Jika ada yang mengatakan bahwa kedatangan Pep adalah berkah bagi Inggris, meski Pep pun tak yakin bahwa ia akan mampu merevolusi sepakbola Inggris yang menurutnya cukup bebal, maka begitu pula dengan kedatangan seorang Jürgen Klopp. Setidaknya, itulah yang dirasakan oleh Liverpool.
Teriakannya penuh dengan semangat. Setiap kali berdiri di tactical area, kehadirannya begitu terasa dengan ekspresinya yang meluap-luap kala ada kejadian yang tidak sesuai dengan keinginannya terjadi di lapangan. Setiap kali gol tercipta, ia acap merayakannya dengan penuh kebahagiaan, sampai-sampai kacamatanya lepas.
Itulah sosok Klopp. Sosok yang membawa sebuah keceriaan ke dalam tubuh Liverpool yang dalam beberapa musim terakhir tampak kelabu. Bukan hanya karena ia yang begitu berapi-api, tapi juga karena ia membawa sebuah permainan bernama gegenpressing, yang perlahan sekarang mulai membawa burung Liver terbang tinggi.
Dalam acara Monday Night Football, Klopp diundang untuk mengomentari laga antara Burnley melawan Watford. Tapi, semakin acara berjalan (ia tampil bersama Jamie Carragher, legenda Liverpool), ia malah mengomentari tentang Liverpool dan sedikit saja mengomentari perihal laga Burnley melawan Watford yang dimenangkan oleh Burnley. Justru, itulah hal yang menarik untuk disimak.
Tentang Liverpool dan Borussia Dortmund: Sama-Sama Baiknya
Jürgen Klopp menghabiskan masa kepelatihannya dalam dua tim yang memiliki suporter yang cukup vokal dalam mendukung klub, Borussia Dortmund dan Liverpool. Perihal keduanya, Klopp mengungkapkan bahwa keduanya berbeda, dan keduanya memiliki atmosfernya sendiri-sendiri.
"Itu (suporter Liverpool dan Dortmund) adalah dua hal yang berbeda. Yellow Wall milik Dortmund adalah hal yang luar biasa karena ada 27.000 orang yang berdiri di sana. Di Liverpool, tambahan tribun baru berkapasitas 22.000 juga membuat keadaan di stadion menjadi lebih hidup. Namun, ada satu momen yang menurut saya adalah momen tak terlupakan di Liverpool, yaitu momen ketika kami mengalahkan Dortmund dalam ajang Liga Europa. Itu adalah 30 menit yang tak terlupakan," ujarnya.
Klopp adalah saksi hidup ketika Liverpool mampu membalikkan kedudukan menjadi 4-3 di Anfield ketika The Reds menghadapi Borussia Dortmund dalam babak delapan besar Liga Europa. Orang-orang pun merujuk kejadian ini sebagai Miracle of Anfield, serupa dengan Miracle of Istanbul yang terjadi pada 2005 silam.
"Namun, pada akhirnya saya tidak sanggup jika harus membandingkan keduanya. Keduanya sama-sama bagus, dan sama-sama memiliki atmosfer tersendiri. Saya senang berada di Liverpool, tapi Dortmund dan Mainz pun adalah dua tempat yang bagus," tambahnya.
Liga Primer Inggris yang Kompetitif, dan Pemain yang Ia Perhatikan
Manajer yang pernah menghabiskan masa bermainnya sebagai pesepakbola bersama FSV Mainz ini berujar bahwa Liga Primer Inggris adalah liga yang cukup kompetitif. Ditambah dengan kehadiran manajer-manajer terkenal macam Pep Guardiola dan Antonio Conte, ia meramalkan bahwa musim 2016/2017 Liga Primer Inggris akan menjadi lebih seru.
"Tentu liga ini (Liga Primer Inggris) adalah liga yang kompetitif. Tapi, musim 2016/2017 ini tampaknya akan jauh lebih menarik. Musim lalu, mungkin yang berbahagia hanya Leicester saja. Sekarang, banyak tim melakukan perubahan, salah satunya dengan mendatangkan manajer-manajer berkualitas bagus. Hal ini secara tidak langsung juga akan meningkatkan kualitas Liga Primer Inggris sendiri.
"Kami harus mampu bersaing dalam liga yang ditonton oleh banyak orang ini. Sebagai tim, kami harus bergelut dengan tekanan tiap minggunya, karena ada tujuh tim yang siap untuk menjadi juara," ujar Klopp.
Sebagai manajer, ia tentu memiliki pemain yang ia perhatikan. Selain sebagai bentuk kewaspadaan jikalau nanti bertemu dengan klub dari pemain tersebut, hal itu juga bisa dilihat sebagai sebuah bentuk kekaguman tersendiri. Dalam ajang Liga Primer Inggris ini, Klopp mengaku bahwa ia memerhatikan seorang David Silva.
Pemain yang dikagumi Klopp, David Silva.
"Saya suka David Silva. Mungkin ia adalah pemain yang berbahaya, tapi ia juga adalah pemain yang luar biasa. Ia ada di setiap sudut lapangan, memiliki kemampuan yang bagus, juga memiliki perilaku yang baik di dalam dan di luar lapangan. Ia memiliki perannya sendiri di City dan saya juga suka gaya bermainnya," ungkap Klopp.
Tentang Liverpool yang Ia Manajeri Sekarang Ini
Sejak 2015 silam, Klopp resmi menggantikan tugas dari Brendan Rodgers sebagai manajer Liverpool. Musim 2015/2016, ia berhasil mengantarkan Liverpool menjadi runner-up dalam ajang Piala Liga Inggris dan Liga Europa. Andai The Reds mampu mengalahkan Manchester City dan Sevilla, mungkin mereka akan meraih double.
Maka, saat kembali dipercaya menjadi manajer Liverpool kembali untuk musim 2016/2017, tanpa ragu ia melakukan pembenahan di dalam tubuh The Reds. Pemain-pemain baru didatangkan. Pengembangan taktik gegenpressing ia lakukan kepada para pemain Liverpool dalam ajang pramusim. Sekarang, banyak orang menjagokan Liverpool menjadi salah satu kandidat juara Liga Primer Inggris.
"Bayangkan jika anda dapat menciptakan peluang untuk mencetak gol di dalam lapangan berkat kejeniusan playmaker. Itu akan menjadi hal yang menarik. Tetapi, menurut saya yang lebih menarik adalah saat sebuah tim mampu menciptakan kesempatan saat merebut bola dekat gawang, sehingga ia tidak perlu jauh-jauh berlari dan mengumpan untuk sampai menuju gawang. Itulah seni dari gegenpressing. Tentang menciptakan kesempatan untuk menyerang," ungkapnya perihal tentang gegenpressing.
Ia juga mengungkapkan bahwa para pemainnya harus mampu menyerang secara fleksibel. Melalui gaya penyerangannya yang tidak mengandalkan penyerang tunggal serta fullback yang harus maju sampai area lawan dan ikut menciptakan kesempatan, ia ingin penyerangan Liverpool mengalir dan tidak tersendat.
"Saya tidak berbicara tentang false nine. Saya berbicara tentang pemain yang harus segera masuk ke dalam kotak penalti jika ada kesempatan dalam mencetak gol. Dengan satu pemain yang memegang bola, baik itu fullback ataupun gelandang tengah, maka serangan Liverpool harus mengalir dan fleksibel, tidak terpusat," ujar Klopp.
"Tentang fullback, dalam tim saya fullback memiliki peran yang tak jauh seperti seorang gelandang. Ikut menyerang dan bertahan, bermain dalam garis yang lebih tinggi, dan berkontribusi dalam menciptakan peluang mencetak gol ketika menyerang. Fullback juga harus menjadi pelindung bola dan menjadi pengalir bola, sama seperti gelandang," tambahnya.
Pemain yang mulai beralih menjadi fullback, James Milner.
Tapi, ia pun mengakui bahwa masih banyak segi yang harus dibenahi, utamanya dalam hal antisipasi set-piece alias bola mati. Mengenai hal ini, ia sempat berkelakar bahwa pemain-pemainnya tidak memiliki tinggi badan yang memadai untuk menghalau bola set-piece.
"Para pemain saya memiliki tinggi badan yang kurang. Untuk mengantisipasinya, maka saya harus membuat mereka lebih tinggi," ujar Klopp.
"Ketika anda bermain melawan tim seperti West Brom, Crystal Palace, dan West Ham, mereka adalah tim-tim yang mampu memanfaatkan set-piece dengan baik. Kami harus mengubah formasi dan juga hal-hal lain. Tapi, yang terpenting adalah bagaimana kami bereaksi terhadap momen tersebut," tambahnya.
**
Menghadapi musim 2016/2017 ini, Klopp yakin akan kekuatan skuatnya yang menurutnya sekarang sudah baik. Meski begitu, ia juga menekankan kepada para pemainnya agar tetap melakukan improvisasi dan belajar, karena menurutnya, sepakbola bagai dua sisi mata uang.
"Saya kira kami sekarang dalam keadaan yang baik. Namun, kami harus tetap belajar dan berimprovisasi. Sepakbola, ketika anda sedang dalam keadaan baik, adalah permainan yang sederhana sekaligus menawan. Ketika anda dalam keadaan buruk, ia akan menjadi permainan yang begitu menyiksa. Itulah yang membuat sepakbola menarik, karena ia memiliki dua sisi yang berlawanan. Terus belajar adalah hal yang harus tetap kami lakukan," ujar Klopp.
Sumber: SkySports
Komentar