Kesebelasan-kesebelasan Premier League berpotensi kehilangan uang sponsor media sejumlah 1,12 juta euro (sekitar 17,5 miliar rupiah) per pertandingan karena menjamurnya streaming ilegal daring (online).
Temuan ini didapatkan dari penelitian GumGum Sports yang bermitra dengan MUSO, otoritas pembajakan digital, atas perintah sebuah kesebelasan Premier League yang tidak disebutkan namanya.
“Kesebelasan dan sponsor tidak pernah dapat mengukur eksposur media dari streaming yang tidak sah, yang selama bertahun-tahun berjumlah miliaran dolar dalam nilai yang belum direalisasi,” kata Wakil Presiden Kemitraan dan Strategi GumGum Sports, Jeff Katz.
“Pemilik hak siar olahraga sekarang sadar fakta bahwa mereka meninggalkan uang sponsor di atas meja dengan tidak mengukur, memahami, dan mendapatkan wawasan dari petonton [siaran] bajakan,” kata Andy Chatterley, Pendiri dan Kepala Eksekutif MUSO.
Menurut studi di atas, jumlah rata-rata penonton satu pertandingan Premier League adalah 7,1 juta dari 149 negara. Studi tersebut menunjukkan Tiongkok sebagai pasar penonton bajakan terbanyak, sekitar satu juta penonton per pertandingan.
Kemudian setelah Tiongkok, streaming ilegal juga bermekaran di Vietnam, Kenya, India, dan Nigeria. Jika melihat persentase pengakses streaming ilegal dari semua konten (bukan hanya siaran sepakbola), Indonesia menempati peringkat keempat dunia setelah Kolombia, Meksiko, dan Ukraina.
Rahim Berbagai Macam Virus
Kalau dibandingkan dengan pemasukan kesebelasan secara keseluruhan, jumlah 1,12 juta euro per pertandingan (atau sekitar 42,9 juta euro per musim) memang tidak seberapa.
Mari ambil contoh Manchester United. Menurut Deloitte Football Money League 2019, United berada di peringkat ketiga di bawah Real Madrid dan FC Barcelona. Total pendapatan Setan Merah adalah 666 juta euro (angka yang mencerminkan setan banget) atau lebih dari 10 triliun rupiah; alias dua kali lipat utang luar negeri Indonesia tahun ini.
Jadi secara banal, kesebelasan bisa menyalahkan para penonton streaming ilegal jika pada jendela transfer mereka tak mampu membeli pemain andal. Agar kontekstual, 42,9 juta euro pada musim ini kurang lebih bisa dipakai untuk membeli Sébastien Haller.
Namun itu, kan, kerugian untuk para kaum kapitalis; mulai dari pihak kesebelasan, sponsor, sampai pemegang hak siar. Duit mereka pada dasarnya memang banyak. Padahal, bukan hanya mereka yang mengalami kerugian materiel, penonton streaming ilegal juga rugi.
Akses ke streaming ilegal lekat hubungannya dengan keamanan perangkat (komputer, laptop, gawai, dll). Bahaya ini berasal dari iklan-iklan pop-up dan jebakan download. Dengan mengeklik iklan-iklan muslihat, pengakses sedang membuka perangkat mereka untuk dimasuki virus (ransomware, trojan, cryptomining, dll).
“Situs streaming ilegal secara efektif tidak cukup terlindungi. Karena tidak punya waktu, sumber daya, dan kesadaran akan masalah keamanan siber, platform ini adalah taman bermain yang disukai untuk tindakan jahat”, kata Adrien Brochot dari Stormshield.
Menurut laporan asosiasi profesional keamanan internet, 97% dari platform ini pada kenyataannya terinfeksi. Lebih jauh, peringatan kepada pengguna konten bajakan dari Federation Against Copyright Theft (FACT), agen Inggris terhadap pembajakan audiovisual, jelas tertulis (dengan tanda seru pula): “Anda 28 kali lebih mungkin terinfeksi oleh perangkat lunak berbahaya ketika menggunakan streaming ilegal!”
Baca juga: Kalau Ada Streaming Ilegal yang Gratis, Kenapa Harus Bayar?
Ancaman bahkan lebih besar jika streaming dilakukan oleh karyawan perusahaan yang menggunakan perangkat kantor mereka untuk menonton siaran streaming ilegal melalui situs ilegal.
Sudah menjadi rahasia umum jika banyak karyawan yang menonton film, serial, atau siaran olahraga bajakan (termasuk siaran ulang dan highlights) saat jam kantor, istirahat makan siang, serta jam lembur. Karyawan jauh lebih mungkin untuk memudahkan virus menginfeksi server atau jaringan perusahaan mereka.
Teknik cybercriminal menyebar melalui situs streaming ilegal. Pengakses dapat terkena tindakan phishing dengan masuk ke situs streaming yang terlihat persis sama dengan situs asli (desain, tipografi, dan alamat yang sama atau bahkan identik). Tipuan itu akan mencoba mencuri data pribadi pengakses.
Kemudian dengan mengakses streaming gratis atau aplikasi peer-to-peer, pengakses dapat mengekspos komputernya terhadap intrusi malware atau perangkat lunak cryptomining, tindakan yang bertujuan menggunakan perangkat tanpa sepengetahuan penggunanya untuk menghasilkan cryptocurrency.
Risiko lain yang tidak boleh diabaikan adalah penggunaan Flash player, yang sebenarnya sekarang sudah mulai langka. Berbagai kekurangan yang ditemukan pada pemutar multimedia ini diketahui memungkinkan peretas jahat untuk menginfeksi perangkat pengakses. Peretas kemudian mengirim spam ke pengguna internet lain, atau bahkan mencuri dokumen atau menginstal ransomware.
Ada hal yang lebih licik, yaitu teknik yang membuat pengakses mengeklik pop-up yang menghasut pengakses untuk mengunduh perangkat lunak keamanan.
“Prinsipnya pintar,” kata Paul Fariello, Peneliti Keamanan di Stormshield. “Pesan-pesan kesalahan palsu ini membuat Anda percaya bahwa Anda memiliki masalah teknis dan menghasut Anda untuk mengunduh antivirus”.
Terakhir, ada garis tipis antara streaming dan pengunduhan. Beberapa aplikasi streaming bahkan menyarankan pengunduhan episode atau program di perangkat pengguna. Dalam hal ini, pengguna harus sangat berhati-hati karena seringkali file yang akan diinstal di perangkat mungkin berisi program jenis adware atau downloader. Semua jenis malware bisa masuk dari situ.
Mencederai Sportivitas Versi Penonton
Jika kesadaran untuk berkontribusi pada keberlanjutan industri sepakbola tak cukup membuat hati para penonton tergerak, sebenarnya penonton streaming ilegal juga bisa terpapar banyak kerugian materiel dengan meneruskan kebiasaan ini.
Selain kerugian-kerugian di atas, mengakses streaming ilegal tentunya melanggar hukum. Itu artinya, pengakses bisa dengan mudah dikriminalisasi.
Bagi Premier League, mereka merupakan liga domestik yang paling rawan menjadi korban streaming ilegal. Itu karena Premier League adalah liga yang paling banyak ditonton di dunia.
Ketika olahraga menjunjung sportivitas, streaming ilegal malah mencederai nilai luhur tersebut. Banyak bahaya dan kerugian yang berdampak dari akses streaming ilegal. Oleh karena itu, penonton Premier League sebaiknya mulai mengakses siaran—terutama pertandingan—dari pemegang hak siar resmi.
Komentar