Rasa cinta adalah rasa yang sulit untuk dilarang. Ia akan tiba-tiba muncul, meski tidak diinginkan, dan tumbuh bermekaran di dalam jiwa-jiwa manusia. Bentuknya bisa bermacam-macam, dan hal tersebut salah satunya muncul dalam laga Persib melawan PS TNI.
Dalam laga tersebut, PSSI menjatuhkan sanksi kepada bobotoh berupa pelarangan atribut ketika memasuki stadion. Hal ini merupakan imbas dari keributan besar yang terjadi dalam laga Persib lawan Persija pada pekan ke-17 silam, salah satu pertandingan terpanas yang pernah tersaji dalam ajang Liga 1 2017. Pertandingan yang menyisakan kenangan pahit, yaitu meninggalnya seorang bobotoh bernama Ricko Andrean.
Komisi Disiplin PSSI menjatuhkan hukuman kepada Persib berupa larangan kepada bobotoh untuk datang menonton lima pertandingan Persib, terhitung sejak laga melawan Perseru Serui pada 29 Juli 2017, sampai dengan laga melawan Persegres Gresik United pada 20 Agustus 2017. Hal itu berdasarkan surat nomor 060/L1/SK/KD-PSSI/VII/2017 yang diterbitkan oleh PSSI melalui Komisi Disiplinnya.
Namun dalam perjalanannya, sanksi yang dijatuhkan PSSI ini menimbulkan beda persepsi, baik itu dari sisi PSSI maupun dari sisi Persib sendiri. Saat Persib berasumsi bahwa pertandingan masih bisa dihadiri oleh penonton, PSSI tetap bersikukuh bahwa hukuman bagi Persib adalah laga tanpa penonton. Hal ini pun membikin kesimpangsiuran tersendiri, apalagi Persib sempat mengunggah postingan penjualan tiket Persib lawan PS TNI.
"Bobotoh masih boleh mendukung Persib di stadion asalkan tanpa atribut klub," ujar manajer Persib, Umuh Muchtar.
"Itu bukan tanpa atribut, penonton tak boleh masuk. Itu artinya mereka takkan didampingi penonton. Itu yang harus diluruskan bersama. Di web PSSI juga sudah tertera bahwa dilarang untuk pendampingan, maka itu (penonton) tidak boleh memasuki stadion, bukan tanpa atribut," ujar Sekjen PSSI, Ratu Tisha.
Akhirnya, kesimpangsiuran ini pun usai tepat beberapa hari sebelum laga Persib lawan PS TNI dihelat pada Sabtu (5/8/2017). Dilansir dari situs resmi Persib, Ratu Tisha menyebut bahwa pertandingan boleh dihadiri oleh penonton, tapi dengan catatan tanpa atribut. Bobotoh boleh menonton Persib, asal jangan menggunakan atribut ataupun hal-hal yang mengidentifikasikan penonton yang hadir sebagai suporter Persib.
"Implementasi [keputusan Komdis], pertandingan dengan penonton. Akan tetapi, suporter Persib tidak diperbolehkan untuk masuk stadion," ujar Tisha.
"Pada surat Komisi Disiplin PSSI nomor 060/L1/SK/KD-PSSI/VII/2017, sudah ditegaskan, laga tetap dengan kehadiran penonton. Larangan hanya berlaku buat suporter Persib dengan berbagai atribut yang dibawanya," tambahnya.
Tisha pun memaparkan identifikasi dari suporter Persib yang dilarang untuk menonton ke stadion. Identifikasi tersebut, selain tampak dari atribut, bisa dilihat juga dari yel-yel, nyanyian, koreografi, serta bentuk dukungan komunal maupun personal. Jadi, yang boleh hadir ke stadion hanya masyarakat umum yang ingin menonton bola saja.
https://twitter.com/panditfootball/status/893810665902587905
Implementasi nyata berupa pemberian kaos hitam, dan rasa cinta yang masih terlihat
Mengimplementasikan sanksi dari PSSI, panpel Persib pun mengupayakan cara tersendiri agar stadion steril dari hal-hal yang berbau bobotoh, baik itu atribut maupun pernak-pernik yang berbau Persib. Salah satunya adalah menyediakan kaus berwarna hitam bagi para bobotoh yang kedapatan masih memakai atribut.
Jadi, pihak panpel yang berjaga di pintu masuk akan menggeledah para bobotoh yang mengenakan atribut berbau Persib. Jika membawa baju ganti, maka mereka akan disuruh untuk mengganti baju. Sementara itu, jika mereka tidak membawa baju ganti, maka bobotoh akan diberikan kaus berwarna hitam sebagai pengganti atribut yang mereka kenakan dan diambil oleh pihak keamanan.
"Dimohon kepada para penonton yang menggunakan atribut Persib untuk dilepas dan menyimpannya di bagasi motor atau di dalam mobil," ujar salah satu pihak panpel lewat pengeras suara.
Hal ini pun menjadikan Stadion Si Jalak Harupat pada Sabtu (5/8/2017) malam tersebut tampak kehitaman. Hal tersebut merupakan imbas dari kaus hitam yang diberikan oleh panpel, menggantikan segala macam atribut yang disita oleh panpel di pintu masuk stadion. Selain itu, beberapa kursi pun tampak terlihat kosong, karena tidak semua bobotoh datang ke stadion. Total dari 20 ribu tiket yang dijual oleh panpel, hanya 3160 saja yang terjual.
Salah satu sudut sepi di Stadion Si Jalak, tribun utara
Meski sepi, dan juga tidak beratribut, ada satu rasa yang tetap muncul di dada penonton yang hadir di Stadion Si Jalak Harupat pada malam itu. Rasa yang diungkapkan dalam wujud teriakan-teriakan yang menggema, terutama ketika apa yang terjadi di lapangan berhubungan dengan Persib Bandung.
Ketika para pemain Persib memasuki lapangan, sontak para penonton mulai bertepuk tangan. Tiga kali Persib mencetak gol, tiga kali pula para penonton berteriak dan bersorak kegirangan. Ketika pemain Persib dilanggar, sumpah serapah pun keluar. Ketika para pemain PS TNI melakukan hal yang mereka anggap aneh di dalam lapangan, akan mereka teriaki dengan makian.
Memang tidak ada yel-yel seperti biasanya yang muncul dari tribun. Namun, dari segala teriakan, makian, serta tepukan tangan pada malam tersebut, mencerminkan bahwa ada sebuah rasa cinta yang muncul. Rasa cinta ini melebihi sekat-sekat berupa atribut, dan muncul secara tiba-tiba pada malam itu.
Walau penonton tidak mengenakan atribut ataupun hal-hal berbau Persib pada malam itu, tapi tetap teriakan dan makian adalah hal yang tidak bisa dihalangi oleh sesuatu berupa pelarangan atribut semata. Rasa cinta memang adalah rasa yang sulit untuk ditutupi keberadaannya.
Kebahagiaan para penonton usai Persib cetak gol
Siapakah orang yang bersorak sorai saat Persib mencetak gol itu? Sudah pasti bobotoh. Tidak mungkin suporter PS TNI. Lagi pula, kehadiran bobotoh di stadion itu diakui secara tersirat oleh pihak Persib sendiri.
https://twitter.com/persib/status/893453774533951488
Pada 4 Agustus 2017, sehari sebelum pertandingan, akun Twitter resmi milik Persib mengumumkan penukaran tiket untuk member maupun non-member. Siapa member? Ya para bobotoh yang terdaftar secara resmi oleh manajemen Persib. Jadi, secara terang-terangan, secara terbuka, dan tanpa perasaan bersalah, Persib memperlihatkan bahwa mereka telah melanggar larangan.
***
Sanksi dan larangan PSSI adalah sesuatu yang harus diterima. Sebagai otoritas tertinggi sepakbola Indonesia, sudah sewajarnya jika setiap klub yang bernaung di bawahnya harus manut (bukan berarti tak bisa mengkritik) pada setiap keputusan yang PSSI buat. Pun dengan Persib. Bentuk rasa manut ini bisa dilihat dari upaya mereka untuk tetap menjaga stadion steril dari atribut dengan cara memberikan kaus hitam bagi bobotoh.
Tapi, rasa cinta adalah rasa yang tidak terkekang. Mereka akan melayang ke sana ke mari, memasuki hati orang-orang dan menciptakan sebuah ekspresi tersendiri di hati orang yang terhinggapi rasa cinta tersebut. Para penonton, walau dibatasi oleh penggunaan atribut, tetap punya rasa cinta yang begitu dalam. Terkhusus dalam kasus ini, rasa cinta penonton di Jalak Harupat yang begitu besar terhadap Persib.
Namun, selayak rasa cinta yang punya konsekuensi tersendiri, rasa cinta para penonton pada malam itu pun mungkin saja akan membawa Persib pada sebuah kemungkinan tak terduga. Apalagi, Tisha menjabarkan bahwa bentuk dukungan komunal maupun personal merupakan salah satu identifikasi suporter Persib, suporter yang dilarang untuk menonton pertandingan pada Sabtu (5/8/2017) tersebut.
Setidaknya, dari jumlah penonton yang hadir yang hanya mencapai 3 ribu penonton, para bobotoh yang tergabung dalam berbagai firm (entah itu Viking, Bomber atau The Bombs) sangat banyak yang tidak hadir. Tribun timur dan selatan terhitung sepi. Dengan sepinya tribun, mereka, menyatakan secara resmi atau tidak, lebih tahu caranya menjaga kehormatan. Sebab cinta juga mengenal sikap tahu diri dan rasa malu.
Bagaimana dengan (manajemen) Persib yang nama perusahaannya adalah Bermartabat? Punyakah?
Komentar