Piala AFF 2020 yang berlangsung sejak 5 Desember 2021 masih dalam tahap fase grup. Per 13 Desember, baru 12 pertandingan berjalan. Tapi sudah ada dugaan akan match-fixing yang melibatkan Tim Nasional Laos. Lewat Twitter, @RabonaMike, Laos diklaim telah mengatur pertandingan sendiri.
Dari tiga kekalahan yang ditelan Laos, dugaan itu muncul di dua pertandingan terakhir, yakni melawan Malaysia (0-4) dan Indonesia (1-5). Dari catatan @RabonaMike, Laos harus kebobolan dua gol di babak kedua saat bentrok dengan Malaysia. Hal tersebut terlihat jelas saat pergantian dua pemain Thim Xad -julukan Laos- di paruh kedua.
Aphixay Thanakhanty dan Kaharn Phetsivilay, dua pemain yang masuk pada awal babak kedua terlihat ikut berperan dalam gol-gol Harimau Malaya. Keduanya nampak kompak membiarkan umpan-umpan terobosan masuk ke daerah sendiri dan membuat tim mereka kebobolan dua kali.
Ini bukan pertama kalinya @RabonaMike menduga laga Malaysia melawan Laos dinodai match-fixing. Pada Piala AFF 2018, dua pemain yang sama juga disebut telah sengaja membuat Laos kebobolan dua gol di lima menit akhir pertandingan. Kala itu, Laos kalah 1-3 dari Malaysia.
Aphixay dan Kaharn juga melakukan kesalahan pada pertandingan melawan Indonesia. Aphixay yang baru masuk di pertengahan babak pertama ketika itu menjaga tiang dekat bersama Kaharn. Lalu, bola lambung masuk dari sisi kiri pertahanan mereka. Dedik Setiawan dan Irfan Jaya bergerak menyambut bola, bergerak di belakang kedua bek Laos tersebut, namun tidak satupun sadar akan pergerakan penyerang-penyerang Indonesia. Ketika sadar, bola sudah didorong masuk oleh Irfan Jaya.
Akan tetapi, menurut @RabonaMike, pemain yang harus dicermati saat Indonesia bukanlah kedua bek itu, melainkan penjaga gawang Solasak Thilavong. Sama seperti dua kompatriot-nya di lini belakang Tim Nasional Laos, Solasak juga pernah dicurigai terlibat match-fixing pada Piala AFF U19 2019.
Solasak masuk sebagai penjaga gawang pengganti tepat setelah turun minum. @RabonaMike pun melihat pergantian ini adalah langkah untuk menyesuaikan pasar taruhan. Berdasarkan pasaran rumah judi, Indonesia memberikan handicap sebanyak 3.75 gol kepada Laos sebelum laga dimulai. Artinya, para petaruh butuh Indonesia menang dengan selisih empat gol untuk mendapatkan keuntungan. Sementara, skor saat itu skor masih 2-1. Indonesia unggul, tapi hanya dengan satu gol.
Bursa juga memberikan batas perkiraan total gol atau yang biasa disebut over/under di angka 5,5. Untuk mendapatkan keuntungan dari over butuh enam gol atau lebih. Sedangkan untuk meraup keuntungan dari under, maksimal hanya boleh tercipta lima gol dalam pertandingan tersebut. Biasanya angka batas total gol mengikuti keadaan di lapangan. Semakin banyak gol, angka biasanya batas akan ditinggikan. Tapi untuk laga kali ini, dengan total tiga gol yang tercipta di babak pertama, batas tidak bergerak.
Pergerakan justru terjadi di handicap, dari 3,75 sebelum pertandingan dimulai menjadi 1,5 untuk babak kedua. Artinya, jika ada petaruh yang baru bermain pada babak kedua dengan skor 2-1, mereka butuh Indonesia untuk mencetak setidaknya dua gol lagi untuk meraih keuntungan.
Witan Sulaeman menambah keunggulan Indonesia menjadi 3-1 pada menit ke-56 atau tak sampai 10 menit dari sejak Solasak ada di bawah mistar. Pada menit ke-68, Salosak mengalami gangguan di bagian paha dan memaksa laga untuk berhenti sementara waktu. Hal ini disebut @RabonaMike sebagai sinyal bahwa dia akan menyesuaikan kondisi di lapangan sama dengan pasar taruhan di awal pertandingan.
Laga berakhir dengan skor 5-1 untuk kemenangan Indonesia. Artinya, Evan Dimas dan kawan-kawan meloloskan handicap yang dipasang rumah judi pada awal pertandingan. Solasak kebobolan tiga kali sejak pertama masuk sebagai penjaga gawang pengganti, membuat pertandingan berakhir dengan enam gol atau over 5.5.
Angka dari rumah judi ditambah gerak-gerik pemain Laos di atas lapangan menjadi indikasi tersendiri untuk @RabonaMike. Sejauh ini, semua masih dugaan. Tidak ada pernyataan resmi dari AFF terkait pengaturan pertandingan. Namun, bagaimana sebenarnya ciri-ciri pemain yang terlibat main mata saat bertanding?
Baca Juga: Bagaimana Mafia Menjalankan Match Fixing?
Ciri-ciri Pemain yang Diatur
Hal itu pernah ditulis Declan Hill dalam bukunya, "The Fix Soccer and Organized Crime". Hill menerangkan pemain di setiap posisi yang terlibat match-fixing. Penjaga gawang yang terlibat match-fixing akan gesit meninggalkan pos. Dengan abai, sang kiper maju sampai kurang lebih satu meter dari posisi seharusnya. Hal ini terlihat ketika Solasak menghampiri Evan yang membawa bola, alih-alih menjaga gawang, ia ragu-ragu mengawal bola, bergerak maju-mundur sekalipun Evan sudah berada di hadapannya.
Strategi match-fixing semakin mulus dengan peran pemain bertahan. Ketika terjadi serangan ke arah bek tengah, bek sayap enggan membantu. Begitu pula sebaliknya, bek tengah tidak membantu bek sayap ketika ditekan lewat sisi. Terlihat ketika Aphixay mencoba merebut bola dari Irfan Jaya, tidak ada bala bantuan diterimanya. Alhasil bola bisa diumpan ke Witan yang leluasa melakukan penetrasi dan cetak gol.
Hill menegaskan pengaturan pertandingan akan berjalan sesuai rencana jika lini tengah terlibat. Kemungkinan keterlibatan gelandang akan lama menguasai bola, padahal peluang terbuka lebar. Ketika lama menguasai bola, bola yang mereka kirimkan gelandang tersebut juga akan menyulitkan kawan dan memudahkan lawan mengkonversi gol.
Sementara di lini serang, Laos hanya menciptakan tiga tendangan, hanya satu yang mengarah ke gawang Indonesia. Jika merujuk ke pernyataan Hill, ketika penyerang dapat bola tidak dieksekusi dengan akurat atau tepat. Bahkan lini serang juga sering menghindar dari bola agar lawan mudah mengambil kembali penguasaan.
Laos Lekat dengan Match-fixing
Piala AFF 2020 bukan kali pertama Laos diduga terlibat match-fixing. Dekade 2010, Laos sudah tiga kali divonis atas kecurangan di level Asia. Pada 2016, saat melawan Sri Lanka, Laos divonis mengatur pertandingan oleh AFC. Sanksi jatuh kepada empat pemain: Saynakhonevieng Phommapanya, Chintana Souksavath, Moukda Souksavath dan Phatthana Syvilay dilarang bertanding selama 60 bulan.
Baca juga: Laos: Satu Kemenangan pun Berarti
Berselang satu tahun kemudian, Kiper Thipphonexay Inthavongsa dinilai sengaja membiarkan gawang-nya kebobolan hingga empat gol saat laga kontra Hong Kong. Ia diganjar hukuman larangan ikut serta di sepakbola seumur hidup pada 2020.
Seakan tidak berkaca dengan masa lalu, Laos kembali terlibat match-fixing, bahkan yang satu ini lebih parah. Partai Laos vs Kamboja dihujani kecurangan oleh 22 pemain dan perangkat klub; 15 di antaranya adalah pemain Laos. Semua pihak yang terjerembab dihukum larangan berpartisipasi dalam sepakbola selamanya.
Komentar