Mou kemudian mendapatkan apa yang ia inginkan. Inter dan Barca bertemu di babak semifinal. Dan Mou membuktikan bahwa ia tak sesumbar. Mou yang pada babak grup menggunakan formasi dasar 4-3-1-2 bermain dengan formasi dasar 4-2-3-1 di babak semifinal, di mana Inter berhasil menang 3-1 pada leg pertama. Pada leg kedua, masih dengan skema yang tak jauh berbeda, Inter kalah 0-1 namun hal itu sudah cukup membuat Inter melenggang ke final karena menang agregat gol.
"Ini adalah kekalahan terindah yang pernah saya alami," ujar Mou usai pertandingan. "Saya pernah menjuarai Liga Champions [bersama Porto] tapi hari ini rasanya lebih baik. Kami mengorbankan hal yang sangat besar."
Inter sendiri kemudian berhasil menjadi juara Liga Champions pada musim tersebut. Bahkan, Mou berhasil menyamai torehan Barcelona yang meraih treble winners semusim sebelumnya. Dengan segala sindiran pedas Mou terhadap Barca dan Pep, rivalitas keduanya semakin kental.
Mou kemudian kembali ke Spanyol. Bukan untuk menggantikan Pep di Barcelona, melainkan menukangi rival Barcelona, Real Madrid. Karenanya yang terjadi selanjutnya adalah perang bertajuk El Clasico. Rivalitas abadi kedua kesebelasan tersukses Spanyol tersebut diperpanas dengan hubungan Mou dan Pep yang saling bertentangan.
Total 11 pertandingan El Clasico dijalani keduanya dalam dua musim. Mou lebih sering bertekuk lutut di hadapan Pep. Bersama Real Madrid, Mou hanya berhasil mengalahkan Pep dua kali, sementara Pep menorehkan enam kemenangan. Hanya saja, perang kata-kata di antara keduanya menjadi yang paling nyaring terdengar.
"Di luar lapangan, dia [Mou] menang. Ia menang di luar lapangan sepanjang musim. Biarkan ia mendapatkan trofi Liga Champions sehingga ia bisa menikmatinya sendiri dan membawanya pulang. Di ruang konferensi pers, dia adalah pelatih brengsek dan seorang yang paling tahu segalanya dibanding yang lain," tutur Pep jelang suatu pertandingan menghadapi Real Madrid di Liga Champions.
"Jika dia [Pep] memenangi Liga Champions tahun ini, ini akan terjadi dengan skandal di Bernabeu," timpal Mou emosi karena timnya selalu mendapatkan kartu merah, berturut-turut dalam lima pertemuan terakhir dengan Barcelona. "Saya harap suatu hari Guardiola memiliki kesempatan untuk menjuarainya dengan brilian, menjuarai dengan bersih tanpa skandal."
Pada akhir musim 2011/2012, Pep meninggalkan Barcelona dengan alasan rehat sejenak dari sepakbola. Namun pada musim terakhirnya di Barca tersebut ia harus melihat Real Madrid menjuarai La Liga. Lebih jauh, pada musim terakhirnya di Barca, Real Madrid bersama Mourinho-nya berhasil mempermalukan Barca di Camp Nou untuk pertama kalinya sejak 2008 sekaligus menghentikan rekor tak terkalahkan Barca di 55 pertandingan.
Alasan rehat Pep itu pun menjadi bahan olok-olok Mourinho, "Itu pilihan hidupnya. Tapi bagi saya, tak terpikirkan untuk rehat. Ia lebih muda, tapi saya tidak lelah."
Setelah itu, keduanya kembali bertemu ketika Pep didapuk sebagai manajer baru Bayern Muenchen dan Mou sebagai manajer baru Chelsea di ajang Piala Super Eropa. Keduanya pun masih menunjukkan kebencian.
"Tim terbaik kalah. Mereka menang hanya karena unggul satu tendangan penalti," tutur Mourinho usai kalah lewat babak adu penalti, yang juga merupakan kekalahan ketujuhnya dari Pep ketika ia hanya menang tiga kali.
"Saya tidak tahu," Pep menjawab pertanyaan jurnalis terkait komentar Mou. "Mungkin kalian benar dan saya salah. Tapi saya tidak peduli. Ini tidak penting."
Keduanya baru bertemu kembali tiga tahun kemudian, di Manchester; Mou sebagai manajer Manchester United dan Pep sebagai manajer Manchester City. Berkat `kemampuan` media Inggris, intrik di antara keduanya jelas kembali menguap.
Terlebih baru terungkap beberapa cerita seperti Roman Abramovich yang sempat menginginkan Pep menukangi Chelsea sebelum akhirnya menunjuk kembali Mourinho kedua kalinya, Jorge Mendes (agen Mourinho) yang sempat bertemu dengan pihak Manchester City sebelum menunjuk Pep Guardiola, hingga Sir Alex Ferguson yang di musim terakhirnya bersama Manchester United mengetahui Mourinho kembali ke Chelsea sempat bertemu dengan Pep untuk makan malam sebagai upaya menggodanya sebagai suksesornya di MU (walau akhirnya gagal karena Pep lebih memilih Bayern).
Pep sebenarnya ibarat murid Mou. Tapi Pep tak seperti murid Mourinho lainnya, Andre Villas-Boas misalnya, yang tak mencuri impian besarnya. Mou memang sempat berselisih paham dengan kompatriot sesama pelatih asal Portugal-nya itu. Hanya saja ketika Villas-Boas meninggalkan Tottenham Hotspur dan menangani Zenit, Mou sempat kembali menghubungi Villas-Boas karena tidak menganggapnya sebagai ancaman bagi kariernya.
Oleh karena itu, mungkin Derby Manchester tidak seperti El Clasico; Real Madrid vs Barcelona, La Fabrica vs La Masia, Cartera vs Cantera (the wallet vs the youth, merujuk pada gaya belanja Madrid dan Barca saat itu). Tapi dengan adanya Mourinho dan Pep yang saling berseberangan, jelas laga ini akan menjadi lebih panas dari Derby Manchester biasanya. Belum lagi di kubu Mou, terdapat Zlatan Ibrahimovic yang juga menaruh rasa sakit hati pada Pep.
Komentar