Saat Kaká mendapatkan gelar FIFA World Player of the Year pada 2007, Lionel Messi berada di peringkat kedua, sementara Cristiano Ronaldo di peringkat ketiga. Selama 10 tahun berikutnya, tidak ada pesepakbola lain yang mendapat gelar pemain terbaik dunia selain Messi dan Ronaldo.
Namun pada The Best FIFA Football Awards 2018, Luka Modric berhasil menghentikan "tradisi" itu. Ia menjadi pemain terbaik dunia setelah pada 2018 berhasil membawa Real Madrid menjadi juara Liga Champions UEFA, serta membawa Tim Nasional Kroasia ke final Piala Dunia.
Dari mulai masih bernama FIFA World Player of the Year (1991-2009), FIFA Ballon d’Or (2010-2015), sampai The Best FIFA Men`s Player (sejak 2016), Messi dan Ronaldo sama-sama memenangi 5 gelar.
Kecuali 2010, keduanya bahkan selalu menjadi dua teratas. Kebetulannya, 2010 itu menjadi satu-satunya penghargaan Ballon d’Or yang dinilai tidak layak. Pada 2010, Messi menempati peringkat pertama, Andrés Iniesta kedua, dan Xavi Hernández ketiga, dengan Ronaldo keenam.
Padahal selain keempat nama di atas, Wesley Sneijder dianggap lebih layak karena berhasil meraih trigelar (Serie A Italia, Coppa Italia, dan Liga Champions) bersama Internazionale Milan. Sneijder juga membawa Timnas Belanda ke final Piala Dunia 2010. Belanda kalah dari Spanyol, di mana Iniesta dan Xavi bermain.
Jika pada 2010 Messi dinilai tidak layak, apakah Modric layak menjadi pemain terbaik dunia pada 2018? Tentu saja layak.
Banyak yang berkata jika Messi adalah alien sementara Ronaldo adalah robot. Maka dari itu, sebelum 2018, Kaká menjadi manusia terakhir yang menjadi pesepakbola terbaik dunia.
Baca juga: Saat Brasil (Tidak Lagi) Mendominasi Penghargaan Pemain Terbaik
Dengan Modric berhasil menjadi pemain terbaik dunia, apakah kemudian dominasi “alien” dan “robot” berakhir? Apakah ini saatnya “manusia” kembali menjadi yang terbaik? Apakah era Messi dan Ronaldo sudah habis?
Faktor Usia dan Juara Dunia
Menyimpulkan ini adalah akhir dari Messi dan Ronaldo memang terlalu terburu-buru. Oleh karena itu mari kita lihat dari beberapa aspek. Pertama dari aspek usia.
Pada saat Modric menjadi pesepakbola terbaik 2018, Messi sudah berusia 31 tahun dan Ronaldo 33 tahun. Melihat karakteristik umum pesepakbola, usia 30-an adalah usia yang sudah melewati puncak. Wajar jika permainan Messi dan Ronaldo mulai menurun.
Akan tetapi Modric sendiri berusia 33 tahun. Jadi dari sini, faktor usia bukan menjadi kunci.
Selanjutnya ada faktor prestasi. Meski sepakbola adalah olahraga tim, satu pemain bisa memiliki pengaruh yang besar. Dalam hal ini, secara rasional pesepakbola terbaik adalah mereka yang paling bisa membawa kesebelasan mereka berprestasi.
Lantas apa prestasi tertinggi sepakbola sebagai tim? Secara umum adalah Piala Dunia. Namun Piala Dunia dilaksanakan empat tahun sekali.
Baca juga: Piala Dunia 2018 Bukan untuk Pemain Terbaik Dunia
Romário (1994), Zinedine Zidane (1998), Ronaldo Luís Nazário (2002), dan Fabio Cannavaro (2006) adalah pemain yang mendapatkan gelar pesepakbola terbaik setelah mereka menjadi juara dunia.
Hanya 2010, 2014, dan 2018 yang pesepakbola terbaiknya bukan merupakan juara dunia; itu pun karena sudah masuk era Messi-Ronaldo, di mana Messi dan Ronaldo belum pernah menjadi juara dunia. Mengingat usia mereka, Piala Dunia 2018 dinilai sebagai Piala Dunia terakhir bagi Messi dan Ronaldo. Jadi, apakah dengan demikian era Messi dan Ronaldo sudah habis?
Prestise Menjuarai Liga Champions UEFA
Tunggu dulu. Selain Piala Dunia, juga ada piala dengan level konfederasi seperti Piala Eropa, Copa América, Piala Asia, dan Piala Oseania yang diselenggarakan empat tahun sekali, serta Piala Afrika dan Piala Emas yang diselenggarakan dua tahun sekali. Rivaldo (1999), Zidane (2000), dan Ronaldo (2016) adalah contoh pesepakbola terbaik yang merupakan juara konfederasi.
Kemudian selain itu semua dan juga liga serta piala domestik masing-masing, ada satu kejuaraan yang spesifik dianggap sangat prestise, yaitu Liga Champions UEFA (bukan Liga Champions benua lainnya atau Copa Libertadores).
Hal ini senada dengan prestise Eropa—misalnya Inggris, Spanyol, Italia, dan Jerman— sebagai tujuan mainstream para pesepakbola. Para pemain terbaik dunia lebih sering bermain di Eropa; tak sedikit juga yang menjadi juara Liga Champions, salah satunya tentu Modric.
Dari itu semua, sudah jelas pesepakbola terbaik adalah mereka yang umumnya memiliki minimal salah satu dari kategori ini: juara dunia, juara benua, bermain di Eropa, atau juara Liga Champions Eropa.
Namun itu semua tak menjawab apakah ini merupakan akhir era Messi dan Ronaldo, sehingga kita bisa melihat benang merah dari itu semua.
Pemain Terbaik Dunia Bermain di Barcelona atau Real Madrid
Setidaknya sampai 2018 ini, ada satu pola yang bisa menentukan apakah pemain tersebut bisa menjadi yang terbaik di dunia atau tidak: faktor kesebelasan. Sejak 2009, pemain terbaik dunia selalu berasal dari Barcelona atau Real Madrid.
Bahkan sejak FIFA World Player of the Year 2001, hanya 9 kali pesepakbola terbaik dunia tidak berasal dari Barcelona atau Real Madrid; tambah tiga lagi jika memasukkan Ronaldo Luís Nazário (PSV Eindhoven dan Barcelona pada 1996; serta Inter dan Real Madrid 2002) dan Cannavaro (Juventus dan Real Madrid 2006).
Dua pemain terbaik terakhir yang tak berasal dari Barcelona atau Real Madrid adalah Kaká (AC Milan, 2007) dan Cristiano Ronaldo (Manchester United, 2008), meski pada akhirnya kedua pemain tersebut pindah ke Real Madrid.
Sejak 1991, hanya Lothar Matthäus, Marco van Basten, Roberto Baggio, dan George Weah yang merupakan pemain terbaik yang tak pernah bermain di Barcelona atau Real Madrid. Sisanya pasti pernah bermain baik di Barcelona maupun Real Madrid, seperti misalnya Zidane (Juventus, 2000).
Baca juga: Hanya Ada Tiga Kesebelasan Terbaik Dunia
Hal ini secara tidak langsung membuat Barcelona dan Real Madrid sudah dianggap sebagai dua kesebelasan terbaik dunia. Dengan bermain di Barça atau Real, tentu akan memudahkan seorang pemain untuk mendapatkan gelar pesepakbola terbaik dunia. Tak kebetulan akhir Messi-Ronaldo dibarengi dengan kepindahan Ronaldo ke Juventus, bukan?
Penentu Pesepakbola Terbaik Dunia adalah Para Voter
Dari tadi kami hanya membahas faktor yang menjadi pengacu, tapi bukan penentunya. Dalam setiap pemilihan pesepakbola terbaik dunia, yang menentukan secara langsung bukan prestasi atau kesebelasan mereka, melainkan voter.
Kapten, kepala pelatih, dan perwakilan media dari masing-masing negara anggota FIFA dipersilakan memilih tiga pemain terbaiknya. Pilihan pertama mendapat 5 poin, pilihan kedua 3 poin, dan pilihan ketiga 1 poin. Total dari poin itu semua yang menentukan siapa pemain terbaiknya. Ini sepertinya terlihat adil.
Hasil pemilihan tersebut yang menentukan siapa pemain terbaik pada tahun itu. Modric mendapatkan 29.05% suara pada 2018, Ronaldo 43.16% pada 2017, dan Messi 41.33% pada 2015. Persentase suara tertinggi diraih Messi pada 2011 dengan 47.88%.
Selera kapten, kepala pelatih, dan perwakilan media dari setiap negara tentu berbeda. Untuk 2018 ini, kita bisa melihatnya pada dokumen ini. Setiap tahun pihak penyelenggara membuka dokumen daftar pilihan para pemilih ini, sehingga proses pemilihan juga dinilai tak ada “main mata”.
Pada dokumen tersebut, bisa dilihat jika Messi (Kapten Argentina) memilih Modric, Kylian Mbappé, dan Ronaldo sebagai pemain terbaik versinya. Lars Olsen, Pelatih Kepulauan Faroe, memilih Ronaldo, Modric, dan Mbappé. Triono Subagyo, perwakilan media dari Indonesia, memilih Modric, Antoine Griezmann, dan Ronaldo.
Setiap pemilih (voter) memiliki selera dan preferensinya sendiri. Kapten, pelatih, dan perwakilan media dari Mesir misalnya, yang memilih Mohamed Salah sebagai pemain terbaik pertama pilihan mereka. Mengesampingkan layak atau tidak layak, wajar dong kalau orang Mesir memilih pemain Mesir.
Luis Milla juga sempat dituduh sebagai Cules (fans Barcelona) pada 2017 karena memilih Messi, Neymar, dan Iniesta sebagai pemain terbaiknya.
Jangan salahkan kapten, pelatih, dan perwakilan media dari negara-negara jika mereka memilih pemain berdasarkan selera mereka masing-masing, yang umumnya memang berisi para pemain Barcelona atau Real Madrid. Secara tidak langsung, lagi-lagi, ini menjelaskan jika kebanyakan orang (termasuk para kapten, pelatih, dan perwakilan media) menyukai Barcelona atau Real Madrid.
Jadi kesimpulannya, apakah ini merupakan akhir era Messi dan Ronaldo? Secara tidak langsung, iya. Namun melihat pola-pola dan proses pemilihan di atas, kami berani berspekulasi jika era Messi dan Ronaldo belum benar-benar berakhir selama mereka masih viral.
Komentar