Peta Konflik Suporter dan Ancaman Kerusuhan di Euro 2016

Cerita

by Randy Aprialdi 61808

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Peta Konflik Suporter dan Ancaman Kerusuhan di Euro 2016

Aksi kekerasan suporter bisa terjadi kapan pun, termasuk pada Piala Eropa 2016. Total akan ada 24 kubu suporter yang akan mendukung negaranya di sana. Jika dilihat dari layar kaca, yang terekam adalah para suporter bertipikal karnaval, yakni para pendukung yang mencolok dengan berbagai atribut timnas dukungannya. Mereka terlihat ramah dan bersahabat jika disorot kamera. Namun bukan mereka yang ditakutkan.

Pengamanan Piala Eropa kali ini dipusatkan kepada ancaman terorisme. Aksi teror yang terjadi pada 11 November 2015 lalu di Paris masih menyisakan trauma. Wajar karena saat itu Paris sungguh mencekam. Beberapa titik di sana gempar dengan ledakan bom dan rentetan peluru. Dan kejadian mengerikan itu tidak ingin kembali terulang selama disenggelarakannya Piala Eropa 2016.

Sehingga 90 ribu tenaga keamanan diturunkan melindungi 10 kota yang akan menjadi tuan rumah. Tapi rasanya itu masih belum cukup untuk menanggulangi ancaman yang lebih nyata di perhelatan sepakbola: hooliganisme.

Ketahuilah para perusuh tidak pernah kehabisan akal menunjukan eksistensinya. Lihat bagaimana para suporter bisa menyelundupkan red flare (suar) ke dalam stadon Stade de France pada laga final Piala Prancis. Padahal mereka harus menghadapi dinding keamanan setinggi dua meter dan tiga kali gerbang pemeriksaan. Bahkan ketika sudah berada di tribun, beberapa suporter mencoba menerobos masuk ke dalam lapangan.

Apa yang terjadi di Stade de France itu baru dalam skala kecil. Coba lihat bagaimana kesemrawutan hooliganisme yang terjadi di Liga Eropa. Apalagi aksi hooliganisme lebih hobi dilakukan kepada rival dari negara yang berbeda. Beberapa catatan keributan antara suporter di Liga Eropa musim ini, seperti perkelahian antara Ultras Napoli (Italia) dengan Ultras Legia Warsaw (Polandia).

Kemudian perang jalanan antara ultras Athletic Bilbao (Spanyol) dengan ultras Olympique Marseille (Prancis). Lalu pertempuran yang melibatkan suporter Lech Poznan (Polandia) dengan Anderlecht (Belgia). Terakhir, bagaimana para suporter Sevilla (Spanyol) membabi-buta menyerang suporter Liverpool (Inggris).

Setidaknya ada 10 pertandingan Euro 2016 yang dikhawatirkan akan memicu kekerasan, dan sedikitnya ada lima pertandingan yang mengundang pertempuran dan perkelahian. Kekhawatiran itu tidak lepas dari tempat penyelenggarannya itu sendiri karena berbagai faktor "sang punya rumah".

Ancaman Sayap Kanan dari Ibu Kota

Faktor tuan rumah memang sering menjadi ganjalan bagi beberapa kesebelasan atau suporter yang ingin bertamu. Sama seperti di Indonesia. Bagaimana ketika sebagian besar suporter Persija menolak pertandingan final Piala Presiden 2015 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Mereka menolak karena yang akan bertanding adalah suporter dan kesebelasan rival beratnya, Persib Bandung.

Pada ajang Piala Eropa kali ini, ada fenomena yang mirip. Fenomena itu muncul dari daerah yang sama-sama berasal dari ibu kota negara yakni Paris. Para Ultras Paris Saint-Germain (PSG) yang dikenal Kop of Boulogne (KoB) menolak kedatangan Ultras dari Turki di Stadion Parc des Princes, Paris. Padahal Turki berbeda grup dengan Prancis. Dan Turki akan bertanding dengan Kroasia di stadion tersebut pada Minggu (12/6).

Tapi KoB tidak melarang Turki bertanding di sana, melainkan mereka tidak ingin para Ultras Turki menginjakan kaki di markas mereka. Bahkan beberapa anggota KoB sudah mengkampanyekan penolakannya itu di berbagai forum ultras. Salah satunya mereka mengunduh foto spanduk bertulis "Euro 2016: Tidak menerima fans Turki. KoB". Kemudian ada juga beberapa ultras Turki membalasnya dengan mengunduh foto dan bertulis "Tenang, kami akan berada di sana (Paris)".



Kota Paris menjadi salah satu kekhawatiran dan KoB adalah sumber keresahan itu sendiri. Sebab KoB merupakan ultras sayap kanan yang sering bertindak rasis kepada para imigran dan warga negara lain di Paris. Bahkan pemain PSG yang berkulit hitam pun sering mereka hina. Apalagi beberapa timnas yang akan bertanding di Paris rata-rata merupakan kesebelasan yang banyak didukung suporter sayap kanan, seperti Kroasia dan Jerman. Maka dari itu Kota Paris menjadi salah satu yang dikhawatirkan akan menjadi kancah bentrokan antara suporter. Apalagi imigran di Kota Paris sama banyaknya dengan di Marseille.

KoB juga memiliki hubungan yang bermasalah dengan suporter Kroasia. Itu karena permusuhan mereka dengan Ultras Dinamo Zagreb bernama Bad Blue Boys (BBB). Perselisihan besar mereka terjadi pada Liga Champion 2012 karena ada orang Serbia yang menjadi anggota KoB. Dan sudah diketahui bahwa tensi Kroasia dengan Serbia begitu tinggi karena sejarah perang saudara di Yugoslavia.

Lalu bagaimana dengan Turki dan Kroasia sendiri? Ini sama-sama bertensi tinggi. Ketika keduanya berhadapan di perempat final Euro 2008, ada dugaaan orang-orang Bosnia mendukung Turki dan para suporter Kroasia tidak menerima hal itu. Sebab tensi permusuhan antara Kroasia dengan Bosnia pun sama tingginya, lagi-lagi karena dampak perang saudara di Yugoslavia.

Selain soal Paris, Turki dan Kroasia, pertandingan antara Polandia dengan Jerman di Prancis pun tidak luput dari perhatian. Apalagi sering terjadi perkelahian imigran Polandia di kawasan Jerman timur. Bahkan tersiar kabar jika hooligan Polandia dan Jerman sudah melakukan perjanjian untuk bertemu. Tapi perjanjian itu bukanlah untuk minum bir bersama, melainkan akan diadakan perkelahian terbuka di daerah yang sepi.

Halaman selanjutnya tentang Pelabuhan Marseille dan Polisi di Prancis

Komentar