankan untuk seorang kiper muda.
Hebatnya, Donnarumma tidak canggung meski Milan diperkuat bek-bek senior seperti Alex, Ignazio Abate, Luca Antonelli dan lainnya. Ketika bek membiarkan penyerang masuk ke area kotak penalti, Donnarumma tidak segan berteriak memberi peringatan. Perilaku ini sering diremehkan, padahal merupakan bagian penting dari seorang kiper. Apalagi dilakukan seorang penjaga gawang berusia 16 tahun kepada para seniornya. Sehingga sudah bisa dilihat tanda-tanda kepemimpinan darinya.
Berpengalaman di Kompetisi Junior
Donnarumma sudah bermain sepak bola sejak usia empat tahun. Dirinya bersama dua kakaknya dibina oleh sang paman, Ernesto. Bahkan ia pun sudah aktif berlaga dalam liga lokal dekat rumahnya di sekitaran Teluk Naples sejak usia 11 tahun.
Tapi setiap pertandingan selalu memaksa ibunya, Marinella, membawa akta kelahiran Donnarumma di dalam tasnya. Pasalnya, anaknya itu sering dituduh lawannya sebagai pemain pencurian umur. Hal tersebut tidak lepas dari kondisi fisik Donnarumma yang satu kaki lebih tinggi dibanding pesepakbola seusianya saat itu.
Donnarumma pernah merasakan akademi berbeda-beda seperti Juventus, AS Roma, Udinese, Fiorentina dan Internazionale Milan. Konon, menurut The Guardian, masa kecilnya justru lebih sukses ketika berada di akademi Inter. Namun, ia justru tanpa ragu memilih Rossoneri yang notabene rival sekotanya sebagai karir sepakbola lebih serius, tanpa ada rasa traumatis dari kakaknya yang pernah disingkirkan ke Genoa.
Memperkuat AC Milan adalah impian Donnarumma. Sekarang mimpi pria setinggi 1,96 meter itu telah menjadi kenyataan. Dirinya lebih beruntung ketimbang kakaknya yang masuk akademi Rossoneri terlebih dahulu. Berkat akademi Milan juga ia menembus skuat utama Italia U-17. Bahkan sejak dipromosikan Mihajlovic, ia pun dipanggil Italia U-21 pada jeda internasional November lalu.
Padahal Milan terbiasa menjual bakat muda terbaik mereka sampai musim lalu. Tapi saat ini Donnarumma sedikit mengubah paradigma tersebut. Terlebih peran Mihajlovic yang telah membawa semangat kesegaran dari para pemain primavera dan memberikan kesempatan kepadanya, "Saya tidak melihat usia, tapi saya melihat apakah pemain itu bagus atau tidak. Anak itu (Donnarumma) berlatih dengan baik dan sekarang dia telah membuat saya lebih percaya diri," ujar Mihajlovic, seperti dikutip dari The Guardian.
Harus Tetap Dipertahankan Milan
Lambat laun klub-klub besar akan segera membayangi Donnarumma. Mereka akan menawarkan berbagai jenis uang seperti yang pernah dialami David De Gea atau Manuel Neuer. Bahkan sejauh ini muncul berbagai isu pemantauan dari Chelsea, Manchester United dan Real Madrid.
Agennya, Mino Raiola, sempat mengatakan jika Donnarumma pantas dibanderol 119 juta poundsterling. Tawaran gila untuk seorang pesepakbola remaja. Tapi memang jarang ada kiper yang mencapai kematangan sebelum usia 20 layaknya Donnarumma.
Raiola menganggap jika kliennya itu merupakan Gianluigi Buffon baru. Donnarumma pun sudah harus menghadapi fanatisme para suporter Milan, di mana mereka selalu menekan kesebelasannya agar selalu mendapatkan gelar juara. Bayangkan, seberapa besar tekanan yang didapatkan kiper 16 tahun dari ribuan ultras yang kritis. Jika melakukan kebodohan atau kebobolan, habislah sudah. Tapi sejauh ini Donnarumma telah berhasil melewatinya.
Kendati demikian, kita tidak bisa memprediksi bagaimana Donnarumma akan berkembang. Pasalnya ini masih awalan. Cedera bisa saja menjadi hambatannya nanti. Tapi ia menunjukan sebuah awalan dari seorang kiper yang fantastis.
Baca juga : Kiper itu Dilahrikan, Bukan Diciptakan
Maka pada intinya terlalu dini untuk menyebut Donnarumma sebagai ikon Milan. Lebih baik memperhatikan bagaimana ia bisa bertahan dalam tugasnya sampai akhir musim 2015/2016. Tapi sejauh ini kehadirannya telah membawa optimisme yang dibutuhkan skuatnya.
Potensi Donnarumma cukup besar. Ia bisa mengubah status dari kiper pelapis menjadi seperti Buffon sebagai kiper elit di dunia suatu saat nanti. Jika Rossoneri mendepak Donnaruma pergi, itu akan menunjukan bahwa pemilik klub tidak tahu kebodohan apa yang telah mereka lakukan. Maka, Milan harus tetap memiliki Donnarumma, tidak peduli apa pun yang akan terjadi.
Sumber lain : Bleacher Reports, ESPN FC, Football-Italia, Vivo Azurro
Komentar