Usianya baru 18 tahun namun Gian Zola Nasrulloh Nugraha sudah menjadi salah satu andalan Persib Bandung di lini tengah. Keberhasilan Zola menembus skuat utama “Maung Bandung” tentu tidak terlepas dari regulasi soal pemain muda yang diterapkan di Liga 1 Indonesia 2017. Dalam regulasi ini, setiap klub wajib menurunkan minimal tiga pemain muda sebagai starter.
Namun bukan karena keharusan regulasi saja makanya Zola bisa tampil secara kompetitif bersama Persib musim ini. Sebagai gelandang serang ia memiliki kemampuan yang mumpuni di sektor tengah Persib. Selain punya pergerakan yang terbilang eksplosif, Zola juga punya akurasi umpan yang bagus. Tak salah dengan kemampuannya itu pelatih timnas Indonesia U22 memasukan namanya dalam skuat Merah Putih yang akan berlaga di SEA Games 2017 Malaysia.
Pada awal penampilannya bersama Persib di ajang Piala Presiden 2017, memang kemampuan Zola masih belum terlihat maksimal. Satu hal yang wajar karena itu adalah debutnya bersama Persib di ajang resmi. Namun seiring berjalannya waktu, Zola mampu menunjukkan kemajuan permainan yang signifikan.
Ia tidak menampik faktor bolak-balik mengikuti pemusatan latihan bersama timnas pun membantunya dalam mengembangkan diri. Menurutnya, saat di Persib dan di timnas ada beberapa perbedaan yang ia rasakan terutama soal gaya latihan. Satu hal yang wajar mengingat setiap pelatih memiliki karakter dan pola latihan berbeda.
“Dari sana saya bisa dapat banyak ilmu, baik itu saat di timnas dan di Persib. Saya jadi banyak tahu dan itu sangat berguna untuk membuat saya lebih baik lagi,” ucap Zola.
Bahkan dalam pertandingan terakhirnya bersama Persib, ia sukses menyumbang satu gol ke gawang Borneo FC di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Sabtu (20/5/2017) lalu. Gol yang ia lepaskan melalui sepakan setengah voli itu juga kemudian mengantarkan Zola untuk sementara menjadi pencetak gol termuda Liga 1 Indonesia 2017, hingga tujuh pekan bergulirnya kompetisi resmi sepakbola Indonesia itu.
Zola mengungkapkan bahwa setiap pertandingan yang dilakoni bersama Persib, ia anggap sebagai laga final. Maklum kompetisi Liga 1 memiliki format satu wilayah. Artinya penentuan juara akan sangat ditentukan oleh raihan poin yang dikumpulkan para kontestan selama semusim bertarung di kompetisi. Siapa yang mengumpulkan poin paling tinggi maka kesebelasan itu yang akan menjadi juara.
“Kalau saya pribadi menanggap bahwa setiap pertandingan itu adalah final. Jadi kalau menganggapnya seperti itu, motivasi bertanding juga harus lebih tinggi untuk memenangkan pertandingan,” terangnya.
Lebih lanjut ia menuturkan bahwa selain motivasi tinggi untuk memberikan kemenangan bagi tim, dalam setiap pertandingan secara individu ia memiliki target khusus. Tidak secara spesifik memang Zola menuturkan target yang ingin ia capai pada setiap laga yang dilakoni di kompetisi. Namun yang pasti menunjukkan kemajuan yang baik di setiap kesempatan adalah target utamanya.
“Setiap pertandingan ingin menunjukkan progress yang bagus. Kalau dikasih kepercayaan, Insya Allah harus bisa menunjukkan dengan prestasi. Intinya, agar bisa dipercaya lebih oleh pelatih kita sebagai pemain harus bisa bekerja keras baik itu saat latihan maupun bertanding,” tegasnya.
Zola yang belum genap berusia 20 tahun memiliki pencapaian yang cukup baik. Selain bisa menjadi bagian dari Persib yang merupakan klub besar di sepakbola nasional, ia juga sukses menembus skuat timnas Indonesia. Butuh usaha keras tentunya bagi Zola untuk bisa mencapai hal tersebut.
Soal tekanan besar antara Persib dan timnas, Zola menganggap saat tampil bersama Persib tekanan yang dirasakan memang jauh lebih besar, terutama soal tuntutan suporter yang selalu ingin melihat timnya menang.
“Tekanan, lebih banyak di tim sebenarnya. Timnas juga sebenarnya sama, tapi karena belum ada event jadi belum terlalu terasa tekanannya. Tapi, kalau sudah ada event pasti terasa, apalagi bela negara,” tegasnya.
Bermain untuk Persib memang tidak mudah. Ia harus bisa mengatasi tekanan yang datang dari berbagai sisi. Tentu tidak mudah baginya untuk tetap fokus sambil mengabaikan tekanan-tekanan yang datang kepadanya sebagai pemain.
“Intinya dibawa enjoy aja sih sebenarnya. Kalau dianggap sebagai tekanan, jadinya malah beban karena itu malah akan menjadi boomerang untuk kita pemain. Pokoknya berusaha untuk tenang saja, santai tapi tetap serius, juga dengan motivasi yang berlipat saat main,” tegasnya.
“Untuk meredamnya itu biasanya saya sharing dengan senior dan pelatih. Alhamdulillah makin ke sini makin meningkat. Senior dan pelatih selalu ngasih masukan. Kayak senior selalu dorong kita supaya lebih percaya diri,” ungkapnya.
(SN)
Komentar