Simone Zaza telah menjadi kebanggaan baru Valencia dan pendukungnya. Keberadaannya di sana mengingatkan para pendukung Valencia terhadap sosok Marco Di Vai, salah satu pemain Italia yang pernah dielu-elukan mereka.
Valencia memang langsung percaya kepada Zaza setelah dipinjam selama empat bulan sejak dipinjam dari Juventus pada Januari lalu. Dalam kurun waktu tersebut, ia mampu mencetak empat gol dalam 14 pertandingan La Liga 2016/2017. Setelah itu Valencia langsung mengumumkan bakal mempermanenkannya.
Kesebelasan yang bermarkas di Stadion Mestalla itu pun tidak sia-sia mempermanenkannya. Setelah resmi dipermanenkan pada Juli lalu, Zaza langsung membuka partai perdana La Liga 2017/2018 dengan mencetak gol kemenangan ketika mengalahkan Las Palmas dengan skor 1-0.
Zaza semakin membuat sensasi dengan mencetak tiga gol dalam waktu sembilan menit ketika mengalahkan Malaga dengan skor 5-0. Gelontoran golnya itu dicetak pada menit 55, 60 dan 63. Catatan hattrick itu merupakan yang pertama kali dalam karier profesionalnya. Ia pun menjadi pemain Italia ketiga yang pernah mencetak hattrick di La Liga. Dua pemain Italia sebelumnya adalah Chrsitian Vieri (Atletico Madrid vs Real Zaragoza: 1997/1998) dan Christian Rigano (LevantevsAlmeria: 2006/2007).
Zaza pun menjadi pahlawan Valencia setelah mencetak gol kemenangan kesebelasannya ketika mengalahkan tuan rumah Real Sociedad. Golnya pada menit 85 memastikan Valencia menang dengan skor 3-2 di Stadion Municipal de Anoeta. Semakin istimewa karena catatan-catatan itu menjadikannya pemain terbaik La Liga edisi September 2017 mengalahkan Lionel Messi.
https://twitter.com/LaLiga/status/920591150997737473
Saat menerima penghargaan tersebut, Zaza merasa dirinya layak untuk mendapatkannya. Bahkan jika misalnya di akhir musim nanti ia kalah gol dari Messi, ia merasa berhak mendapatkan status pencetak gol terbanyak karena Messi bukan pemain biasa.
"Messi tidak masuk hitungan, jadi jika pada akhir musim saya berada di posisi kedua dalam daftar pencetak gol, saya akan berbicara pada La Liga dan meminta hadiah. Messi adalah pemain yang bisa memenangkan pertandingan sendiri. Saya tidak bisa melakukannya tanpa anggota tim lainnya," katanya seperti dikutip dari USA Today.
Kendati torehan-torehan bagus dan mendapatkan gelar yang istimewa, Zaza tidak dipanggil Giampiero Ventura untuk memperkuat Tim Nasional Italia ketika melawan Makedonia dan Albania dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2018 Rusia zona Eropa. Padahal pada waktu itu Italia sedang membutuhkan penyerang baru atas cederanya Andrea Belotti.
Ventura saat itu justru lebih memilih memanggil Roberto Inglese dari Chievo Verona. Ayah Zaza pun mengungkapkan kekecewaannya terhadap keputusan Ventura. "Kami menghormati keputusan pelatih yang membuat pilihan ini berdasarkan gagasannya. Secara alamiah, Simone tentu kecewa. Banyak hal berjalan dengan baik di Valencia dan seharusnya dia bisa dipertimbangkan," ungkap Antonio Zaza seperti dikutip dari Football-Italia.
Sementara itu, Zaza mengatakan bahwa ia sangat berhasrat kembali membela Italia. Namun ia pun menghargai keputusan Ventura. "Saya harus melakukan lebih banyak lagi dari apa yang telah saya lakukan sekarang. Tidak ada gunanya terus berbicara karena pada akhirnya bukan saya yang mengambil keputusan, jadi saya tetap menurunkan kepala saya dan bekerja keras," tegasnya.
Berbagai Kegagalan yang Membuat Simone Zaza Rendah Diri
Zaza sudah mencetak 7 gol dari delapan pertandingan yang sudah digelar La Liga musim ini. Jumlah itu menjadikannya sebagai pencetak gol terbanyak kedua sementara pada kompetisi tersebut bersama Cedric Bakumbu dari Villarreal. Torehannya itu kalah empat gol dari Messi yang merupakan pencetak gol terbanyak sementara La Liga musim ini.
Bahkan tujuh gol yang sudah diukir Zaza membantu kesebelasannya menempati peringkat dua klasemen sementara La Liga musim ini dengan raihan 18 poin. Menyadari kontribusinya semakin nyata bagi Valencia yang menguntit di bawah Barcelona, Zaza pun merasa kariernya telah semakin membaik. "Valencia benar-benar menjadi titik balik di dalam karier saya dan sekarang, saya memberikan yang terbaik di sini," cetus Zaza seperti dikutip dari Squawka.
Sebelumnya Zaza gagal mencetak gol dalam pertandingan Liga Primer Inggris 2016/2017 bersama West Ham United sehingga kesebelasan itu enggan mempermanenkannya. Dan pilihannya bergabung bersama West Ham pada bursa transfer musim panas 2016 itu adalah salah satu penyesalan Zaza dalam karirnya.
"Dia menyesal bergabung ke West Ham dan tidak akan membuat keputusan itu lagi. Simone masih terpukul soal penalti, ditambah dia tidak bahagia dengan iklim di London dan taktik mantan pelatihnya," ungkap Antonio.
Ya, kegagalannya dalam mengeksekusi penalti pada babak perempat final Piala Eropa 2016 memang terus menghantuinya. Saat itu Zaza merupakan eksekutor penalti kedua ketika menghadapi Jerman. Ia memberikan psycho war dan kuda-kuda sensasional kepada Manuel Neuer. Tapi eksekusinya itu justru melambung jauh ke atas gawang dan menjadi salah satu kegagalan Italia lolos ke babak semi final. Padahal ia menggantikan Giorgio Chiellini agar menjadi salah satu eksekutornya. Kegagalan itu merupakan saat terburuk dalam kariernya.
"Sebenarnya, selama bertahun-tahun saya bukan penendang penalti yang hebat. Tapi dalam latihan tim nasional, saya tidak pernah melewatinya (latihan penalti), jadi saya mengambilnya. Saya tidak bisa tidur lebih dari satu malam. Saya harus berterima kasih kepada kekasih dan orang tua saya, yang dekat dengan saya. Cepat atau lambat, saya akan mengeksekusi penalti lagi," celoteh Zaza.
Tapi saat ini, kariernya telah banyak terbantu oleh Valencia dan tentu saja pelatihnya di kesebelasan tersebut, Marcelino Garcia. Sampai sejauh ini ia bisa membawa Valencia meramaikan perburuan juara La Liga 2017/2018. Tentu tekadnya kembali ke timnas Italia begitu besar dengan pembuktiannya bersama Valencia selama ini.
Kontribusinya itu menunjukkan bahwa sebetulnya Zaza sudah melupakan kegagalan penaltinya pada Piala Eropa 2016. Sekarang, penyerang yang mandul bersama West Ham ini justru tidak bisa berhenti mencetak gol bersama Valencia. Dari situ ia bisa menemukan kembali jalannya ke timnas Italia.
Sumber lain: 101 Great Goals, Daily Mail, HITC, The Sun
Komentar