Biarkan Gianluigi Donnarumma Menjadi Dirinya Sendiri

Cerita

by Randy Aprialdi 32177

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Biarkan Gianluigi Donnarumma Menjadi Dirinya Sendiri

Ada salah satu penyesalan Sinisa Mihajlovic ketika masih melatih AC Milan, yaitu memberikan debut kepada Gianluigi Donnarumma. Saat itu Mihajlovic bisa dianggap gila karena memilih Donnarumma, bocah 16 tahun, menyingkirkan Diego Lopez yang lebih banyak berpengalaman di sepakbola.

Tapi pada nyatanya Donnarumma menunjukkan statistik lebih baik ketimbang Lopez. Dalam tujuh laga yang dijalaninya, setiap laga belum pernah kebobolan lebih dari satu gol. Sementara Lopez belum pernah menorehkan clean sheet dari delapan laganya, bahkan kebobolan empat gol oleh Napoli.

Memang jika ingin Italia dan Serie-A mengalami kemajuan, setiap pelatih perlu keberanian seperti Mihajlovic untuk memilih orang terbaik untuk pekerjaannya; seperti yang dilakukan Giampiero Ventura sebagai Pelatih Tim Nasional (timnas) Italia baru-baru ini. Setelah menjalani debut di Serie-A dalam usia 16 tahun, Donnarumma dipanggil ke dalam skuatnya pada usia 17 tahun. Ia pun menjadi kiper termuda timnas Italia sejak 1911 silam yang waktu itu dijalani Rodolfo Gavinelli.

Itulah alasan spesifik ketika banyak yang mempertanyakan pemilihan Ventura sebagai Pelatih Italia. FIGC, federasi sepakbola Italia, memanfaakan Ventura yang memiliki kemampuan menemukan bakat dan memberikan kesempatan besar kepada pemain muda untuk bersinar. Keberadaan Donnarumma di skuat Italia seperti menjalin hubungan antara kakek dan cucunya, mengingat Ventura yang sudah berusia 68 tahun.

Kasih sayang "Sang Kakek" ditunjukkan dengan memberikan kesempatan pada "Sang Cucu", Donnarumma, ketika menghadapi Prancis pada laga uji tanding di Stadion Comunale San Nicola, Bari, Jumat (2/9). Ia mendapatkan debutnya setelah menggantikan Buffon pada babak kedua. Dan Donnarumma sempat melakukan penyelamatan ketika mengantisipasi peluang Layvin Kurzawa yang menjadi full-back kiri Prancis saat itu.

"Dia pemain yang sangat potensial. Saya tidak akan membawanya bersama kami hanya untuk duduk di bangku cadangan," ujar Ventura seperti dikutip dari BBC.

Kesempatan-kesempatannya itulah yang membuat Donnarumma selalu digadang-gadang sebagai penerus Gianluigi Buffon. Tidak sedikit yang memperkirakan Donnarumma akan menjadi kiper nomor satu di kesebelasan negaranya. Memang jika melihat debut Donnarumma di Serie-A, mengingatkan kepada debut Buffon pada kompetisi yang sama. Buffon menjalani debutnya sebagai kiper Parma dalam usia 17 tahun pada 19 November 1995.

Kemudian Buffon mendapatkan debut di Italia pada 29 Oktober 1997 dan Donnarumma belum lahir pada saat itu. Donnarumma baru lahir pada 25 Februari 1999. Memiliki jejak karier yang hampir mirip, Donnarumma memang tidak menyembunyikan mimpinya untuk mengikuti cerita seniornya itu.

"Buffon mengatakan kepada saya untuk tetap tenang, melakukan apa yang saya tahu dan menikmatinya. Saya tidak bisa menjelaskannya. Saya ingin berterima kasih kepada pelatih untuk kesempatan ini dan debut saya," ungkapnya setelah mendapatkan debut di Italia.

Kutipan itu sedikit memperlihatkan kebijaksanaan dari rasa emosional nan rendah diri seorang Donnarumma. Kebijaksanaan yang melampaui pria seusianya. Maka harapan kepadanya adalah mempertahankan kebijaksanaannya di dalam maupun luar lapangan. Sebab bukan tidak mungkin berbagai media akan memberi setumpuk kritik ketika ia membuat kesalahan, atau muncul kiper muda berikutnya.

Berharganya Gianluigi Donnarumma Saat Ini

Kemampuan Donnarumma hanya belum teruji di ajang Liga Champions maupun Liga Eropa. Tapi kemampuannya di Serie-A tidak perlu diragukan lagi. Coba bayangkan kiper seusianya harus berhadapan dengan penyerang semacam Gonzalo Higuain. Dan baru-baru ini ia tampil gemilang ketika menghadapi Fiorentina pada pertandingan terakhir di Stadion Artemio Franchi, Senin (26/9) dini hari. Situs whoscored memberikannya nilai tertinggi pada laga tersebut.

Total, Donnarumma melakukan penyelamatan lima kali, mengantisipasi umpan silang tiga kali dan satu kali melakukan sapuan bersih. Ia juga menggagalkan percobaan tendangan Borja Valero yang berbahaya, membaca tendangan penalti Josip Ilicic walau pada akhirnya membentur mistar gawang. Tapi yang paling penting adalah, Donnarumma belum kebobolan dalam tiga laga terakhirnya di Serie-A 2016/2017.

Berharganya Donnaruma begitu jelas ketika Milan menolak berbagai tawaran untuk merekrutnya. Milan memang sedikit khawatir karena kontrak Donnarumma akan berakhir pada 2018 nanti. Regulasi kontrak di Serie-A menjelaskan bahwa pemain berusia di bawah 18 tahun tidak bisa meneken kontrak lebih dari tiga musim.

Atas keterbatasan kontrak itulah yang membuat Chelsea, Manchester United dan Real Madrid, dikabarkan mengincarnya. Dan kekhawatiran Milan terhadap Donnarumma semakin menjadi ketika Mino Raiola selaku agennya mengatakan bahwa kliennya itu bisa saja menginggalkan Milan. Raiola berpendapat jika Donnarumma pantas mendapatkan gaji besar, "Gianluigi adalah sebuah permata langka. Dan permata langka harus ditampilkan di dalam jendela yang paling indah," ujarnya seperti dikutip 90 Mins.

Maka dari itulah perpanjangan kontrak Donnarumma adalah prioritas Milan saat ini. Marco Fassone, Manajer Umum Milan, sedang mempersiapkan proposal untuk kontrak baru Donnarumma. Vincenzo Montella juga mengklaim bahwa kontrak Donnarumma akan diperpanjang.

"Tidak perlu khawatir, klub pasti akan memperpanjang kontraknya. Raiola berasal dari Selatan Italia, seperti saya dan Donnarumma. Jadi saya yakin ia akan menandatangani kontraknya apapun yang Raiola katakan. Saya mengatakan ini dengan senyum di wajah saya karena Mino baik dalam pekerjaannya, sama dengan manajemen klub Milan."

Untuk saat ini seluruh orang percaya bahwa Donnarumma adalah "Buffon baru". Dalam 20 tahun karir Buffon pun banyak kiper yang digadang-gadang Buffon baru. Mulai dari Ivan Pelizzoli, Mattia Perin, sampai Simone Scuffet. Mungkin julukan itu seperti "Maradona baru" atau "Messi baru" di sepakbkola Argentina. Tapi sebetulnya ia bukanlah Buffon baru, melainkan tetaplah Donnarumma dan itu sudah cukup bagi siapapun. Dan yang terpenting Donnarumma adalah pemilik hati baru di Stadion San Siro, kandang Milan.

Sumber lain: ESPN FC, Football Italia, Sky Italia, The Sun.

Komentar