Hal umum bagi politisi untuk menjadi ketua umum asosiasi sepakbola de sebuah negara, termasuk Indonesia. Bagi sebagian masyarakat Indonesia mungkin bermimpi memiliki ketua umum PSSI yang merupakan mantan pemain sepakbola, apalagi yang berstatus sebagai legenda. Keinginan itu wajar mengingat pesepakbola, bukan politisi, adalah orang yang paling mengerti urusan sepakbola.
Di saat Indonesia masih berharap lagi, Kroasia sudah menunjukkan jika pesepakbola legendaris adalah orang yang tepat menjadu ketum asosiasi sepakbola negara. Itu ditunjukkan oleh Kroasia yang dipimpin oleh legenda sekaligus pencetak gol terbanyak mereka, Davor Suker.
Namun yang namanya sepakbola ternyata tak bisa lepas dari politik. Mantan pesepakbola sekalipun perlu menguasai ilmu politik untuk bisa menjadi ketum. Suker juga merupakan contohnya. Itu tidak mudah dan tidak mulus juga. Bahkan kehadiran Suker sebagai ketum menuai banyak kontroversi.
Kontroversi hadir dari awal penunjukkannya, setidaknya pada periode terbarunya sekarang. Pada 22 Desember 2017, di sebuah aula hotel bintang lima yang berlokasi di Zagreb, ibukota Kroasia, digelar kongres HNS (PSSI-nya Kroasia). Agenda pada hari itu adalah memilih Ketua Umum HNS. Suker adalah satu-satunya nama yang ada dalam bursa kandidat.
Mantan pemain Real Madrid ini akhirnya terpilih setelah 48 orang menyatakan “setuju”, tiga orang memilih untuk abstain, dan hanya satu orang yang menolak Suker. Dengan hasil itu, maka Suker berhak memimpin HNS satu periode lagi. Sebelumnya, ia pernah terpilih juga sebagai Ketua Umum HNS pada 5 Juli 2012.
Karier Davor Suker
Davor Suker adalah nama yang tidak asing bagi publik Kroasia. Pria yang lahir pada 1 Januari 1968 ini merupakan top skor sepanjang masa Timnas Kroasia dengan koleksi 45 gol dalam 69 penampilan. Ketika masih aktif bermain, Kroasia meraih prestasi tertinggi sepanjang sejarah dengan menduduki posisi ketiga pada Piala Dunia 1998. Pada ajang itu pula nama Davor Suker melejit karena menjadi top skor Piala Dunia.
Sebelumnya, Suker sudah berhasil membuat geger publik Spanyol. Pada pertandingan debut bersama Sevilla sebagai starter musim 1991/92, ia langsung cetak dua gol ketika melawan Real Sociedad. Sejak hari itu, gol demi gol lahir dari penyerang kidal ini. Tiap kali Suker cetak gol, suporter Sevilla berteriak “Davor-Davor, Suker-Suker!”.
Namun di musim 1996/97, publik Nervion dibuat kecewa karena sang pujaan hengkang ke Real Madrid. Keputusan harus diambil Suker yang sangat ingin meraih trofi. Maklum di Sevilla ia tak mendapat satu pun trofi meski sudah di sana selama lima musim.
Pada musim pertamanya berkostum putih-putih khas Real Madrid, ia langsung meraih trofi La Liga. Pada musim berikutnya, Suker merengkuh trofi Liga Champions. Meski di final melawan Juventus ia baru masuk menit ke-89 menggantikan Predrag Mijatovic.
Total ia bermain untuk Los Blancos selama tiga musim dan telah membukukan 49 gol di segala kompetisi. Setelah itu, Suker yang sudah berkepala tiga memutuskan hijrah ke Inggris. Arsenal dan Aston Villa adalah klub yang sempat menggunakan jasa si kidal. Pada 2003, sang legenda Kroasia memutuskan untuk pensiun sebagai pesepakbola di Jerman saat berkostum 1860 Munich.
Selesai jadi pemain, Suker membangun akademi sepakbola di tanah kelahirannya. Namun alih-alih mengikuti kursus kepelatihan dan mendapatkan lisensi, Suker lebih memilih terjun ke dunia politik. Pada 2010, namanya terdaftar sebagai anggota federasi sepakbola Kroasia dan dua tahun kemudian ia mencalonkan diri sebagai Ketua Umum.
Kontroversi Suker Sebelum Menjadi Ketua Umum
Saat itu Suker dituding menyuap para petinggi HNS bahkan UEFA demi memuluskan langkah politiknya. Maklum ia dekat dengan Zdravko Mamic, seorang milyuner Kroasia yang menjalankan bisnis agen sepakbola. Namun tudingan miring toh berlalu begitu saja setelah ia terpilih menjadi Ketua Umum HNS.
Terpilihnya Davor Suker sebagai Ketua Umum menciptakan sejarah baru bagi HNS. Sejak Kroasia merdeka pada 8 Oktober 1991, mayoritas Ketua Umum HNS berlatar belakang politisi. Baru pada 1999 HNS diketuai oleh mantan pesepakbola. Vlatko Markovic adalah orang pertama itu. Ia pernah menjadi bek Timnas Yugoslavia pada Piala Dunia 1962. Markovic menjabat selama tiga periode (1999-2012).
Pada 15 Mei 2012 petaka muncul. Markovic memilih untuk mengundurkan diri karena sudah sakit-sakitan. Maklum usianya sudah 75 tahun saat itu dan sudah seharusnya menikmati hari tua tanpa tanggung jawab negara. Di sinilah nama Davor Suker muncul untuk menggantikan Vlatko Markovic.
Terlepas dari fakta bahwa Suker adalah legenda hidup sepakbola Kroasia, pria ini juga manusia biasa yang hidup dalam kontroversi. Pada 1996, ia berpose dengan menampilkan senyuman di kuburan mantan pemimpin Ustase (organisasi revolusioner Kroasia) bernama Ante Pavelic di Madrid. Bersama dengan Nazi, organisasi Ustase pernah membantai kelompok minoritas. Suker yang saat itu masih aktif sebagai pesepakbola, sontak mendapat penilaian negatif dari media akibat tidak sensitif terhadap isu kemanusiaan.
Kontroversi Setelah Menjadi Ketua Umum
Saat menjabat sebagai Ketua Umum HNS, Suker juga tidak lepas dari kontroversi. Pada 2015, asosiasi jurnalis Kroasia melayangkan gugatan kepada HNS karena dianggap memberangus kebebasan informasi dan hak profesi jurnalis untuk menggali informasi. Tidak hanya itu, Suker juga digugat telah melakukan tindak kekerasan terhadap seorang jurnalis yang tengah meliput.
Berawal dari sebuah rapat yang diselenggarakan HNS, Suker memerintahkan petugas agar tidak mengizinkan jurnalis masuk ke ruangan. Hal itu mengundang kecaman dari para jurnalis dan sempat terjadi keributan di depan pintu masuk. Suker yang merasa terganggu, keluar dari ruangan dan sempat melakukan kontak fisik dengan beberapa jurnalis. Bahkan dilaporkan oleh N1 Info, Suker merebut ponsel milik jurnalis yang sedang digunakan untuk merekam kejadian. Meski barang itu dikembalikan lagi, tapi tetap saja Suker dianggap telah melecehkan profesi jurnalis.
Setahun sebelumnya, sekitar 30.000 lebih massa turun ke jalan di Split untuk memprotes federasi dan para pemimpinnya. Mayoritas mereka adalah suporter Hajduk Split yang kadung resah dengan tingkah federasi. Isu-isu seperti korupsi di komisi wasit, pengaturan skor, hingga serangan fisik kepada manajemen Hajduk sempat bikin posisi Davor Suker goyang pada waktu itu. Alih-alih membereskan masalah itu, Suker sebagaimana dilaporkan Guardian, malah pergi ke pesta ulang tahun Worawi Makudi yang masih merupakan pimpinan PSSI-nya Thailand.
Setelah jurnalis dan suporter, kini giliran Ivan Perisic yang mengeluh dengan kebijakan Suker. Tepatnya pada Maret 2017, HNS mengagendakan uji tanding ke kandang Timnas Estonia. Namun kualitas lapangan di Estonia tak bagus karena berada di bawah standar UEFA. Alhasil penyerang Kroasia, Marko Pjaca, mengalami cedera ligamen pada pertandingan itu.
“Saya mau kasih saran kepada tuan Suker agar selanjutnya memilih lawan yang punya kualitas dan fasilitas yang memadai. Jika kami terus bermain sepakbola di permukaan yang tidak rata, maka besar kemungkinan kami akan lebih banyak kehilangan pemain,” ujar Perisic sebagaimana dilansir thesefootballtimes.
Jelang keberangkatan ke Brasil dalam rangka menghadapi Piala Dunia 2014, Eduardo da Silva mengungkap ada intervensi dari pihak luar yang berdampak negatif bagi skuat. Meski Suker menolak HNS telah melakukan intervensi, dirinya tidak dapat berkilah bahwa ia dekat dengan Ante Sapina, seorang pengatur pertandingan sepakbola. Media asal Jerman bernama ARB, bahkan merilis foto-foto pertemuan keduanya. Ante Sapina sendiri pernah dipenjara selama lima tahun karena terbukti menyuap pesepakbola dan pejabat yang berwenang.
Target Kroasia di Rusia
Setelah terpilih untuk kedua kalinya sebagai Ketua Umum HNS, Suker memilih fokus ke Piala Dunia 2018 di Rusia. Ia sadar prestasi terbaik Kroasia di turnamen ini hanyalah peringkat ketiga dan torehan itu sudah 20 tahun yang lalu. Suker menginginkan adanya torehan baru yang akan jadi sejarah baru bagi Kroasia. Piala Dunia 2018 di Rusia adalah momentum yang tepat untuk menciptakan sejarah itu.
“Mari kita (Kroasia) tampil sebagus mungkin di Rusia, bergabung dalam kebersamaan dari Kaliningrad ke Rostov, dan berada di Piala Dunia selama mungkin”, kata Suker pada Desember 2017 sebagaimana dilansir dari Total Croatia.
Mengingat Suker adalah Ketua Umum HNS, maka keinginannya bisa jadi sebuah target yang dibebankan kepada Luka Modric dan kolega. Beberapa bulan setelah pernyataan itu, Suker dibuat sumringah karena Kroasia berhasil masuk ke final. Prestasi itu tidak hanya melampaui torehan Piala Dunia 1998, tetapi juga memenuhi target sang Ketua Umum. Kroasia bersama dengan Perancis, adalah dua tim yang paling lama berada di Rusia. Kerja keras mengantarkan mereka ke partai puncak.
Terlepas dari kontroversi yang pernah dilakukan Davor Suker, ia adalah legenda hidup sepakbola Kroasia. Mungkin penampilannya di luar lapangan tidak sebaik di lapangan, tetapi justru di bawah kepemimpinannya, Kroasia berhasil melaju hingga partai final untuk pertama kali sepanjang sejarah.
Komentar