Jika Peraturan Liga 1 Diterapkan di Liga-liga Eropa

Cerita

by Dex Glenniza 88538

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Jika Peraturan Liga 1 Diterapkan di Liga-liga Eropa

Lanjutan dari halaman pertama

Eredivisie Belanda

Hanya ada dua pemain berusia di atas 35 tahun di Eredivisie Belanda. Sementara banyak pemain U23 yang terdaftar sebagai pemain di kesebelasan Eredivisie, namun banyak di antara mereka yang berasal dari luar Belanda. Misalnya Ajax Amsterdam yang memiliki Kasper Dolberg (18).

Pada kenyataannya, Ajax adalah salah satu kesebelasan yang merasa aman jika peraturan U23 diterapkan di Eredivisie. Mereka memiliki Jairo Riedewald (19), Daley Sinkgraven (20), Kenny Tete (20), Donny van de Beek (19), Matthijs de Ligt (16), Justin Kluivert (17), dan segudang pemain U23 lainnya asal Belanda.

Kemudian, pemimpin klasemen Eredivisie saat ini, Feyenoord Rotterdam, juga sepertinya akan merasa aman karena mereka memiliki Rick Karsdorp (21), Terence Kongolo (22), Tonny Vilhena (21), Sven van Beek (21), dan beberapa pemain lainnya.

Hal yang sama juga berlaku bagi kesebelasan lainnya di Eredivisie, sehingga untuk saat ini, peraturan U23 sepertinya tidak akan terlalu merepotkan jika diterapkan di Eredivisie.

Ligue 1 Prancis

Terdapat delapan pemain berusia 35 tahun ke atas di Ligue 1, dan tujuh lainnya di Ligue 2. Kemudian sama seperti di Belanda, pemain U23 sangat menjamur di Ligue 1 terutama mereka yang merupakan pemain lokal alias berasal dari Prancis.

AS Monaco memiliki Benjamin Mendy (21), Tiemoue Bakayoko (21), Thomas Lemar (20), dan Kylian Mbappe (17) yang sudah rutin bermain sebagai starter.

Bahkan Bastia yang merupakan kesebelasan juru kunci sampai pekan ke-31, memiliki Allan Saint-Maximin (19, pinjaman dari Monaco), Enzo Crivelli (21, pinjaman dari Bordeaux), Alexander Djiku (21), Axel Ngando (22), dan Lenny Nangis (22, pinjaman dari Lille).

Sama seperti Eredivise, tidak ada tantangan yang terlalu besar bagi kesebelasan-kesebelasan di Ligue 1 jika mereka menerapkan peraturan pemain U23 di liga mereka.

Süper Lig Turki

Liga sepakbola tertinggi di Turki hanya memiliki dua pemain yang berusia di atas 35 tahun. Sementara untuk pemain U23, Turki termasuk negara yang memiliki banyak pemain muda berbakat seperti Okay YokuÅŸlu (22), Ahmet Çalık (22), Ozan Tufan (21), Salih Uçan (22), Ä°rfan Can Kahveci (20), Kubilay KanatsızkuÅŸ (19), dan masih banyak lagi.

Walaupun begitu, BeÅŸiktaÅŸ, sebagai pemimpin klasemen sementara, terlihat akan kerepotan jika mengikuti peraturan U23 karena mereka tidak memiliki pemain-pemain U23 yang rutin menjadi starter.

Beberapa pemain muda berkewarganegaraan Turki ini terdaftar sebagai pemain BeÅŸiktaÅŸ, yaitu Atınç Nukan (22, dipinjam dari RB Leipzig), Utku Yuvakuran (18), Muhammed DurmuÅŸ (19), dan Hüseyin Yılmaz (20).

Primeira Liga Portugal

Liga teratas di Portugal memiliki enam pemain berusia di atas 35 tahun. Salah satunya adalah Julio Cesar (36), penjaga gawang Benfica. Liga yang bertetangga dengan Spanyol ini juga memiliki banyak pemain U23 potensial, tapi memang tidak banyak yang berkewarganegaraan primer Portugal.

Beberapa pemain U23 asal Portugal di Liga Portugal antara lain adalah Gelson Martins (21), Nelson Semedo (22), Ruben Semedo (22), Andre Silva (20), Diogo Jota (19), Palhinha (19), Ruben Neves (19), dan masih banyak lagi.

Jika kita menghitung pemain non-Portugal bahkan ada lebih banyak lagi seperti Ederson (22 tahun asal Brasil), Victor Lindelof (21, Swedia), Oliver Torres (21, Spanyol), Grimaldo (20, Spanyol), Andrija Zivkovic (19, Serbia), dan lain-lain.

Benfica sendiri, sebagai pemimpin klasemen sementara, memiliki Ederson, Nelson Semedo, Lindelof, Zivkovic, Grimaldo, dan beberapa pemain lainnya yang berstatus U23. Namun, hanya sekitar lima saja yang benar-benar memiliki warga negara primer Portugal, dan hanya Semedo saja yang rutin bermain sebagai starter.

Hal ini akan membuat Benfica, dan juga kesebelasan lainnya di Primeira Liga, akan kerepotan jika peraturan U23 diterapkan di liga mereka.

Liga lainnya di Asia dan Asia Tenggara

Untuk peraturan pembatasan pemain berusia 35 tahun, Liga Jepang memiliki 15. Shunsuke Nakamura (38) merupakan nama yang paling tenar yang masih bermain di J1 League. Ventrofet Kofu bahkan mengontrak tiga pemain yang berusia di atas 35 tahun. Sementara dari J2 League, kita masih bisa menemukan Kazuyoshi Miura yang sering bermain dan mencetak gol meskipun usianya sudah 50 tahun.

Menyeberang ke Korea, mereka hanya memiliki empat pemain di atas 35 tahun. Begitu juga di Liga Arab Saudi dengan empat pemain, dan A-League Australia (anggota AFC) memiliki tiga pemain uzur dengan Tim Cahill (36) dan Thomas Sorensen (40) termasuk ke dalamnya.

Jika kita melihat liga di Asia Tenggara. Muangthong United tidak memiliki pemain berusia di atas 35 tahun asal Thailand. Pemain Thailand paling tua mereka adalah Prasit Padungchok (34) dan ia pun belum pernah bermain sejauh musim ini (baru tujuh pertandingan).

Demikian juga dengan pemain U23 mereka. Ada tiga pemain U23 yang menonjol di Muangthong United, yaitu Suphan Thongsong (22), Sorawit Panthong (20), dan Wongsakorn Chaikultewin (20). Tapi tidak satupun dari mereka yang rutin menjadi starter. Hanya Suphan yang pernah satu kali menjadi starter.

Untuk pemain asing, Muangthong United memiliki lima pemain asing, dengan tiga berasal dari Asia dan dua berasal dari luar Asia. Jika memakai acuan marquee player yang sama seperti di Indonesia, mereka memiliki Xisco Jimenez sebagai marquee player mereka karena meskipun ia belum pernah bermain di Piala Dunia, tapi ia pernah bermain di La Liga dan Liga Primer dalam delapan tahun terakhir.

Kemudian jika kita melihat Malaysia, Johor Darul Ta’zim tidak memiliki pemain berusia di atas 35 tahun di skuat mereka musim ini. Pemain tertua mereka adalah Marcos Antonio (33) asal Brasil yang, jika ditinjau dengan peraturan marquee player versi Indonesia, akan masuk ke dalam marquee player karena pernah bermain di Ligue 1 (2008-2009) dan Bundesliga (2012-2013).

Tiga pemain asing mereka yang lain juga termasuk mentereng meskipun tidak masuk marquee player acuan Indonesia, yaitu Brian Ferreira dan Gonzalo Cabrera (dua pemain Argentina yang menjadi pemain inti di Divisi Utama Argentina sebelumnya) serta Gabriel Miguel Guerra (Argentina juga).

Mereka sebenarnya memiliki satu lagi pemain asing yang berstatus pemain asing Asia, yaitu Hariss Harun asal Singapura. Tetapi Harun sedang dipinjamkan ke Home United.

Satu hal yang paling menonjol dari Johor adalah pemain U23 mereka. Mereka memiliki Mohd Afiq Fazail (22), Nazmi Faiz (22), dan Safawi Rasid (20) yang tergolong sering menjadi starter, sementara Hasbullah Abu Bakar (22), Dominic Tan (20), dan Haziq Nadzli (19) juga tergolong pemain U23 meskipun belum mendapatkan menit bermain yang banyak.

Namun selain Johor, tidak banyak kesebelasan di Liga Malaysia yang memiliki pemain U23 yang sudah rutin menjadi starter.

Kesimpulan

Simulasi ini menunjukkan kepada kita jika peraturan yang membatasi pemain berusia di atas 35 tahun yang dianggap melanggar HAM tersebut ternyata tidak terlalu berpengaruh di liga-liga top Eropa, divisi bawah Eropa, dan beberapa liga tertinggi di Asia. Jumlah pemain di atas 35 tahun yang dikontrak maupun yang bermain reguler tidak sebanyak yang saya kira, kecuali di Serie A Italia.

Sementara untuk peraturan pemain U23, saya sendiri tidak masalah jika setiap kesebelasan diwajibkan mengontrak minimal lima pemain U23 karena kesebelasan-kesebelasan di Eropa maupun di Asia juga sudah banyak yang melakukannya. Bahkan sebenarnya mereka melakukannya karena sadar jika kesebelasan U21 dan akademi (U17 dan U15) adalah penting.

Namun, yang menjadi perdebatan adalah peraturan untuk mewajibkan tiga pemain U23 bermain sebagai starter dan minimal selama 45 menit.

Hal ini mengganggu, sangat mengganggu malah, karena pemain muda terkesan dipaksakan bermain. Padahal mereka yang sudah dicontohkan di atas (Alli, Mbappe, Donnarumma, dll) bermain rutin di tim utama bukan karena dipaksakan, tapi karena mereka mampu melalui proses demi proses secara berjenjang.

Melalui simulasi ini, saya pribadi berpendapat jika peraturan seperti di Liga 1 diterapkan di liga-liga Eropa dan Asia, maka akan sangat merepotkan, kecuali di Prancis dan Belanda mungkin.

Kita harus bisa belajar jika pemain muda yang bermain di tim utama dan pemain tua yang pensiun adalah proses yang alami di sepakbola, bukan karena dipaksakan, apalagi sampai ada regulasinya segala yang dinilai melanggar hak asasi manusia.


Angka usia yang disebutkan di atas mengacu kepada angka usia saat kompetisi tersebut dimulai.

Komentar