Away Days yang Semu di Liga Gibraltar

Backpass

by Dex Glenniza 31580 Pilihan

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Away Days yang Semu di Liga Gibraltar

Gibraltar adalah negara yang sangat kecil di Eropa, apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya. Membicarakan betapa kerdilnya sepakbola Gibraltar, selain luas negaranya yang hanya 6,73 kilometer persegi, kita juga biasa merujuk kepada para pemain mereka.

Beberapa pemain mereka memiliki pekerjaan lain karena Liga Gibraltar adalah liga sepakbola amatir. “Kami sukarelawan, bahkan para pemain,” kata Matt Reoch, salah satu pengurus di “stadion nasional” Gibraltar.

Misalnya, penjaga gawang mereka adalah petugas pemadam kebakaran, sementara penyerang mereka adalah petugas pemindahan barang. Gol internasional pertama mereka yang bersejarah bahkan diasis oleh pengacara dan dicetak oleh pak polisi.

Letak dan peta negara Gibraltar (sumber: Google Maps)

“Jika Jerman harus bermain seribu kali melawan Gibraltar, mereka akan menang seribu kali,” tulis media Jerman, Bild, setelah pertandingan Gibraltar melawan Jerman. Bisa dibayangkan seberapa kecilnya Gibraltar.

Hal-hal di atas membuat kita mewajarkan untuk semakin mengkerdilkan Gibraltar. Apalagi negara ini juga baru masuk menjadi anggota UEFA pada pertengahan 2013. Padahal, Gibraltar Football Association (GFA) adalah salah satu asosiasi sepakbola tertua di dunia.

Asosiasi sepakbola Gibraltar berdiri pada 30 November 1895. Saat itu timnas mereka diisi oleh tentara Inggris Raya karena Gibraltar dijadikan markas militer oleh Inggris Raya. Sampai saat ini bahkan Gibraltar masuk ke dalam Inggris Raya (United Kingdom) bersama dengan Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara.

Hanya memiliki satu stadion

Hanya ada 10 kesebelasan di divisi utama sepakbola Gibraltar; sembilan ada di divisi dua, dan ada empat kesebelasan perempuan. Lincoln Red Imps adalah kesebelasan tersukses di Gibraltar dengan 22 gelar juara sampai 2016.

Semua kesebelasan di Gibraltar hanya bermain di satu stadion, Victoria Stadium, dengan kapasitas tidak lebih dari 2000 tempat duduk. Stadion ini memiliki lokasi yang tidak biasa. Di sebelah selatan ada Rock of Gibraltar setinggi 426 meter yang merupakan simbol negara ini. Sebelah barat adalah Marina Bay. Sementara tidak jauh di sebelah utaranya adalah landasan pacu (runway) Gibraltar International Airport.

Pemandangan berturut-turut ke arah landasan pacu Gibraltar International Airport, Marina Bay, Victoria Stadium, Rock of Gibraltar, Selat Gibraltar, dan Maroko (Benua Afrika) di seberang Laut Tengah (sumber: Box to Box Football)

Bukannya pelit. Di negara kecil ini, ketersediaan lahan adalah hal yang langka. Sebagai perbandingan dengan Gibraltar (6,73 km2), negara ini jauh lebih kecil daripada Singapura (719,1 km2) dan Jakarta (661,5 km2), tapi masih lebih besar daripada Monaco (2,02 km2).

Victoria Stadium adalah satu-satunya stadion yang ada di negara yang terletak di bagian selatan Spanyol ini.

Sialnya, stadion satu-satunya ini bukan merupakan stadion nasional bagi tim nasional mereka karena tidak memenuhi standar UEFA, sehingga membuat timnas Gibraltar harus memainkan pertandingan internasional (seperti kualifikasi Piala Dunia atau kualifikasi Piala Eropa) mereka di Estádio Algarve, Portugal, yang berjarak 393 kilometer dari Victoria Stadium.

Meski demikian, stadion ini masih diperbolehkan menyelenggarakan pertandingan persahabatan bagi timnas, serta bagi seluruh kesebelasan di Gibraltar. Di divisi utama misalnya, ada lima pertandingan yang biasa dimainkan dalam waktu lima hari.

“Unik juga, memainkan semua pertandingan di satu stadion,” kata Reagan Lima, pengurus stadion, dikutip dari majalah FourFourTwo edisi Juli 2016. “Kami memiliki sekitar 25 pertandingan dalam satu pekan di atas lapangan itu. Semua pertandingan dari U13 sampai ke atas, banyak sekali.”

“Kami harus memainkan sepakbola tingkat junior di lapangan utama karena kami memiliki masalah di lapangan latihan dekat situ (sebelah utara Victoria Stadium), di mana seringnya bola terpental ke landasan pacu pesawat dan bahkan sampai berada di kolong pesawat. Itu adalah tantangan berada di dekat airport,” kata Lima.

Pemakaian rumput lapangan yang terlalu sering tidak memungkinkan untuk dibarengi perawatan yang maksimal, sehingga mereka menggunakan rumput buatan (sintetis). Itu pun tetap masih membuat lapangan tidak memuaskan. “Pantulan [bola] kadang tidak merata,” kata Lima.

Matt Reoch, yang juga merupakan pengurus Victoria Stadium, menjelaskan jika konsep kandang dan tandang menjadi tidak penting karena semua kesebelasan bermain di stadion yang sama.

“Kesebelasan kandang adalah mereka yang harus menyiapkan bola pertandingan, sementara kesebelasan tandang adalah mereka yang harus berganti seragam jika warnanya tabrakan [dengan kesebelasan kandang],” kata Reoch.

“Kami biasanya tahu siapa kesebelasan kandang dan tandang ketika coin toss. Konsep kandang dan tandang tidak benar-benar diaplikasikan di sini. Misalnya kami memiliki banyak ruang ganti di stadion tapi mereka semua identik (biasanya ada ruang ganti untuk kesebelasan kandang dan tandang),” lanjutnya.

Potensi adanya away days justru karena kegagalan pembangunan stadion baru

Gibraltar sempat berencana membangun stadion kedua yang sesuai dengan standar UEFA sehingga bisa dipakai oleh timnas mereka. Stadion tersebut awalnya direncanakan dibangun di bagian selatan Rock of Gibraltar, menghadap panorama menuju Selat Gibraltar di Laut Tengah.

Nama stadion tersebut adalah Europa Point Stadium (atau Euro Point) dengan kapasitas 10000 penonton, atau sekitar sepertiga dari total jumlah penduduk mereka (32000 jiwa). Dari penduduk sebanyak itu, 10% di antaranya adalah mereka yang secara rutin memakai lapangan Victoria Stadium sebagai pemain sepakbola.

Rencana pembangunan Europa Point Stadium di selatan Gibraltar

Kebutuhan membangun stadion baru menjadi penting bagi Gibraltar karena selama ini mereka menumpang ke Estádio Algarve yang berjarak tempuh 4 jam dari Victoria Stadium jika menggunakan mobil, meski stadion di Portugal tersebut memiliki kapasitas 30000 penonton (artinya jika stadion itu diisi penuh oleh penonton dari Gibraltar, maka negara mereka akan menjadi hampir kosong).

Sayangnya, meski sempat ingin dibantu oleh Michel Platini, rencana pembangunan stadion ini batal karena lahan yang tadinya ingin dibangun Euro Point dikritisi sebagai lahan yang “terlalu berharga” jika hanya dibangun stadion nasional. Lahan tersebut adalah salah satu lahan yang tersisa di Gibraltar yang memiliki pemandangan panorama ke Laut Tengah, Selat Gibraltar, Maroko, dan Spanyol.

Jika Euro Point jadi dibangun di situ, maka hal tersebut akan mengubah profil yang ikonik dari Rock of Gibraltar, dan juga akan membuat masalah kemacetan saat hari pertandingan.

Pada akhirnya GFA memutuskan untuk membeli Victoria Stadium dari pemerintah dan akan merenovasinya menjadi stadion berstandar UEFA. Satu hal yang akan terjadi, renovasi setidaknya akan berlangsung bulanan bahkan tahunan.

Selama itu terjadi, lantas di mana kesebelasan Liga Gibraltar harus memainkan sepakbola mereka? Di saat itu terjadi, kemungkinannya tahun depan (2018), bisa jadi justru akan membuat kesebelasan-kesebelasan di Liga Gibraltar merasakan away days yang sesungguhnya, meski akan sangat boros.

Sumber kutipan dan cerita: FourFourTwo, These Football Times, World Soccer

Sumber gambar fitur: Independent

Komentar