Kemenangan 4-1 Real Madrid atas Juventus pada pertandingan final Liga Champions 2016/2017 di Stadion Millennium, Cardiff, Minggu (4/6/2017) dini hari WIB membuat Los Blancos sukses menggondol trofi ke-12 nya di Liga Champions. Jumlah tersebut menjadikan mereka sebagai klub dengan trofi Liga Champions terbanyak dalam sejarah.
Selain itu Madrid juga menjadi tim yang mampu melepas kutukan tidak bisa juara dua kali berturut-turut saat, kompetisi paling elite di Eropa itu berubah era dari Piala Champions menjadi Liga Champions pada 1992 silam.
Keberhasilan Madrid mewakili keberhasilan Spanyol di kompetisi Eropa, khususnya di Liga Champions. Dalam empat tahun ke belakang, dominasi prestasi tim-tim asal Spanyol di Liga Champions sulit untuk dihentikan kesebelasan wakil dari negara lain. Dalam kurun empat tahun ke belakang Madrid memang yang paling dominan dengan meraih gelar juara sebanyak tiga kali dari empat penyelenggaraan terakhir. Sementara satu penyelenggaraan lainnya dikuasai oleh Barcelona pada musim 2014/2015.
Satu poin yang tak boleh luput juga bagaimana dalam empat musim ke belakang itu ada dua pertandingan final yang mempertemukan dua tim Spanyol. Kejadian tersebut terjadi pada tahun 2013/2014 di Lisbon, saat untuk kali pertama dalam sejarah Liga Champions El Derby Madrileno yang mempertemukan Real Madrid melawan Atletico Madrid terjadi di final.
Saat itu partai pamungkas itu berlangsung sengit hingga harus melalui babak perpanjangan waktu. Namun pada akhirnya Madrid keluar sebagai pemenangan dengan keunggulan skor 4-1.
El Derby Madrileno kembali terulang di final Liga Champions 2015/2016, lagi-lagi pertarungan berlangsung sengit. Penentuan juara pada musim tersebut harus ditentukan melalui drama adu penalti, yang lagi-lagi dimenangkan Madrid. Madrid kemudian berpesta menyambut gelar juara ke-11 mereka setelah mengungguli rival se-negara yang sekaligus rival se-kota mereka itu.
Melihat perjalanannya dalam empat musim ke belakang, tercatat hanya Juventus saja kompetitor dari negara lain yang bisa menantang para wakil Spanyol di partai puncak. Sudah dua kali Juventus menantang tim asal Spanyol di laga puncak kompetisi para jawara Eropa itu.
Pertama pada musim 2014/2015, saat mereka sukses melenggang ke partai final untuk menantang Barcelona. Ketika itu, "Si Nyonya Tua" harus takluk 1-3 dari Barcelona. Kedua, yaitu partai final yang baru saja selesai dini hari tadi, saat mereka takluk 1-4 dari Real Madrid di Stadion Millennium, Cardiff, Wales.
Meski pada kenyataannya Juventus harus babak belur di babak final oleh dua raksasa Spanyol, namun Juventus harus tetap berbangga diri karena setidaknya mereka bisa memberikan warna lain di final Liga Champions. Juventus juga menjadi satu-satunya tim asal Italia yang sukses menembus babak final dari empat penyelenggaraan Liga Champions terakhir.
Kali terakhir Italia mengirim wakil hingga ke partai puncak adalah pada 2009/2010 silam, ketika Inter Milan sukses menjadi juara setelah mengalahkan Bayern Muenchen dua gol tanpa balas. Setelahnya dalam empat tahun selanjutnya sepakbola Italia seolah tenggelam di Liga Champions, baru pada tahun 2014 eksistensi mereka kembali dengan Juventus yang membawanya.
Spanyol yang Menguasai Sejak Tahun 1955
Kembali pada topik supremasi klub-klub Spanyol di Liga Champions, hal tersebut sebenarnya bukan fenomena baru yang terjadi baru-baru ini saja. Sejak tahun 1955, atau saat Liga Champions (saat itu masih Piala Champions) kali pertama bergulir, dominasi tim asal Spanyol sudah terlihat. Pada lima musim penyelenggaraan awal (1955-1960), Real Madrid adalah raja dengan menyapu bersih gelar juara lima kali secara berturut-turut.
Supremasi Spanyol melalui wakilnya, Real Madrid sempat terhenti, setelah Benfica berhasil menjuarai kompetisi tersebut dua musim berturut-turut pada tahun 1960-1961. Meski begitu dominasi Spanyol masih terlihat, karena dua lawan yang dikalahkan Benfica di partai puncak adalah tim asal Spanyol. Mereka mengalahkan Barcelona 3-2 pada final 1960/1961 dan mengalahkan Real Madrid 5-3 pada final musim berikutnya.
Setelahnya, giliran Italia dengan AC Milan dan Inter Milan yang berjaya pada tahun 1962-1964, kemudian Belanda dengan Ajax Amsterdam dan Feyenoord Rotterdam yang berjaya dari tahun 1969-1973. Setelahnya supremasi dilanjutkan oleh Bayern Muenchen yang naik ke permukaan sebagai penguasa yang mewakili entitas sepakbola Jerman.
Mereka menjadi juara selama tiga tahun berturut-turut pada tahun 1973-1976. Pada akhir tahun 70-an, giliran tim-tim asal Inggris yang merasakan menjadi penguasa kompetisi tersebut. Ada tiga tim yang dari tahun 1977 sampai 1982 secara berturut-turut menancapkan dominasi Inggris dalam daftar juara. Tiga klub tersebut adalah Liverpool, Nottingham Forest, dan Aston Villa.
Setelah dominasi Inggris usai, jarang lagi ada kesebelasan yang bisa juara secara berturut-turut atau mewakili dominasi negaranya di Piala Champions. AC Milan bisa dibilang sebagai tim terakhir yang melakukan back to back juara pada penyelenggaraan tahun 1988/1989 dan 1989/1990. Setelah kompetisi berganti era ke Liga Champions pada tahun 1992 tidak ada lagi klub yang bisa juara dalam dua musim berturut-turut.
Selain itu, perputaran juara di Liga Champions pun terbilang merata, meski memang wakil dari Spanyol-lah yang masih menjadi yang sering mendapatkannya. Setidaknya sebelum masuk ke tahun 2013, wakil Spanyol baik itu Real Madrid, Barcelona, atau klub lainnya tidak pernah bergantian menjadi juara pada dua musim beruntun.
Namun skema tampaknya berubah total pada 2013. Setelah Real Madrid juara musim 2013/2014, satu musim kemudian Barcelona yang mendapat giliran, kemudian dilanjutkan lagi oleh Real Madrid pada dua musim selanjutnya.
Infografis Daftar Juara Liga Champions UEFA – Oleh: Mayda Ersa Pratama
Faktor-faktor
Dominasi wakil asal Spanyol di Liga Champions memang semakin terasa setelah memasuki musim 2013, ada banyak faktor yang membuat begitu perkasanya wakil Spanyol bertarung di kompetisi Eropa. Salah satunya adalah pembinaan pemain muda yang berjalan baik. Banyak klub Spanyol memiliki akademi sepakbola jempolan seperti La Fabrica milik Real Madrid dan La Masia milik Barcelona.
Banyak pemain hebat lahir dari dua akademi tersebut. Lebih bagusnya lagi, federasi mewajibkan semua tim memiliki tim B yang berlaga di divisi Segunda. Mereka adalah pemain-pemain dari akademi mereka. Sehingga tak perlu heran bila para pemain asal Spanyol rata-rata sudah menunjukkan kematangan saat mereka masih terbilang muda.
Selain itu La Liga bisa dibilang sebagai salah satu kompetisi yang paling diminati sebagai destinasi karier bagi pemain berlabel bintang. Lihat saja bagaimana skuat Real Madrid dan Barcelona yang begitu bersinar karena setiap lini tim mereka diisi pemain berkualitas nomor satu di dunia. Hal tersebut yang kemudian membuat kualitas wakil Spanyol, termasuk Atletico Madrid sangat terjaga. Satu hal lain yang lebih krusial adalah pemikiran tim-tim asal Spanyol untuk berprestasi di kompetisi Eropa.
Foto: goal.com
Komentar