Sudah 11 pekan Liga 1 Indonesia 2017 bergulir. Total sudah ada 99 pertandingan yang telah dimainkan kompetisi level utama sepakbola Indonesia itu. Ada banyak hal yang terjadi selama kurang lebih tiga bulan lamanya kompetisi digulirkan.
Paling menarik tentunya melihat adanya tujuh pelatih yang berguguran, baik itu karena dipecat atau memutuskan mundur. Selain soal banyaknya juru taktik yang harus kehilangan pekerjaan saat kompetisi belum usai, Liga 1 juga diramaikan dengan persaingan sengit para kontestan yang bertarung di dalamnya.
Sampai dengan saat ini gap poin para kontestan di Liga 1 masih sangat berdekatan, antara satu peringkat ke peringkat lainnya rata-rata berjarak satu sampai dua poin. Hal tersebut kemudian membuat tabel klasemen Liga 1 hampir selalu mengalami fluktuasi di setiap pekannya.
Bahkan ada beberapa kesebelasan yang pada pekan awal kompetisi konsisten berada di papan atas, justru menunjukkan inkonsistensi penampilan hingga pada pekan ke-11 ini harus terjerembab di papan tengah klasemen, begitu juga sebaliknya.
Meski fluktuasi di tabel klasemen adalah hal yang jamak, namun tidak semua tim mengalaminya. Buktinya adalah PSM Makassar yang dari pekan awal hingga pekan ke 11 kompetisi ini masih stabil di puncak klasemen sementara, dengan 23 poin hasil dari tujuh kemenangan, dua hasil imbang, dan dua laga lainnya berakhir kekalahan.
Melihat hasil setiap pertandingan yang didapat, klub berjuluk Juku Eja itu juga terbilang cukup konsisten. Tim asuhan Robert Rene Albert itu selalu mampu mengganti kehilangan poin mereka di laga sebelumnya dengan kemenangan. Artinya, ketika di pertandingan sebelumnya mereka menderita kekalahan atau hanya mendapat hasil imbang, maka pada berikutnya, Willem Jan Pluim dan kawan-kawan bisa memetik kemenangan.
Selain itu, Pasukan Ramang juga mampu memaksimalkan setiap laga kandang yang dilakoni. Dari total enam laga kandang yang sudah dilakoni, PSM berhasil menyapu bersih keenam laga tersebut dengan kemenangan. Terakhir, mereka sukses mengalahkan Borneo FC 1-0 di Stadion Andi Mattalatta, Senin (19/6).
“Alhamdulillah 3 poin, 11 pekan di puncak klasemen liga Indonesia, menurut saya bukan pencapaian yg mudah .. #ewakopsm,” tulis CEO PSM, Munafri di lini masa twitter pribadinya, beberapa saat seusai timnya meraih kemenangan atas Borneo FC.
Kesebelasan Legendaris dengan Berbagai Pencapaian Membanggakan
PSM memang konsisten sejauh ini, untuk sementara mereka juga menjadi pengumpul poin terbanyak di Liga 1 yang kemudian membuat mereka berada di puncak klasemen sementara Liga 1 Indonesia. Namun belum waktunya untuk menyebut kompetisi bakal menjadi milik PSM.
Meski punya kans yang besar, tapi yang perlu diingat adalah kompetisi baru memasuki pekan ke-11. Artinya kompetisi belum sampai separuh jalan. Sehingga terlalu dini untuk menyebut kata juara bagi satu tim, sementara kesebelasan yang lainnya juga punya peluang yang sama besarnya.
Namun berharap agar PSM bisa menjadi juara di Liga 1 nanti tentu bukanlah hal yang salah, terutama pagi mereka para partisan Pasukan Ramang. Masyarakat Makassar tentu rindu melihat tim kebanggaannya itu meraih juara di sepakbola Indonesia, yang terakhir mereka rasakan 17 tahun silam.
Sejak era Perserikatan, PSM sebenarnya dikenal sebagai salah satu tim paling disegani. Pada medio 1957 hingga 1966, kekuasaan PSM di kancah sepakbola nasional begitu terasa. Empat gelar juara berhasil mereka dapatkan pada enam penyelenggaraan kompetisi (saat itu kompetisi belum rutin diselenggarakan selama satu tahun sekali).
Memasuki tahun 1990, PSM kembali menunjukkan taji sebagai kesebelasan terbaik di Indonesia setelah juara di kompetisi Perserikatan musim 1991/1992. Pada penyelenggaraan Perserikatan terakhir tahun 1993/1994, ambisi besar digaungkan PSM untuk menjadi juara abadi Perserikatan kala itu. Sayang, Persib Bandung yang sejak tahun 50-an menjadi rival mereka menggagalkan ambisi tersebut, karena di laga final Persib berhasil mengalahkan PSM dengan skor 2-0.
Memasuki era Liga Indonesia setahun kemudian, PSM harus kembali gagal memenuhi ambisi juara. Langkah mereka terhenti di babak penyisihan wilayah timur. Saat itu, gelar juara Liga Indonesia 1 diraih Persib Bandung yang mengalahkan Petrokimia Putra 1-0 di partai final.
Pada Liga Indonesia II yaitu tahun 1995/1996 PSM berhasil mencapai partai final. Kembali mereka harus bersaing dengan klub asal Bandung untuk memperebutkan gelar juara. Hanya saja yang menjadi lawan mereka kala itu bukanlah Persib, melainkan Mastrans Bandung Raya (MBR), alumnus Galatama asal Kota Kembang.
Dalam laga final yang digelar di Stadion Utama Senayan, Jakarta itu, Yeyen Tumena dan kawan-kawan harus mengakui keunggulan Bandung Raya dua gol tanpa balas. Saat itu dua gol Bandung Raya dicetak oleh Peri Sandira dan Rafni Kotari.
Bersambung ke halaman selanjutnya, tentang gelar juara pertama PSM dan tahun-tahun setelahnya.
Komentar