Permusuhan Antar Suporter Sepakbola di Indonesia Terlalu Barbar!

Cerita

by Randy Aprialdi 64690

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Permusuhan Antar Suporter Sepakbola di Indonesia Terlalu Barbar!

Kematian suporter ketika menyaksikan pertandingan sepakbola dimulai dari Suhermansyah yang merupakan anggota Bonek pendukung Persebaya Surabaya. Ia meninggal karena terhimpit dan terjatuh ketika menyaksikan pertandingan Persebaya melawan tuan rumah PSIM Yogyakarta di Stadion Mandala Krida pada 28 Januari 1995. Waktu itu pertandingan antara kedua kesebelasan tersebut mengundang antusias besar kedua pendukungnya mengingat persaingan antara Persebaya dengan PSIM waktu itu.

Bisa dibilang meninggalnya Suhermansyah adalah musibah. Begitu juga dengan tiga anggota Bonek dan sembilan anggota Panser Biru pendukung PSIS Semarang yang mengalami kecelakaan kereta api. Tapi berikutnya, kematian suporter di Indonesia kian tidak wajar. Menurut data dari Litbang Save Our Soccer (SOS), Imam Siswanto dari Panser Biru merupakan suporter pertama yang tewas karena pengeroyokan di Stasiun Manggarai, Jakarta pada 27 Mei 2001.

Selanjutnya, satu per satu nyawa karena kekerasan antara suporter di Indonesia semakin berjatuhan. Sudah tidak bisa dihitung jumlah jari lagi. Baru-baru ini, anggota The Jak Mania pendukung Persija Jakarta bernama Harun Al Rasyid harus meregang nyawa akibat bentrokan dengan warga di Tol Palimanan, Minggu (6/11). Ia terlibat dengan bentrokan dalam perjalanan pulang ke Jakarta usai menyaksikan laga antara Persija dengan Persib Bandung di Stadion Manahan Solo, Sabtu (5/11).

Lalu untuk kesekian kalinya, setiap ada anggota suporter yang tewas karena permusuhan, aksi saling menyalahkan pun mulai ramai dibicarakan. Sumpah serapah terhadap terduga pembunuh mengalir deras. Pihak yang terugikan dan kehilangan menuntut hukuman yang pantas. Sementara yang terjadi adalah aksi saling balas. Sampai Harun menjadi korbannya baru-baru ini.

Padahal dalam waktu dekat ini pun sudah ada satu suporter yang tewas. Peristiwa naas itu dialami Muhammad Rovi Arrahman yang merupakan pendukung Persib. Ia tewas dikeroyok oleh oknum yang mengaku pendukung Persija ketika dalam perjalanan menuju Stadion Wibawa Mukti, Bekasi, Sabtu (2/10). Sama dengan Harun, Rovi juga tewas akibat pengeroyokan menggunakan benda tumpul. Bahkan tersiar kabar bahwa sampai ada beberapa oknum yang membawa senjata tajam.

Jika cara pengeroyokan sampai tewas itu benar, maka permusuhan antara suporter sepakbola Indonesia sudah sangat bar-bar. Situasi di sini sudah terlalu jauh dari akal sehat permusuhan-permusuhan suporter sepakbola. Permusuhan antara suporter klub Indonesia lebih banyak disebabkan oleh situasi yang bisa dibilang sepele dalam urusan sepakbola.

Kebanyakan penyebabnya adalah karena kesalahpahaman. Entah itu diawali karena kesalahan ketika menyambut suporter tamu, hasil pertandingan yang tidak bisa diterima, saling ejek atau kejadian-kejadian lainnya. Berbeda dengan penyebab permusuhan suporter di Eropa yang dilatarbelakangi oleh dampak budaya, ideologis, lingkungan sosial, peperangan dan lainnya yang cukup layak dijadikan sebuah alasan untuk saling membenci.

Permusuhan Antar Suporter di Indonesia yang Salah Kaprah

Mengapa harus dituduhkan ke sepakbola Eropa? Karena tidak dipungkiri bahwa kedua negara itu adalah kiblat sepakbola dunia, termasuk juga atmosfer suporternya. Tapi permusuhan antara sepakbola di Eropa tidak sekeras suporter di Indonesia. Kendati begitu banyak garis keras yang terlibat di sana. Dan tidak dipungkiri jika permusuhan suporter Indonesia pun tidak lepas dari perspektif budaya permusuhan suporter di Eropa.

Dengan teknologi yang semakin maju, juga kemudahan dalam mengakses Internet, lebih mudah untuk mencari dan membaca media-media yang membahas ketegangan suporter di Eropa. Tidak jarang jika kekerasan antara suporter Eropa dianggap keren untuk eksistensi suporter klub Indonesia, atas nama ultras maupun hooliganisme. Dari informasi di Eropa itu jugalah, suporter Indonesia mengenal rivalitas antara West Ham United dengan Millwall FC, AS Roma dengan Lazio, Borussia Dortmund dengan Schalke 04, Barcelona dengan Real Madrid dan lainnya.

Selintas memang jika permusuhan antar suporter di Eropa telah ditiru di negara ini, terutama ultras. Tidak bisa dipungkiri bahwa atmosfer kelompok suporter di Indonesia lebih condong meniru ultras, mengingat jika iklim suporter di Indonesia lebih transparan menunjukan atribut kesebelasan sepakbolanya baik main di kandang maupun tandang. Gaya dukungannya pun sama-sama menggunakan koreografi di tribun yang diiringi nyanyian dan dentuman alat musik pukul.

Apalagi jika mengingat pada tahun 1990-an, sepakbola Italia sedang berjaya dan disiarkan di televisi Indonesia. Sepakbola Italia adalah salah satu negara yang kental dengan ultras dibandingkan negara Eropa lainnya. Tapi sekali lagi, soal permusuhan antara suporter, justru dikonsumsi kebablasan dan ditelan secara mentah di Indonesia. Imbasnya, kasus meninggal suporter di sini mayoritas karena pengeroyokan dan diperparah dengan luka hasil serangan benda-benda keras, tumpul, maupun tajam.

M Aziz (suporter Pelita Jaya), Ovick Arangga (PSIS Semarang), Nurul Huda (PSIM), Rangga Cipta Nugraha (Persib), M Ikhwanuddin (PSCS Cilacap), Tegar (PSPS), Wisnu (PSM Makassar), Stanislaus Gandhang Deswara (PSS Sleman), merupakan korban yang meregang nyawa karena dihiasi serangan memakai senjata tajam. Maka sesungguhnya terjadi kesalahpahaman jika aksi kekerasan suporter di Indonesia merupakan implementasi dari sepakbola Eropa. Toh seorang Ultras CSKA Moscow pun pernah melayangkan keberatan tentang pertarungan yang tidak adil di situs forum ultras.

Ia protes bahwa ultras di Italia telah melanggar kode etik ultras yang tidak tertulis, yaitu menggunakan senjata tajam. Di sana memang ada tradisi ketika suporter harus berkelahi untuk menentukan pemenang antara permusuhan suporter. Tapi secara pandangan perkelahian antara lelaki, bisa dibilang di Eropa lebih fair. Sebab di sana harus berkelahi dengan jumlah yang sama dan menggunakan tangan kosong tanpa senjata. Dan terpenting adalah: tidak sampai membunuh.

Perkelahian itu hanya cukup sampai lawan terkapar. Setelah terkapar dan tidak berdaya, cukup sudah. Tidak ada pembantaian yang bertubi-tubi secara lanjut seperti di Indonesia. Maka sesungguhnya jika melakukan pengeroyokan kepada lawan yang sudah terkapar di tanah dan tidak berdaya, bahkan sampai memakai benda tumpul maupun tajam adalah pecundang. Jika melihat situasi di Indonesia, mayoritas masih menganiaya suporter musuh yang sudah terkapar tidak berdaya. Bahkan terus disiksa sampai ia tidak bernyawa.

Jika pun berkelahi memakai senjata, hal itu terjadi ketika ada serangan dadakan. Para penyerang pun datang dengan tangan kosong untuk melakukan baku hantam. Menggunakan senjata cuma memanfaatkan barang-barang yang ada di sekitaran area perkelahian untuk bertahan. Kejadian seperti itu terjadi ketika Ultras Slask Wroclaw menyerang Ultras Sevilla. Tujuan mereka tidak hanya menjatuhkan musuh, melainkan merebut bendera atau spanduk lawan. Bukan mencari nyawa musuhnya.

Namun situasi berbeda terjadi ketika tim nasional berlaga. Ketegangan antara garis keras mereka hilang untuk sementara. Permusuhan mereka raib di atas tribun nasional karena sama-sama mendukung negaranya yang bertanding. Atribut yang digunakan pun hanya untuk timnasnya. Selentingan nama klub dalam bendera timnas cuma sekedar menjadi identitas perwakilan daerahnya.

Contohnya seperti ada tulisan Manchester di bendera Inggris, atau ada tulisan Florence di bendera Italia dan lainnya. Berbeda dengan ketika timnas Indonesia yang bermain. Masih ada sikap selektif terhadap kelompok suporter manapun di tribun Gelora Bung Karno maupun stadion-stadion lainnya.

Rasanya memang sulit jika rules ultras asli dan sportif secara perkelahian lelaki itu diilhami suporter klub di Indonesia. Mengingat di sini tidak lepas dari latar belakang sosial dan ekonomi. Indonesia masih identik dengan tawuran antar kampung, geng motor, ras, kedaerahan yang selalu melibatkan senjata. Yang selalu mengutamakan melukai bahkan membunuh lawannya adalah kemenangan. Padahal sejujurnya, sepakbola bukanlah pertarungan untuk nyawa.

Nyawa terlalu mahal bagi suatu permusuhan di dalam suatu kegiatan olahraga dan permainan. Toh, trofi pun tidak akan didapatkan jika pun berhasil menghilangkan nyawa seseorang karena alasan kesebelasan sepakbola yang dicintainya. Kekerasan antara sepakbola Indonesia sudah bukan soal harga diri lagi. Sebab bertarung antara kesebelasan sepakbola adalah untuk harga diri kesebelasannya. Bukan menjadi seorang pembunuh.

“Korban Nyawa” Sepak Bola Indonesia

Sumber: Tim Litbang Save Our Soccer (SOS)

No

Nama

Waktu

Pertandingan

Keterangan

01

Suhermansyah (Bonek)

28-01-1995

PSIM vs Persebaya

Terhimpit dan jatuh

02

Tiga Bonek

1996

Tour Jakarta

Jatuh dari kereta api

03

Sembilan Suporter PSIS

1999

Tour Jakarta

Terlindas kereta api di Lenteng Agung

04

Imam Iswanto, 17 (Panser Biru)

27-05-2001

Persija vs PSIS

Pengeroyokan di Stasiun Manggarai, Jakarta

05

Tri Sadono (Pasoepati)

24-04-2002

Persijatim vs Persema

Terlindas truk

06

Beri Mardias (Semen Padang)

22-05-2002

Persija vs Semen Padang (10 Besar LI)

Dikeroyok

07

Subari

23-12-2002

Indonesia vs Filipina

Jatuh dari bus

08

Rahmat Hidayat (Bonek)

27-07-2003

Persela vs Persebaya

Terlindas truk

09

Dimas Aditya (Bonek)

14-12-2003

Persija vs Persebaya (PialaEmas Bang Yos)

Pukulan benda keras

10

Ahmad “Mat Togel” Dani (Aremania)

11-04-2005

Persekabpas vs Arema

Pukulan benda keras

11

Fajar Widya Nugraha (Aremania)

13-07-2005

Arema vs Persija

Terhimpit penonton

12

Fathurrahman (The Jakmania)

25-09-2005

Persija vsPersipura

Dikeroyok

13

Makarius Puji Sulistyo (Panser Biru)

10-12-2005

Perjalanan ke Jakarta mendukung PSIS di Piala Bang Yos

Jatuh dari kereta api di Batang

14

Mince (Persipuramania)

26-02-2006

Persipura vs Persiwa

Diinjak-injak

15

Fathul Mulyadin (The Jakmania)

06-02-2008

Persija vs Persipura

Dikeroyok

16

Dian Rusdiana, 16 tahun, (NJ Mania)

20-09-2008

Persitara Vs Pelita Jaya

Ditusuk senjata tajam

17

Fauzan, 19 (Persikmania)

09-02-2010

Persik vs Persib

Terinjak-injak

18

Handoyo, 24 tahun (Panser Biru, PSIS)

17-01-2011

Gresik United vs PSIS

Terjatuh dari kereta api

19

Muhammad Tommy, 17 (Viola, Persita)

19-04-2011

Bentrokan suporter Tangerang: Persita - Persikota

Dipukul rantai besi, kayu, dan batu

20

Ahmad Hariri, 15 (Viola, Persita)

19-04-2011

Bentrokan suporter Tangerang: Persita - Persikota

Dipukul rantai besi, kayu, dan batu

21

M. Aziz, 12 tahun, (Pelita Jaya)

25-04-2011

Pelita Jaya vs Arema

Bacokan samurai

22

Gilang, 24 tahun (LA Mania)

22-05-2011

Insiden di Kereta Api dengan Bonekmania

Tusukan di leher kiri

23

Reno Alvino Arena, 21

21-11-2011

Final Sea Games

Terinjak-injak

24

Kusmanto, 29

21-11-2011

Final Sea Games

Terinjak-injak

25

Kunto, 30 (Bonek)

12-12-2011

Kisruh Deltamania dan Bobotoh Deltras vs Persib

Pukulan benda keras

26

Ovick Arangga, 19 tahun (SNEX Semarang)

14-01-2012

SNEX vs Panser Biru

Ditusuk senjata tajam

27

M. Nurul Huda, 16 (Maiden Brajamusti PSIM)

12-03-2012

Bentrok antar suporter PSIM

Empat luka tusuk bagian dada

28

Sudarmadji, 27 tahun

10-04-2012

Persibo vs Persebaya

Luka lemparan batu di Kereta diserang suporter Persela

29

Miftahul Huda, 15 tahun (Bonek)

10-04-2012

Persibo vs Persebaya

Luka lemparan batu di Kereta diserang suporter Persela

30

Abdul Farid, 15 (Bonek)

10-04-2012

Persibo vs Persebaya

Luka lemparan batu di Kereta diserang suporter Persela

31

Soimul Fadli, 15 tahun (Bonek)

10-04-2012

Persibo vs Persebaya

Luka lemparan batu di Kereta diserang suporter Persela

32

No Name (Bonek)

10-04-2012

Persibo vs Persebaya

Luka lemparan batu di Kereta diserang suporter Persela

33

Rangga Cipta Nugraha, 22 tahun, (Bobotoh)

27-05-2012

Persija vs Persib

Tusukan senjata tajam

34

Lazuardi, 29 tahun (Bobotoh)

27-05-2012

Persija Vs Persib

Pengeroyokan

35

Dani Maulana, 17 tahun (Bobotoh)

27-05-2012

Persija Vs Persib

Pengeroyokan

36

Purwo Adi Utomo

03-06-2012

Persebaya 27 vs Persija

Gas air mata dan terinjak

37

M. Ikhwanuddin (Lanus/PSCS)

12-10-2012

Perjalanan pulang usai Persis Solo vs PSCS

Tusukan benda tajam suporter Sleman

38

Erik Setiawan, 17 (Bonek Gresik)

08-03-2013

Bentrok suporter di luar lapangan

Dikeroyok rombongan Aremania

39

Tegar, 15 (PSPS)

11-03-2013

PSPS Vs Persepam Bentrok sesama suporter PSPS

Luka pukulan benda tajam di kepala

40

Wisnu, 16 (Macz Man, PSM)

07-09-2013

PSM vs Persepar

Ditikam senjata tajam

41

Jupita (Paserbumi)

12-02-2014

Bentrok antar suporter Persiba Bantul saat menjamu Persiram Raja Ampat

Pendarahan di otak

42

Andika (Singamania)

18-02-2014

Sriwijaya vs Persijap

Ditusuk benda tajam

43

Joko Riyanto (Pasoepati)

22-10-2014

Persis vs Martapura

Kerusuhan. Tembakan di bagian dada.

44

Khoirul Anam, 21 (Aremania)

06-06-2014

Bentrok Aremania dan Bonek di Tol Simo

Pengeroyokan

45

Udin Zaenal, 32 tahun (Aremania)

06-06-2014

Bentrok Aremania dan Bonek di Tol Simo

Pengeroyokan

46

Ahmad Fadila, 28 tahun (Aremania)

06-06-2014

Bentrok Aremania dan Bonek di Tol Simo

Pengeroyokan

47

Eko Prasetyo (Aremania)

19-12-2015

Piala Jenderal Sudirman

Dipukul batu

48

Slamet (Aremania)

19-12-2015

Piala Jenderal Sudirman

Pengeroyokan

49

M. Fahreza, 16 (The Jakmania)

13-05-2016

Persija vs Persela

Pengeroyokan

50

Stanislaus Gandhang Deswara, 16, (BCS, PSS Sleman)

22-05-2016

Bentrok dengan suporter PSIM yang baru kembali dari Semarang

Luka bacok di kepala dan tusuk di badan

51

Naga Reno Cenopati, 16 (Singamania)

13-10-2016

Bentrok Singamania Korwil Radial dan Singamania Korwil Senopati usai laga Sriwijaya FC vs Persegres Gresik United

Pengeroyokan

52

Muhammad Rovi Arrahman alias Omen, 17 (Bobotoh)

23-10-2016

Persib vs Persegres Gresik United (Stadion Wibawa Mukti)

Pengeroyokan

53

Gilang, 24 (The Jakmania Pekalongan)

06-11-2016

Perjalanan pulang usai Persija vs Persib di Stadion, Manahan, Solo

Jatuh dari kendaraan

54

Harun Al Rasyid Lestaluhu alias Ambon, 30 (The Jakmania Kali Malang)

06-11-2016

Perjalanan pulang usai Persija vs Persib di Stadion, Manahan, Solo

Pengeroyokan di Tol Palimanan, Cirebon

Komentar