Mencintai Sepakbola dan Milan dengan Cara Tiziano Crudeli

Cerita

by Redaksi 27 49469

Redaksi 27

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Mencintai Sepakbola dan Milan dengan Cara Tiziano Crudeli

Tiziano Crudeli, sebuah nama yang tentunya sudah tidak asing bagi para penggemar Serie A, terutama AC Milan. Atau mungkin saja saat ini ia sudah dikenal oleh hampir seluruh penggemar sepakbola. Bagi yang belum mengenalinya, saya akan membantu Anda untuk mencari tahu siapakah Tiziano Crudeli ini.

Tiziano Crudeli adalah seorang pria berkebangsaan Italia kelahiran 24 Juni 1943. Ini artinya saat ini ia sudah berusia sekitar 73 tahun. Berdasarkan umurnya tersebut, sebagian dari kita mungkin akan berasumsi bahwa ia adalah seorang pria tua yang sudah lemah dan dan tidak mempunyai semangat seperti anak muda.

Jika Anda termasuk ke dalam golongan orang yang berpikiran seperti yang disebutkan di atas, Anda telah melakukan kesalahan besar, karena Crudeli bukanlah sosok seperti itu. Crudeli merupakan seorang pria tua yang masih cukup kuat dan mempunyai jiwa yang menggebu-gebu layaknya seorang anak muda.

Jiwanya yang begitu energik tersebut berhasil dimanfaatkannya dengan baik untuk memperoleh ketenaran pada profesi yang ia tekuni. Saat ini Crudeli bekerja sebagai presenter dan komentator di Sky Italy serta jurnalis olahraga.

Kariernya di dunia jurnalisme ini baru dimulai saat usianya di atas 30 tahun. Di awal kariernya sebagai jurnalis di dunia olahraga, ia bekerja sebagai editor di majalah tenis Italia "Tennis Lombard". Sebelum akhirnya mendapatkan kesempatan sebagai komentator sepakbola di salah satu radio Italia pada 1987. Ini menjadi penanda awal kariernya sebagai jurnalis di sepakbola hingga dikenal oleh khalayak ramai seperti sekarang

Saat ini, Crudeli bekerja sebagai presenter dan komentator pada channel AC Milan di Sky Italy. Kenapa Milan? Hal ini dikarenakan ia adalah seorang penggemar Milan sejak kecil. Bahkan pertandingan pertama yang ia komentari juga merupakan laga antara Milan melawan Pescara yang berakhir dengan skor 2-0 untuk kemenangan I Rossoneri pada 1987.

Kecintaannya terhadap kesebelasan pemegang tujuh gelar Liga Champions ini bisa dilihat dari cara ia membawakan pertandingan Milan. Perhatikanlah bagaimana ia bisa begitu menjiwai profesinya tersebut saat Milan sedang bertanding.

Baca juga: Perjuangan Montella Membangunkan Raksasa yang Tertidur

Jika Milan mendapatkan peluang bagus dan mencetak gol, ia bisa begitu menggebu-gebu dalam melampiaskan semangat yang membara dalam dirinya. Ia bahkan melakukan selebrasi di studio dalam setiap gol Milan pada saat membawakan pertandingan kesebelasan yang dicintainya tersebut.

Selebrasinya malah bisa dikatakan lebih gila dan menggugah semangat dibandingkan dengan pemain yang mencetak gol di lapangan. Jika Anda pernah melihat mantan pemain Milan, Filippo Inzaghi merayakan golnya dengan penuh semangat, setidaknya hampir seperti itulah Crudeli ketika melakukan selebrasi. Hal ini juga dilakukannya baru-baru ini saat Mario Pasalic mencetak gol kemenangan milan atas Bologna, Kamis (09/02) lalu.

Bukan hanya ketika Milan mencetak gol atau meraih kemenangan saja ia menunjukkan jiwa ekspresifnya tersebut. Ia juga bisa menunjukkan jiwa ekspresifnya saat Milan sedang dirundung kegagalan atau kekalahan. Salah satunya kejadian yang pernah membuatnya begitu marah dan sedih adalah ketika Milan menelan kekalahan 2-3 dari Manchester United pada laga Liga Champions 2009/2010.

Jiwa energik Crudeli ini sebagai presenter dan komentator sepakbola bahkan bisa dikatakan mengalahkan mereka yang berusia lebih muda. Ataupun bisa dibilang terlihat lebih bersemangat dan liar dibandingkan para presenter dan komentator sepakbola di Indonesia yang juga terkenal dengan jiwa energiknya.

Pria berusia 73 tahun ini mencintai sepakbola khususnya Milan dengan caranya sendiri yaitu dengan menjadi seorang presenter dan komentator sepakbola yang penuh semangat. Melalui caranya tersebut, ia mampu membakar semangat para penonton layar kaca untuk lebih bersemangat dan membuat mereka yang sedang dilanda kantuk yang berat bisa melek dengan cepat. Kehadiran Crudeli ini tentu menjadi hiburan tersendiri bagi para penggemar sepakbola terutama di Italia.

Crudeli mengajarkan kepada kita bahwa usia bukanlah halangan untuk berekspresi. Ia juga mengajarkan kepada kita bahwa sepakbola merupakan olahraga yang bisa dinikmati oleh semua usia, baik itu anak-anak, remaja, dewasa maupun yang sudah berusia senja seperti dirinya. Dan tentu pesan terbesarnya adalah jangan jadikan usia sebagai penghalang untuk tetap bersemangat dalam hidup.

Baca juga: Siapa yang Layak Menggantikan Bonaventura?

Foto: gamecrate.com

Komentar