Sekarang ini, di zaman ketika lapangan sepakbola sudah hampir punah keberadaannya, masyarakat yang masih memiliki minat tinggi untuk bermain sepakbola mulai beralih ke sepakbola indoor seperti futsal maupun indoor soccer. Bermain di atas lapangan karet, terlindungi dari sengatan matahari maupun siraman air hujan, nampaknya menjadi keunggulan bagi futsal maupun indoor soccer sehingga olah raga ini sekarang menjadi pilihan masyarakat.
Selain itu, sepakbola indoor seperti futsal maupun indoor soccer sudah memiliki liganya sendiri. Untuk futsal, sudah ada gelaran Piala Dunia Futsal yang diselenggarakan setiap empat tahun sekali, dan sudah dimulai sejak tahun 1989 di Belanda. Untuk Indoor Soccer, ada Homeless World Cup yang terkenal karena Indonesia kerap meraih prestasi bagus di turnamen itu. Turnamen ini menggunakan sistem Indoor Soccer, meskipun permainannya sering juga dilakukan di luar lapangan.
Ternyata, sebelum futsal maupun indoor soccer yang sekarang dikenal secara luas, Amerika Serikat sudah lebih dahulu mengenal olahraga indoor soccer ini. Bahkan, mereka memiliki liga indoor soccer sendiri, yaitu Major Indoor Soccer League, atau yang biasa disingkat MISL. Sampai sekarang, liga indoor soccer ini masih tetap berjalan, meskipun dalam beberapa tahun sempat berganti nama. Sekarang, di Amerika liga indoor soccer ini dikenal dengan sebutan Major Arena Soccer League (MASL).
Sejarah Singkat Major Indoor Soccer League
Major Indoor Soccer League ini pertama kali didirikan oleh Ed Tepper dan Earl Foreman, seorang pebisnis asal Amerika Serikat pada bulan Oktober 1977 setelah kekecawaan masyarakat terhadap NFL (National Football League) membuncah. Tujuan awal pembentukan dari Major Indoor Soccer League ini, seperti yang Tepper ungkapkan kepada FourFourTwo, adalah untuk memenuhi permintaan warga Amerika Serikat akan olahraga yang keras, tapi dalam bentuk sepakbola.
"Kami tahu bahwa olahraga sepakbola dalam ruangan ini bukanlah olahraga terkenal. Namun, di negara ini (Amerika Serikat), olahraga ini bisa menjadi terkenal karena memang di dalamnya ada unsur keindahan sepakbola yang bercampur dengan rasa Amerika (permainan yang keras). Peraturan yang mudah, dan juga banyak terjadinya kontak fisik, membuat orang-orang menikmati olahraga ini," ujar Tepper.
Di awal pelaksanaan MISL ini pada musim 1978/1979, hanya ada enam tim franchise yang berpartisipasi, yaitu Cincinnati Kids, New York Arrows, Philadeplhia Fever, Pittsburgh Spirit, Cleveland Force, dan Houston Summit. Namun, seiring dengan berjalannya kompetisi, tim franchise yang tertarik untuk ikut pun menjadi bertambah dan mencapai angka 24 tim franchise yang berasal dari 27 kota. Selain itu, 24 tim franchise ini pun kerap berganti nama dan kota, dengan total 31 nama selama MISL I ini berlangsung.
Peraturan dan Keunggulan MISL I
Untuk peraturan sendiri, sebenarnya tidak bangitu banyak perbedaan antara MISL dengan futsal zaman sekarang secara garis besar. Mungkin yang berbeda hanya durasi per babaknya. Dalam MISL I ini, waktu bertanding  di bagi menjadi 4x15 menit. Bola out hanya ketika bola melewati pembatas lapangan. Oleh karenanya, jangan heran jika dalam satu pertandingan MISL I dapat terjadi 10 sampai 20 gol. Para pemain yang mencetak gol dan assist mendapatkan poin. Ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang Amerika yang gemar akan statistik.
Selain peraturan yang mudah diingat, keunggulan lain dari MISL I ini adalah penyebutan line-up yang terdengar sangat dramatis dan juga adanya musik yang dimainkan selama pertandingan berlangsung. "Kami haruslah berbeda. Kami bukanlah NFL, oleh karenanya kami harus menciptakan ciri khas kami sendiri," ujar Tepper.
Tim Franchise dan Pemain yang Berprestasi di MISL I
Sepanjang penyelenggaran MISL I, mulai dari musim 1978/1979 sampai musim 1991/1992, tim San Diego Sockers adalah tim yang cukup berprestasi dengan meraih 8 kali gelar juara MISL I. Sementara itu, pemain yang paling berprestasi di MISL I adalah Steve Zungul. Bahkan dia bisa disebut sebagai dewa di ajang MISL I ini karena raihan fantastisnya selama 14 musim gelaran MISL I. Zungul sendiri adalah pemain berkebangsaan Yugoslavia-Amerika. Dia telah memenangi MISL I Most Valuable Player sebanyak enam kali, enam kali menjadi pencetak gol terbanyak MISL I, dan raja assist MISL I sebanyak empat kali. Ia juga memenangi Championship Series Most Valuable Player sebanyak empat kali. Zungul juga adalah pemain MISL I terbaik sepanjang masa dengan catatan 652 gol, 471 assist, dan 1,123 poin.
MISL I juga mencatatkan sebuah kesuksesan dalam rataan penonton yang datang. Rata-rata 7.644 orang datang untuk menonton MISL I. Rataan penonton yang banyak jika dibandingkan dengan olahraga lain di Amerika Serikat saat itu.
Awal Kejatuhan MISL I
Ketika ada awal, pastilah ada akhir. Itu juga yang terjadi pada MISL I ini. Pada 1984, awalnya ESPN akan mendanai MISL I yang memang sedang mengalami krisis keuangan. Namun, karena tidak menemui kata sepakat, ESPN akhirnya mendanai USFL, dan MISL I pun mengalami kebangkrutan sehingga tidak lagi diadakan. Tepat di musim 1991/1992, akhirnya MLS dibentuk sebagai liga profesional sepakbola di Amerika.
MISL I sendiri sempat mengalami mati suri sebelum akhirnya bangkit kembali di tahun 2001 dengan nama MISL II, dan sampai sekarang, namanya berganti lagi menjadi MASL (Major Arena Soccer League). Terdapat sedikit modifikasi peraturan agar MISL II lebih menarik dan menantang bagi para penonton dan pemain.
***
Begitulah cerita singkat tentang MISL I sebagai liga sepakbola indoor pertama di Amerika. Dan ternyata, liga inilah yang memberikan pengaruh kepada persepakbolaan Amerika, sehingga terbentuklah MLS, dan juga MASL. Setidaknya, bisa dibilang juga, MISL I inilah yang mengobarkan semangat sepakbola untuk pertama kalinya di Amerika.
(sf)
(pik)
foto: fourfourtwo.com
Komentar