Pada 3 Maret 2022, akan dikenang sebagai hari paling buruk bagi suporter Chelsea. Lewat pernyataan resmi, Roman Abramovich memutuskan akan menjual Chelsea setelah tekanan demi tekanan yang dilayangkan Pemerintah Inggris.
Pemerintah Inggris mengklaim Roman terlibat dalam pusaran rezim Presiden Rusia, Vladimir Putin. Militer Rusia, atas perintah Putin, tengah menginvasi Ukraina. Dalam dua pekan terakhir ini, Militer Rusia berusaha menguasai negara pecahan Uni Soviet itu.
Dengan berat hati, Roman pun memutuskan melepas semua aset yang berada di Inggris, termasuk Chelsea. Beberapa miliarder mancanegara, dari Turki, Swiss, Amerika Serikat, sampai Inggris telah menyatakan ketertarikan untuk mengakuisisi Chelsea dari tangan Roman.
Meski demikian, hanya berselang hitungan hari, niat Roman menjual Chelsea lebih dulu dijegal Pemerintah Inggris. Lewat rilis Pemerintah Inggris, tujuh oligarki asal Rusia termasuk Roman, dijatuhi sanksi pembekuan aset. Dalam artian, Roman tidak bisa menjual Chelsea ke pihak domestik Inggris.
Selain itu, Roman juga dilarang masuk ke wilayah teritori Inggris. Pria keturunan Israel itu sebenarnya telah dihalang-halangi untuk menetap saat agen intelijen Inggris dibunuh di Rusia. Pada 2018, Roman butuh waktu lama dalam pengajuan visa menetap di Inggris.
Bagi suporter Chelsea, kehilangan Roman sama saja meruntuhkan dominasi The Blues di kompetisi domestik dan Eropa. Sejak Roman mengakuisisi 19 tahun lalu, Chelsea telah merengkuh 21 gelar; termasuk trofi Liga Champions yang tidak terbayangkan bisa diraih.
Selain prestasi, bagaimana jika kepergian Roman berdampak buruk terhadap identitas Chelsea itu sendiri?
Bagaimanapun, identitas Chelsea cukup mustahil untuk diganti. Hal itu berkat kehadiran Chelsea Pitch Owners (CPO) yang memiliki sebagian saham Chelsea. Dalam artian, CPO berhak menetapkan semua keputusan yang dibuat oleh manajemen klub asal London itu.
CPO punya andil saat Roman akan membeli Stadion Stamford Bridge pada 2012 lalu. Saat itu, Roman meraih 61,1% suara untuk memutuskan mengambil alih markas Chelsea. Sementara CPO telah menetapkan syarat, bahwa semua kebijakan yang diambil manajemen Chelsea, harus memenuhi batas suara 75%.
Ketua CPO, Bruce Buck mengatakan CPO telah menolak keinginan Roman mengambil alih Stamford Bridge. Meski begitu, lanjut Buck, Roman tetap bersikeras untuk menindaklanjuti keputusan tersebut lewat pemungutan suara.
“Kami selalu tahu, bahwa mendapatkan 75% suara akan sangat sulit. Itu adalah hal lumrah dalam pemungutan suara,” ungkap Buck kepada The Guardian.
Bahkan, CPO juga menolak keras ketika Chelsea bergabung dengan agenda Super League pada 2021. Jika Chelsea tetap bergabung dengan turnamen, CPO tidak segan untuk mengusir Chelsea dari Stamford Bridge.
Bagaimanapun, CPO telah memiliki hak paten kepemilikan Stamford Bridge dan Chelsea sejak 1997 hingga 199 tahun ke depan. CPO telah menyelamatkan The Blues dari pemilik Stadion Stamford Bridge.
CPO telah punya kuasa sejak era Ken Bates, pemilik Chelsea 1980-an, yang membutuhkan biaya besar untuk stadion klub. Saat itu, Bates diminta segera memindahkan Chelsea dari Stamford Bridge karena stadion akan segera diubah menjadi perumahan.
Bates pun mencoba meminta bantuan dana ke suporter Chelsea. Suporter Chelsea setuju, dan memberikan uang hasil penggalangan dana ke Bates. Berkat uang dari suporter, Bates resmi mengakuisisi Stamford Bridge, setelah sebelumnya hanya menyewa.
Dari situ, suporter The Blues berhak atas kepemilikan sebagian saham Stamford Bridge, hak paten nama Chelsea, dan kebijakan-kebijakan Chelsea mulai 1997 sampai 199 tahun ke depan. Hingga kini, para pemilik saham dikenal dalam organisasi CPO.
Peminat Chelsea
Roman memang telah mendapat sanksi tidak bisa menjual Chelsea ke tangan orang Inggris. Namun, setidaknya pria berusia 55 tahun itu masih punya opsi untuk menjual kepada pihak di luar Inggris.
Sejauh ini, Chelsea diminati oleh miliarder asal Swiss, Amerika Serikat, sampai Turki. Menurut The Independent, miliarder Swiss Hansjorg Wyss adalah orang pertama yang berminat untuk mengakuisisi Chelsea selepas Roman menyatakan akan menjualnya.
Wyss merupakan mantan pengusaha alat medis yang diproduksi lewat perusahaan multinasional bernama Synthes sejak 1970-an. Lewat perusahaannya Synthes, pria berusia 87 tahun itu memiliki kekayaan mencapai 6,1 Miliar Dollar.
Miliarder Swiss itu bukan pemilik asli Synthes. Saat itu, Wyss memberikan sebuah pesawat kepada salah satu dari empat pendiri perusahaan alat medis itu. Akhirnya, ia ditunjuk sebagai pendiri dan juga Presiden Synthes cabang AS pada 1974. Bahkan berkat Wyss, Synthes menjadi perusahaan yang sangat dilirik di AS dan melakukan ekspansi secara global.
Namun perusahaan medis Wyss kedapatan melakukan praktik ilegal. Pada 2009, tiga pasien mati lantaran percobaan suntik oleh Synthes. Ketiga pasien tersebut disuntik bahan bernama Norian yang rupanya tidak lolos verifikasi dari Badan Pemeriksa Obat dan Makanan AS.
Terlepas dari itu, Wyss adalah orang filantropis yang kerap memberikan dana kepada organisasi lingkungan dan sosial. Ia peduli terhadap hak-hak imigran, kesetaraan ekonomi, perdamaian, dan kesehatan. Pada 2013, Wyss memberikan sebagian kekayaannya kepada yayasan Giving Pledge selama ia hidup.
Selain Wyss, Muhsin Bayrak masuk daftar peminat Chelsea asal Turki. Ia pemilik dari AB Group Holding, perusahaan konstruksi dan investasi berbasis di Istanbul, yang dibentuk pada 1999. Lewat perusahaannya, Bayrak memiliki kekayaan bersih sekitar 9 Miliar Dollar menurut Euro Sport.
Selain keduanya, miliarder asal AS Todd Boehly dikabarkan mau membeli Chelsea. Di telinga segelintir orang, Boehly bukan orang baru. Pada 2019, ia sudah berminat untuk mengakuisisi The Blues, dan sekarang kesempatannya terbuka lebar.
Boehly adalah Presiden Elridge Industries, sebuah perusahaan investasi teknologi, media, sampai properti swasta yang terletak di AS sejak 2001. Dari perusahaannya itu, ia mengantongi 5,2 Miliar Dollar.
Dari kekayaan di Elridge, Boehly bisa mengakuisisi 20% saham tim baseball AS, Los Angeles Dodgers per 2013. Bahkan, ia juga menguasai sebagian saham tim sepakbola perempuan AS, yakni Washington Spirit. Bisa dibilang, Boehly punya pengalaman dalam mengurus tim olahraga, ketimbang dua calon peminat lain.
Ketakutan suporter Chelsea atas kepemilikan baru, punya dasar yang kuat: Roman telah memberikan capaian mustahil untuk The Blues. Pemilik baru memang tidak menjamin Chelsea untuk tetap di jalur juara. Yang pasti, identitas Chelsea tidak akan berubah.
Komentar