Teriakan Lantang Seorang Penjaga Gawang
Seperti yang diketahui, kiper sering berteriak kepada rekan-rekannya selama pertandingan. Dan Hendro pun merupakan kiper yang sering melakukan hal itu ketika berlaga. Selain untuk komunikasi dengan rekan, Hendro memiliki alasan lain mengapa kiper harus berteriak kepada rekan-rekannya.
"Bukan berteriak yah, itu komunikasi. Karena kalo dibilang Kenapa lebih kenceng mungkin karena areanya. Kalo kita ngomongnya pelan dengan kapasitas penonton antara 10 ribu sampai 15 ribu itu nggak akan kedengaran," beber Hendro.
Ketika disinggung tentang bek yang paling sulit diatur, Hendro mengatakan bek Indonesia maupun asing sama saja. Baginya yang terpenting adalah bagaimana rasa hormat antara sesama pemain. Ia mengatakan jika tanpa adanya rasa hormat sesama pemain, maka tidak bagus untuk setiap kesebelasan. Dan soal kesalahan disiplin posisi, Hendro mengatakan jika hal itu wajar dalam permainan sepakbola.
"Ya kita pengennya perfect. Tapi dalam 90 menit kondisi pemain kadang-kadang capek. Itu yang kadang-kadang pemain lost control posisi. Nah di situ fungsinya penjaga gawang untuk ngingetin. Ya kita meskipun mungkin istilahnya capek, tapi kalo orang capek telinga buntu, tapi ya kita harus bisa ngomong," katanya.
Hitam dan Putih Tim Nasional Indonesia Bagi Hendro Kartiko
Pria yang kini menjadi pelatih kiper di Sriwijaya FC ini selalu menjadi pilihan timnas Indonesia sejak 1996 sampai 2012. Berbagai negara banyak ia temui, namun dalam lingkup Benua Asia, ia merasa paling sulit menghadapi Korea Selatan dan Jepang serta negara-negara Arab. Hendro dibuat kerja keras ketika bertemu dengan Korea Selatan pada Piala Asia 2000. Saat itu ia kebobolan tiga gol pada laga terakhir grup B dan Indonesia gagal lolos ke babak selanjutnya. Sementara negara-negara Arab sering bertemu saat pertandingan-pertandingan kualifikasi Piala Dunia.
"Bukan kita khawatir, tapi mereka punya level permainan yang lebih tinggi daripada kita," kata Hendro.
Jika membahas Piala Asia 2000, saat itulah julukan "Barthez dari Indonesia" untuknya itu muncul. Pada saat itu Hendro memang berkepala plontos, sama seperti Barthez yang sedang naik daun karena membawa Prancis juara Piala Dunia 1998 dan EURO 2000. Tapi plontosnya itu dikatakan Hendro karena negara Arab yang sedang panas waktu itu. Dan julukan tersebut didapatkannya karena penampilan gemilangnya ketika menahan imbang 0-0 Kuwait. Pertandingan itu dijadikan momen yang paling membahagiakan Hendro karena mendapatkan man of the match atas penampilan gemilangnya.
"Di tahun 2000 sama 2004 itu aku dapat man of the match di pertandingan yang sama (Piala Asia). Yaitu melawan Kuwait kita draw 0-0, trus lawan Qatar menang 2-1," ungkapnya. "Tapi yang pasti lawan Kuwait yang 0-0 itu kebetulan aku banyak bikin saves. Jadi mungkin sama orang-orang di sana dan AFC itu, dikasih julukan kayak gitu (Barthez dari Indonesia). Aku juga baru tau sehabis event itu," sambung Hendro sambil tertawa.
Di sisi lain, ia memiliki duka mendalam ketika membela Timnas. Ketika membahas masalah itu, Hendro sedikit mengerinyitkan dahi. Kemudian ia menjawabnya setelah wajahnya menoleh ke arah kami dan berbicara, "Kalo momen yang sedih itu Piala Tiger 1998 di Vietnam. Itu aja," singkat Hendro. Kemudian kami balik bertanya, "Tragedi gol bunuh diri Mursyid Effendi?". Lalu ia jawab lebih singkat "Iya itu".
Kemudian ia pamit karena sudah dijemput oleh temannya yang tiba di lobi. Kami bertemu kembali di lapangan ketika pertandingan Calcio Legend melawan Primavera Baretti berlangsung. Hendro baru dimainkan babak kedua menggantikan Adi Iswantoro. Dalam pertandingan antara mantan pemain, Hendro masih memiliki kapasitas. Kendati sejak penampilannya kebobolan tiga gol, tapi ia beberapa kali berhasil menahan tendangan maupun sundulan pemain Calcio Legend yang masih memiliki skill.
Hendro, Hendro, posisimu di bawah gawang memang masih belum tergantikan.
Komentar