Hidup Kembali Seperti Gandalf, Sebab Menyaksikan Totti Tidak Berakhir Sampai di Sini!

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Hidup Kembali Seperti Gandalf, Sebab Menyaksikan Totti Tidak Berakhir Sampai di Sini!

Jika Anda pernah menyaksikan film The Lord of the Rings, karakter Gandalf tentu bukanlah sosok yang asing. Bagi yang belum menyaksikan film tersebut, Gandalf adalah seorang kakek tua berambut dan berjanggut panjang berwarna putih. Tapi ia bukan sembarang kakek tua. Gandalf adalah seorang penyihir yang ajaib dan memiliki peran penting dalam peperangan The Lord of the Rings. Ia pun memiliki julukan yaitu Gandalf si Penyihir Abu-Abu. Selain itu, ia juga merupakan pemimpin dari Sembilan Pembawa Cincin dan tentara dari barat.

Selain bernuansa magis, Gandalf juga merupakan panutan yang baik pada film tersebut. Ia membimbing bangsa Hobbits yang diwakili Frodo Baggins dkk., untuk membawa cincin warisan Bilbo Baggins keluar dari kawasan Shire. Kemudian cincin itu dibawa menuju Orodruin untuk dihancurkan. Tapi di tengah perjalanan, Gandalf sempat dinyatakan tewas karena jatuh ke dalam kegelapan di Moria. Tapi ia hidup kembali dan muncul di Hutan Fangorn. Gandalf hadir dengan aura dan gaya baru, lebih bercahaya dan lebih magis. Sehingga ia mengubah julukannya menjadi Gandalf si Penyihir Putih.

Tokoh Gandalf berada di dalam karakter Francesco Totti, pemain AS Roma. Ia adalah pemain paling senior di skuat Roma saat ini. Tidak hanya paling senior, tapi melegenda. Jika Gandalf membimbing Frodo dkk., sebagai pengantar cincin generasi baru, maka Totti membimbing pemain Roma lainnya menuju generasi baru.

Kendati demikian, status itu tidak membuat pelatihnya, Luciano Spalletti, pandang bulu. Dengan alasan kebutuhan skuatnya, Spalletti sering mencadangkannya walau Totti dalam keadaan bugar. Perlakuan Spalletti itu membuat Totti mengeluh kepada media, kemudian memancing amarah Spalletti. Kemudian berawal dari pencoretan Totti dari skuat, perang dingin antara Spalletti dengan kapten Roma itu terus berlanjut.

Perang dingin itu jadi menjalar ke masa depan pemain 39 tahun itu. Ada isu bahwa ia bisa meninggalkan Roma dan pensiun di kesebelasan lain. Desas-desus itu menyimpulkan bahwa karier Totti sudah mati, layaknya Gandalf yang terperosok ke jurang tak bertepi.

Seiring dengan waktu, Totti mulai dimainkan lagi walau hanya sebagai pemain pengganti. Sampai pada waktunya, sihir Totti kembali menyala. Dan itu ditunjukkannya ketika mencetak gol ke gawang Atalanta pada Giornata ke-33. Tidak cuma mencetak gol, Totti menyelamatkan Roma dari kekalahan yang kedua kalinya dari Atalanta di musim ini. Sebelumya, Roma sedang tertinggal 2-3 dan gol Totti membuat laga berakhir dengan skor 3-3.

Tapi ketika Totti mencetak gol, apa yang terjadi dengan Spalletti? Ia tidak merayakan gol tersebut. Spalletti justru berteriak agar para anak asuhnya kembali ke posisinya agar laga cepat berlangsung. Padahal gol itu menjadi pembuktian buat Totti buat semua pihak termasuk staf dan manajemen Roma. Sedikit cahaya yang diperlihatkan darinya. Pertahanan Roma pun begitu mengerikan pada laga itu. Begitu juga kesalahan-kesalahan individual yang mengganggu permainan mereka. Tapi ada Totti yang selalu siap di sana.

Kemudian Totti kembali membungkam kritik di Stadion Olimpico pada Kamis (21/4) dini hari tadi. Lagi-lagi Roma sedang berada dalam situasi tertinggal. Saat itu mereka tertinggal dari Torino dengan skor 1-2. Kemudian Totti dimasukan pada menit ke-86 menggantikan Seydou Keita. Baru saja dimasukkan, sentuhan pertamanya langsung berbuah gol. Saat itu Totti merentangkan kakinya untuk menyambut umpan dan bola berhasil menjadi gol setelah melewati Daniele Padelli, kiper Torino.

Tiga menit kemudian, Roma mendapatkan penalti. Soal eksekutor, bisa diserahkan kepada siapa saja yang berani untuk mengeksekusinya. Miralem Pjanic pun bersiap-siap. Tapi Totti yang mengambil tendangan dari titik "16 pas" itu. Dan ia melakukan apa yang selalu dilakukannya. Gol penaltinya itu memenangkan Roma dengan skor 3-2. (ralat)

Kemudian apa yang terjadi setelah itu, adalah kekacauan yang murni. Para pemain dan suporter Roma berubah menjadi liar. Totti pun dikerumuni rekan-rekannya. Bahkan beberapa suporter pria dewasa tampak meneteskan air mata. Tidak sedikit juga yang terdiam tanpa kata. Totti bermain seperti dewa. Ia tahu bagaimana bangkit dari kematian dan menjadi sosok yang lebih baik lagi. Dalam hitungan detik, ia menutup tiga poin untuk Roma. Di momentum itu jugalah Totti terlahir dan hidup kembali. Layaknya Gandalf yang muncul kembali di Hutan Fangorn dengan lebih bercahaya setelah kematiannya.

Ini mungkin benar-benar salah satu moment terbaik Totti selam berseragam Roma. Kendati tidak terlalu banyak meraih gelar, namun selama 23 tahun terakhir ini Roma bisa mengatakan: Kami memiliki Totti dan kamu tidak punya. Hari ini, lebih dari sebelumnya dan Totti-lah yang paling penting. Jika ini ditulis dalam naskah Hollywood, mungkin akan disambut dengan paduan suara yang lembut. Totti mengingatkan kepada segala sesuatu yang dipertaruhkan, bahkan terlalu sempurna.

Semakin banyak hal yang berubah di Roma, tapi rasanya tetap sama. Musim ini penghapusan Totti sudah dimulai. Melalui pelatih baru, pemain baru dan starting eleven yang baru. Tapi perlu dicatat bahwa akar dari Roma tidak akan pernah bisa dihapus. Dan itulah alasan mengapa sebagian besar Romanisti jatuh cinta kepada klub ini sejak pandangan pertama.

Di mana ada Totti, di situlah ada harapan. Atau perlu katakan yang lebih lagi? Jika dapat disimpulkan, ia diremehkan. Tapi yang jelas, Totti selalu ada. Pemain bernomor punggung "10" itu adalah pedang di dalam kegelapan Roma, atau perisai yang melindungi alam manusia. Banyak yang mengatakan saat ini dia terlalu tua atau bermain lambat. Padahal, Totti memiliki peran yang jelas berbeda di klub ini, salah satu yang mungkin harus ia lanjutkan di musim depan.

Ya begitulah sepakbola Italia. Tidak terduga, tidak konsisten, tapi bisa memuaskan dengan cara yang tidak biasa. Begitu memuaskan dengan drama yang berlebihan karena ya, kita membutuhkannya, kita menginginkannya. Menyaksikan Totti pun masih belum akan berakhir sampai di sini!

ed: fva

Komentar