Benci untuk Mencinta Radja Nainggolan kepada Juventus

Cerita

by Randy Aprialdi 26601

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Benci untuk Mencinta Radja Nainggolan kepada Juventus

"Ooooh, betapa ku saat ini.... Ku benci untuk mencinta.... membencimu.... Ooooh betapa ku saat ini.... ku cinta untuk membenci.... mencintaimu....."

Soal benci dan cinta, kata-kata di atas diambil dari lagi yang didendangkan Naif yang berjudul "Benci untuk Mencinta". Kebetulan Nainggolan pernah ke Indonesia dua kali. Pertama ia singgah ke Indonesia ketika masih berstatus sebagai pemain Cagilari pada Juni 2013 lalu. Kemudian Nainggolan kembali lagi ke Indonesia sebagai pemain AS Roma dan bermain pada laga internal di agenda pra-musim 2015/2016 kesebelasannya itu.

Dari dua kali kedatangannya ke Indonesia, sayup-sayup benci untuk mencinta itu dibawanya ke Serie-A 2015/2016. Sejujurnya Nainggolan memiliki perasaan benci kepada ayahnya yang berdarah Indonesia. Kebencian itu lahir karena Nainggolan sering melihat ayahnya memperlakukan ibunya dengan tidak pantas. Nainggolan benci kepada ayahnya, namun ia tidak menghilangkan rasa hormat karena ayah tetaplah ayah. Maka dari itulah ia tidak ragu mengakui memiliki darah Indonesia dari ayahnya.

Nainggolan baru berkomunikasi kembali dengan ayahnya setelah terkenal sebagai pesepakbola. Ia memang melejit sebagai pemain sepakbola. Penampilan cemerlang bersama Cagliari dari 2010 sampai 2010, membuatnya berhasil menarik perhatian berbagai kesebelasan besar di Eropa. Di Italia, Nainggolan diincar AC Milan, AS Roma, Internazionale Milan dan Juventus.

Nainggolan akhirnya bergabung dengan AS Roma, dan selalu terbuka kemungkinan ia juga akan hijrah ke kesebelasan elit lainnya di Italia, entah itu Inter, Milan atau Juve... eh, tidak untuk Juventus.

Entah kenapa Nainggolan sangat tidak menyukai Juventus. Salah satu pelampiasannya adalah ia pindah ke Roma pada Januari 2014, yang notabene sedang bersaing dengan Juventus memburu Scudetto Serie-A 2013/2014. Nainggolan pun pernah mengatakan jika seumur hidupnya tidak pernah sudi memperkuat Juventus.

"Saya tidak tahu kenapa ini terjadi, tapi itu sudah terlanjur.Juventus adalah klub yang sangat ingin saya kalahkan dan dalam hal apapun, anda tidak akan pernah melihat saya mengenakan seragam Juventus," ungkapnya seperti dikutip Football-Italia.

Tapi sebetulnya Nainggolan sedang berada di situasi dilematis. Apalagi dalam beberapa waktu hari terakhir ini. Mungkin ia tidak mengira situasi akhir Serie-A akan seperti saat ini karena Juventus sempat terseok-seok di awal musim. Namun apa yang terjadi? Juventus semakin melesat tidak terkalahkan hingga kembali memuncaki klasemen.

Dilema Nainggolan muncul kembali kala ia harus bermain untuk Roma melawanNapoli yang berada di peringkat dua klasemen sementara. Bagi Napoli, parta menghadapi Roma adalah hidup dan mati untuk meraih Scudetto musim ini. Jika Napoli kalah, maka tamatlah harapan untuk mengembalikan Scudetto yang terakhir kali diraih pada 1990 silam. Seandainya menang, Napoli mendapatkan nafas yang lebih panjang. Dan Roma adalah tabung oksigen Napoli saat itu.

Jika Roma adalah tabung oksigen, maka Nainggolan adalah dokternya. Nainggolan menginginkan kesebelasannya mengakhiri musim di peringkat dua agar lolos otomatis ke Liga Champions musim depan. Tapi di sisi lain, Nainggolan tidak rela Juventus pesta lebih cepat karena Roma menang. Tapi nasib berkata lain. Nainggolan adalah dokternya dalam situasi ini. Ia mencabut tabung oksigen Napoli melalui tendangannya yang menjebol gawang Napoli pada menit ke-89.

Walau tidak terisi penuh, namun seluruh pendukung Roma bergemuruh di Stadion Olimpico saat itu. Berkat gol semata wayang Nainggolan, Roma berhasil mengakhiri laga dengan kemenangan atas skor 1-0. Roma pun memangkas jarak klasemen dengan Napoli: hanya terpaut dua poin saja. Napoli berada di peringkat dua dengan 73 poin dan Roma di bawahnya dengan 71 poin. Roma memasangkan tabung oksigen ke dalam mulutnya sendiri, kemudian menarik nafas panjang-panjang menuju Liga Champions musim depan.

Tapi di sisi lain Nainggolan harus rela dan melapangkan dadanya. Atas gol semata wayangnya itu, Juventus berpesta di sebuah ruangan yang sempit namun penuh dengan sukacita.





Nainggolan yang membenci Juventus, justru memberikan hadiah istimewa untuk kebenciannya sendiri. Tapi di sisi lain, Nainggolan lebih cinta kepada Roma. Ia mencintai kesebelasannya, namun harus rela membuat kebenciannya lebih bahagia.

Seperti cinta, seperti tembang dari Naif. Nainggolan mencintai, tapi cintanya itu untuk membenci. Atau justru ia memberikan benih-benih cintanya kepada Juventus dari rasa bencinya. Entahlah, yang tahu hanya isi hati Nainggolan saat ini. Tapi yang jelas untuk menyalip Napoli, masih tersisa tiga pertandingan lagi. Dan yang ku tahu pasti, ku benci untuk mencintaimu.

Komentar